SEMANGAT PADANG – Sirine tsunami berbunyi Rabu (26/4) pagi sekira pukul 10.00 Wib. Siswa sekolah kaget dan melindungi diri. Mereka bersembunyi di bawah meja belajar di kelasnya.
Raut muka cemas terpencar dari wajahnya. Guru yang berada di depan kelas juga ikut bersembunyi di bawah meja sambil berteriak.
“Semuanya berlindung di bawah meja!,” katanya dengan lantang.
Pagi itu memang tidak terjadi tsunami maupun gempa di Padang. Rabu itu, seluruh daerah di Sumatera Barat memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN). Padang ditunjuk sebagai tuanrumah pelaksana.
Sirine tsunami sengaja dibunyikan agar seluruh masyarakat dapat mengikuti simulasi kebencanaan yang dilakukan BPBD, PMI, serta Tagana. Termasuk di sekolah-sekolah yang memiliki shelter. Seluruh siswa sekolah mengikuti arahan dari BPBD, PMI, dan Tagana untuk waspada terhadap bencana gempa dan tsunami.
Seperti yang dilakukan di SMP Maria yang terletak di jalan Gereja, Padang. Seluruh siswa nampak tegang saat sirine berbunyi. Setelah menyelamatkan diri di bawah meja, mereka kemudian menuju titik kumpul di lapangan yang terletak di belakang sekolah tersebut. Sambil melindungi kepala dengan menggunakan tas, 348 siswa berjalan menuju titik kumpul. Usai mendengar arahan bahwa gedung sekolah aman setelah dihoyak gempa, seluruh siswa menuju shelter yang berada di lantai tiga.
Kepala SMP Maria Yuliana, usai simulasi menyebut bahwa pihaknya sebenarnya sudah sering melakukan simulasi gempa dan tsunami. Dalam tahun ini sudah tiga kali simulasi dilakukan. Yakni saat Masa Orientasi Siswa (MOS), setelah ujian.
“Serta pada peringatan HKBN kali ini,” terangnya.
Dikatakannya, simulasi yang dilakukan sesuai protap yang diperoleh dari BPBD. Saat gempa, siswa diajak menyelematkan diri di bawah meja. Kemudian sambil menjunjung tas di kepala, siswa diarahkan ke titik kumpul di tanah lapang belakang sekolah. Setelah mengetahui kondisi bangunan aman pascagempa, seluruh siswa diselamatkan ke atas shearer bangunan sekolah.
“Kita punya shelter yang cukup luas. Bisa menampung 500 massa. Shelter ini terbuka setiap saat,” ulas Yuliana.
Diakuinya, masih banyak kekurangan yang terdapat di sekolahnya itu. Sempitnya jalan menuju titik kumpul serta tidak adanya tangga darurat.
“Jalan ke titik kumpul cukup sempit, tangga darurat menuju shelter juga tidak ada,” terangnya.
Yuliana berharap kondisi ini mendapat perhatian dari pihak BPBD setempat. Sehingga evakuasi saat terjadi bencana berjalan baik.(Charlie)