Zulmi Aryani, Perajin Batik Urang Awak Asal Muaro Labuah Karya Batiknya Berkibar di Semarang
Semangatnews.com. Semarang. Seni batik tulis salah satu warisan dunia versi UNESCO dan cuma ada di Indonesia, bukan hanya berkembang di pulau Jawa dengan beragam strata sosial penduduknya, melainkan juga kini banyak digeluti “urang awak” di berbagai daerah termasuk di pulau Jawa sendiri.
Itu semua didasari pendidikan yang ditempuh serta didukung pengaruh lingkungan dimana mereka bermukim, bertempat tinggal bahkan hingga berkarya melahirkan kreasi-kreasi baru diiringi semangat dan kerja keras untuk melakukan idiom-idiom baru seraya menciptakan sesuatu yang belum pernah dilakukan dan dibuat orang lain.
Hal itu pulalah yang dilakukan seniman dan pekerja seni batik tulis Minang asal Muara Labuah, Kabupaten Solok Selatan, Zulmi Aryani (46 th) di kediamannya sanggar “Azyanu Batik”, Jalan Banowati Tengah 1 No. 5 RT 06 RW 05 Kelurahan Bulu Lor, Semarang (Jawa Tengah) sejak lebih 2 tahun silam.
Menurut Zulmi Aryani yang akrab dipanggil Upik ini, sejak lebih dua tahun silam terpikir olehnya di tengah-tengah perkembangan batik nasional yang telah mendunia itu untuk membuat motif batik nagari 1000 Rumah Gadang sebagai salah satu kekayaan budaya minang menjadi desain berawal dari kecintaannya terhadap kampung halaman yang di kenal dengan nagari 1000 Rumah Gadang dan ditunjang pula pendidikan tinggi seni di daerah istimewa Yogyakarta sebagai basis ilmiahnya.
Semasa berada di kampung halamannya Muara Labuah, dari lantai atas rumah persisnya di simpang Jolok Lundang Pasir Talang terbentang pemandangan yang sangat indah dan menawan apalagi disekeliling rumah tinggal di kampung terdapat rumah gadang yang menjulang tinggi dikelilingi hamparan bukit yang kerap berselimut kabut tipis menutupi gunung dan pepohonan kelapa.
Kemudian bila tak berkabut dari kejauhan terlihat hingga mengilhaminya membuat motif nagari rumah gadang dilingkari pemandangannya yang mempesona bahkan menghipnotis mata yang semuanya terekam indah di memori dalam memori visual hingga akhirnya dituangkan dalam sebidang kertas untuk dijadikan beragam desain hingga menjadi karya batik nagari 1000 rumah gadang, tutur Upik mengawali idenya membuat desain batik tersebut.
Dijelaskan, mengapa Upik mengangkat motif rumjah gadang, karena pada rumah gadang jelas kaya dan sarat makna sebagai icon nagari 1000 rumah gadang yang sekaligus menjadi suatu kaum di Minangkabau. Lihat misalnya rumah gadang sebagai tempat berkumpul dan bermusyawarah, tempat helat perkawinan anak kemenakan dan banyak lagi yang dapat diwujudkan sebagai lambang pemersatu adat budaya Minangkabau.
Sejak ia memulao debut dalam seni batik tulis sebagai icon nagari 1000 ruah gadang, banyak karya-karya seni batiknya yang diminati masyarakat, tidak hanya bagi di kalangan urang awak tetapi banyak kalangan yang berdatangan dari berbagai daerah ke sanggarnya, tutur Zulmi Aryani.
Sejak sanggar batik “Azyanu Batik” berproduksi 2 tahun silam telah beragam desain kolaborasi batik yang dihasilkan dengan tetap mempertahankan motii-motif berisikan nilai-nilai budaya Minangkabau. Malah Zulmi Aryani juga berkeinginan membuat Sanggar Batik Serupa di kampung halamannya dalam waktu yang tidak lama, tutur seniman dan perajin seni batik lulusan seni rupa IKIP Yogyakarta (1999) dan SMSR Negeri Padang (1993) ini menambahkan. (FR)