SEMANGATNEWS.COM, YOGYAKARTA – Berkarya, berpameran dan berkarya lagi merupakan kegiatan rutin dan biasa dilakukan pematung nasional asal urang awak Yusman selama lebih tiga dekade di Yogyakarta. Tetapi menjadi ketua pelaksana pameran seni rupa berkaitan lahirnya Undang-undang Keistimewaan (UUK) Yogyakarta yang berkolaborasi dengan kesultanan merupakan penghargaan tersendiri.
Pameran ini bukan hanya melibatkan para seniman Daerah Istimewa Yogyakarta, tetapi juga bersentuhan langsung dengan kesultanan. Sesui Pasal 5 UUK, salah satu tujuan pengaturan Keistimewaan DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) guna mewujudkan kesejahteraan dan ketenteraman masyarakat.
Hal itu disampaikan pematung Nasional asal Sukamenanti, Pasaman, Sumatera Barat, Yusman yang memperoleh kepercayaan para seniman Yogyakarta menjadi ketua panitia pameran seni rupa Hamemayu Bhumi Ngayogyakarta serangkaian peringatan UUK Daerah Istimewa Yogyakarta (18 Maret sd 18 April 2023) di Museum Senobobuyo Yogyakarta saat melakukan rangkaian kegiatan silaturrahmi ke kampung Halamannya Pasaman, kepada Semangatnews.com, sabtu, 1/04/23.
Pemimpin Kraton Yogyakarta tetap konsisten dengan komitmen “Tahta untuk Rakyat” yang telah ditegaskan sejak kepemimpinan Sri Sultan HB IX (1912-1988). Ketika naik tahta 7 Maret 1989, Sultan HB X berpidato “Tahta bagi Kesejahteraan Kehidupan Sosial Budaya Rakyat”. Melalui momentum UU Keistimewaan DIY, rakyat/kawulo seniman diberikan karpet merah dan panggung kehormatan, ujar Yusman.
Mengutip peneliti managemen seni dari Osaka City University Tanoko Hayashi, Yogyakarta merupakan kewasan yang nyaman bagi para seniman (Antaranews.com, 18 Februari 2013). Dibanding Jakarta dan Bandung, kehidupan di Yogyakarta jauh lebih kondusif dan mendukung kreatifitas para seniman.
Beralasan, jika dikatakan Yogyakarta gudangnya seniman. Bukan lantaran banyak seniman tetapi juga karena ada banyak jenis seniman. Ada seniman yang sangat idealis dalam berkarya seni. Ada seniman yang orientasinya ekonomi, komersil, bisnis. Mereka mencari nafkah dengan berkarya seni. Namun, jenis yang ketiga, ada seniman yang berkarya seni sebagai jalan memperjuangkan kepentingan idealisme mereka. Ada yang berdakwah dengan musik. Ada yang menggerakkan gerakan sosial lewat lagu. Ada yang membantu kaum papa dengan berkarya lukis. Ada yang melancarkan kritik sosial dengan puisi. Mereka pejuang idealisme kreatif memperkaya Daerah Istimewa Yogyakarta, jelas Yusman memberi ilustrasi.
Sejalan Tahta untuk Rakyat, maka status Keistimewaan DIY merupakan untuk kepentingan rakyat. Pada Pasal 5 UUK dirumuskan bahwa salah satu tujuan pengaturan Keistimewaan DIY adalah untuk mewujudkan kesejahteraan dan ketenteraman masyarakat. Bertolak dari situ maka urusan-urusan Keistimewaan DIY yang pada Pasal 7 UUK disebutkan antara lain urusan kebndayaan harus pula diurusi untuk mewujudkan kesejahteraan dan ketenteraman rakyat,
Dalam catatan yang ada, ujar Yusman, perjuangan untuk menggolkan RUUK (Rancangan Undang-undang Keistimewaan) Yogyakarta tidaklah mudah. Waktu itu Pemerintah Pusat tidak segera memberi dukungan. Bahkan Keistimewaan DIY dianggap kontraproduktif karena dicap sebagai monarkis, tidak demokratis. Semua elemen pemerintah daerah dan masyarakat di DIY memperjuangkan aspirasi dengan berbagai cara, disamping tentunya lewat jalur resmi seperti naskah akademik dan lobi-lobi politik via parlemen.
Peran para seniman pejuang Keistimewaan saat itu sangat besar artinya. Perlawanan Yogya terhadap Pemerintah Pusat yang sejatinya frontal – bahkan mengancam hendak memisahkan diri dari NKRI – terasa penuh damai karera sentuhan seni. Jalan seni itu pulalah yang meredam dan mengendalikan emosi masyarakat Yogya. Sebagai contoh, ada aksi teatrikal “Mlintheng Penguasa” (menembak penguasa dengan ketapel). Aksi ekepsresif itu bernuansa seni, terkesan lucu, menggelikan, tidak menyeramkan, kreatif, namun sejatinya
menyampaikan pesan perlawanan yang sangat serius. Tapi itu pulalah dunia seni dalam ranah kebudayaan yang syarat makna dan nilai-nilai, ujar Yusman.
Di sinilah sejatinya negara harus hadir. Dalam konteks Pemerintah Daerah DIY, semestinya Dana Keistimewaan (Danais) dialokasikan secara tepat untuk menolong dan mengangkat para seniman yang masih kurang beruntung itu. Namun demikian implementasi mengenai hal itu juga tidak mudah.
Namun kita bersyukur karena putri sulung Raja Ngayogyokarto Hadiningrat, GKR Mangkubumi ternyata memiliki kepedulian khusus terhadap rakyat/kawula seniman. Dan yang menarik sejumlah Event yang pernah digelar di Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi panggung bagi para seniman untuk berunjuk karya. Bukan hanya para seniman yang sudah hebat, terkenal, dan berprestasi, namun siapa pun seniman mendapat kesempatan untuk tampil mengemuka dengan sistem kurasi yang ketat, namun panggung ini bersifat inklusif dan mengakomodir seluruh rakyat seniman.
Dalam persaingan dunia seni yang sangat free fight liberalism, ”tahta seni” hampir selalu dikuasai dan dihegemoni oleh para seniman hebat, tenar, dan bermodal. Namun melalui kepedulian GKR Mangkubumi itu, para seniman pemula, seniman yang masih belum kuat, dan para seniman pejuang Keistimewaan Yogya mendapatkan “tahta” setidaknya di Yogyakarta. Di sinilah “keadilan seni” terjadi, yang membukakan jalan menuju kesejahternaan semua seniman di Yogya, ujar Yusman lagi.
Hal yang terpenting lagi, salah satu unsur kebudayaan itu seperti seni dan salah satu elemennya adalah rakyat (masyarakat) bernama seniman. Maka implementasi Keistimewaan DIY harus berimplikasi pada kemajuan kesenian dan kesejahteraan dan ketenteraman rakyat seniman. Sementara disisi lain, kesenian dan seniman adalah faktor-faktor pendukung kemajuan Keistimewaan DIY itu sendiri. Ada hubungan timbal balik antara Keistimewaan Yogya dengan kesenian dan seniman. Keistimewaan Yogya memajukan dan mensejahterakan seni dan seniman, sementara itu seni dan seniman mendukung Keistimewaan Yogya, Ujar Yusman lagi.
Pameran yang diikuti puluhan seniman seni rupa dalam rangkaian UUK DIY Tahun 2023 tersebut di kuratori dan ditulis oleh DIY dan dikuratori dan ditulis oleh Haryadi Baskoro, Hajar Permadi dan Suwarno Wisetrotomo selama sebulan penuh di museum senobudoyo Ypgyakarta 18 Maret sd 18 April 2023 menarik untuk disimak dan ditelusuri kehadiran karrya-karyanya. (Muharyadi)