Bincang-bincang Wisata Pantai Sumatera Barat dengan Seniman
Wisata Pesisir Selatan dan Kawasan Air Manis Bisa Jadi Ladang Uang Pemasukan Kas Daerah
Semangatnews.com. Padang. Keindahan pantai di kawasan pesisir provinsi Simatera Barat sejak lama bahkan hingga kini memang tidak diragukan lagi oleh banyak pihak dan kalangan, apalagi sektor dunia pariwisata tanah air. Hal ini dapat dijadikan sebagai kekuatan obyek pariwisatanya yang didukung pula oleh keindahan panorama pegunungan dan lembah ngarai yang cukup menakjubkan dibanyak daerah dan lokasi.
Tetapi itu semua tidaklah cukup dapat dijadikan sebagai cikal bakal untuk mengandalkan sektor pembangunan pariwisata di daerah ini jika tidak dikelola secara profesional yang kemudian di dukung SDM (Sumber Daya Manusia) handal, dilengkapi insfrastruktur memadai kemudian diperkuat kehidupan seni budaya yang ada pada masing-masing pantai.
Hal itu mengemuka saat sejumlah seniman, praktisi dan pengamat seni rupa melakukan bincang-bincang dengan Semangatnews.com usai menjelajahi sejumlah obyek wisata pantai kota Padang, Pesisir Selatan, dan sejumlah obyek lain di sela-sela telah berakhirnya masa PSBB Covid.19, kemarin .
Salah contoh kita lihat, pantai Bungus Teluk Kabung Padang sebagaimana dikemukan penduduk setempat yang juga pekerja seni budaya, Asrul Wan Agen menyebutkan, sesungguhnya suasana pantai ini sangat indah dan letaknya yang strategis di teluk, membuat garis pantai dengan mudah bisa kita nikmati dari kejauhan. Teluk Kabung, 20 km di sebelah selatan Padang, menawarkan keindahan sekaligus ketenangan bagi pengunjungnya. Apalagi dikelilingi bukit-bukit serta pasir putih, membuat suasana di pantai ini menjadi semakin nyaman.
Keindahan itu dapat kita nikmati dari bibir pantai atau mungkin saja dari atas motor boat/sampan bermesin bahkan dari atas udara sekalipun terlihat sangat indah. Pasirnya terlihat berwara putih, kekuningan padat dan halus. Hamparan pantainya memanjang sejauh mata memandang ke kiri dan kanan. Di area Pantai Teluk Kabung, biasanya dengan mudah kita jumpai perahu nelayan dengan berbagai ukuran dan type yang ini bisa saja di sulap, selain untuk kepentingan nelayan juga bisa menjadi perahu wisata guna mengantarkan wisatawan yang ingin menikmati keindahan pantai dengan wisata baharinya sesuai SOP yang telah ditentukan pemerintah perihal wisata pantai.
Sesungguhnya bila kita mampu melihat beragam potensi wisata pantai-pantai di kota Padang, maka kita bisa datang berkunjung ke suatu pantai pada saat yang tepat. Aktivitas yang ditawarkan juga bukan hanya tentang menikmati matahari tenggelam. Meskipun di sana sini masih diperlukan pengelolaan pantai secara profesional, di dukung SDM yang bersinergi dengan keindahan pantai, tempat bermain para pengunjung wisatawan, keindahan taman dan isian obyek budaya yang ada seperti pernak-pernik, souvernir bernilai estetis atau karya seni rupa secara umum, ujar Asrul lagi.
Sementara Yasrul Sami, seniman dan juga dosen seni rupa UNP Padang dalam kesempatan bincang-bincang wisata itu menyebutkan, kawasan wisata pantai dan pulau-pulau yang ada di pesisir Sumatera Barat cukup menarik untuk dikunjungi. Pulau Mande, Sikuai dan Pasumpahan adalah beberapa contoh yang keindahan alam dan pantainya cukup aduhai dan menawan.
Guna menyaksikan pemandangan pantai dari atas, kita bisa mencoba paragliding yang disewakan oleh masyarakat setempat. Aktivitas lain yang tak kalah seru dilakukan adalah berkeliling sekitar pantai sambil menikmati semilir angin, serta menyewa perahu nelayan. Seperti namanya, pantai ini berada di Pulau Pasumpahan, Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Menariknya, dengan speedboat menuju Pantai Pasumpahan dari Teluk Bungus sambil melihat pemandangan laut yang indah. Selain itu, tak jauh dari Pulau Pasumpahan terdapat Pulau Sikuai yang dapat dijelajahi setelah puas menikmati Pantai Pasumpahan.
Persoalan sekarang mampukah Pemko Padang mengelolanya dengan sempurna dan profesional, artinya jangan di kelola Asal Bapak Senang (ABS) tanpa melihat kondisi realitas di lapangan serta kebutuhan wisatawan yang berkunjung ke obyek-obyek wisata strategis. Yang kerap terjadi di obyek-obyek wisata misalnya pengaturan para pedagang disana-sini tanpa ada komando, sampah berserakan dimana-mana dengan budaya membuang samoah seenaknya, kemudian biaya parkir kendaraan yang terlalu tinggi dan banyak lagi.
Kita pun saat ini melihat obyek wisata pantai Air Manis sebagai icon kota Padang dan gunung Padang dengan nilai historis tinggi sebenarnya dapat dijadikan ladang uang APBD bagi Pemko Padang sepanjang memang diatur dan di tata sedemikian rupa, terlebih di pantai Air Manis yang dulu pernah direncanakan akan dibuat monumen “Malin Kundang” serta gunung Padang dengan “Relief Kota Padang Tercinta”, saya kira jika hal ini terwujud, maka akan menjadikan kawasan pantai Air Manis dan Gunung Padang menjadi salah satu obyek wisata “masterpiece” di tanah air, karena keindahan alam, obyek pantai dan nilai sejarahnya yang tinggi ujar Yasrul Sami menambahkan.
Dan yang tidak kalah pentingnya pemerintah dalam hal ini Pemko Padang harus senantiasa tetap memonitor kondisi pantai setiap saat terutama dari aspek kebersihan lingkungan, keamanan para pengunjung, budaya menumbukan kembangkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di pantai merupakan hal yang mutlak dilakukan semua kalangan melalui berbagai kegiatan dan pemasyarakatannya di kalangan penduduk dan masyarakat sekitar, ujar Yasrul Sami lagi.
Di tempat yang sama RIzal MS salah seorang seniman potret kondang nasional asal Balai Selasa, menyebutkan, di kabupaten Pesisir Selatan Wisatawan menikmati keindahan pantai pasir putih di Pulau Cingkuak, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, yang berdekatan dengan Pantai Carocok menyediakan wahana air seperti banana boat dan flying fish seyogyanya harus berbenah diri jika tidak ingin ketinggalan dengan obyek-obyek pantai lain yang di Sumatera Barat. Belum lagi obyek Wisata pulau Mande yang berbatasan antara Padang dan Pesisir Selatan, semua jadi obyek menarik wisatawan.
Kita melihat di sejumlah titik obyek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan di Pesisir Selatan adalah minimnya fasilitas MCK, terbatasnya tempat sholat, juga belum adanya tempat penjualan souvenir dan karya seni rupa sebagai ole-ole dibawa pulang oleh wisatawan sebagaimana banyak kita lihat di sentra-sentra wisata strategis nasional, Yogya dan Bali. Pengusaha atau pekerja seni cendra mata ini seharusnya memang diberi dukungan dan suport oleh pemerintah melalui berbagai regulasi atau kemudahan modal yang selama ini diakuinya belum banyak tersentuh. Karena selain obyek wisata, fasilitas dan insfrastruktur yang tersedia, SDM yang profesional, maka kekuatan suatu obyek wisata memang juga sangat dipengaruhi oleh usaha menarik di lokasi wisata berupa cendra mata khas daerah, ujar Rizal MS pimpinan “Sanggar Nagari” itu menimpali.
Dilain pihak Muharyadi, pengamat dan kutaror seni rupa yang turut menyertai bincang-bincang wisata tersebut menyebutkan, dalam catatan yang ada padanya di Sumatera Barat setidaknya terdapat delapan obyek wisata pantai terkemuka yang dapat dibenahi secara peofesional dan sungguh-sungguh hingga benar-benar menjadi obyek wisata yang menyenangkan semua wisatawan yang berdatangan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara yang kemudian mampu jadi ladang pemasukan uang ke khas daerah.
Kedelapan itu sebut Muharyadi diantaranya seperti pantai Pesisir Selatan, Pantai Pariaman, Pantai Air dan Gunung Padang, Pantai Sikuai, Pantai Pasumpahan, Pantai Bungus, Pantai Pulau Pisang Kecil dan pulau pisang besar, pantai pagang, pantai pemutusan dan lainnya. Semua obyek pantai wisata ini selain obyek lain di daratan Sumatera Barat sangat menarik untuk dikunjungi, sepanjang pemerintah daerah sungguh-sungguh memperhatikan semua aspek dan stack holder yang ada dan pihak seni budaya mendukung kehadirannya, apalagi saat kondisi keuangan negara saat ini yang cukupo memprihatinkan maka aspek pariwisata benar-benar dapat dijadikan andalan pemasukan uang untuk negara, ujarnya.
Untuk itulah sudah saatnya Pemprov Sumbar bersama-sama Pemko dan pemkab yang ada di daerah ini bersama-sama turun membenahi kelapangan, bukan dalam bentuk teori semata maupun pencitraan di lapangan melainkan upaya sungguh-sungguh yang berkesinambungan misalnya dengan memperhatikan perjalanan wisatawan yang bertanggungjawab, dengan kata lain pelaku kegiatan pariwisata harus benar-benar bertanggungjawab terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan dari kegiatan di lapangan, kemudian merawat dan memperhatikan keindahan alam yang ada di pantai dengan berpedoman terhadap alam yang alami, memberikan dukung secara penuh terhadap pelaku usaha industri kreatif dengan masing-masing khas daerah dan usaha-usaha lain berupa konsercasi alam serta yang tidak kalah pentingnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, ujar Muharyadi.
Hal yang tidak kalah menariknya adalah tersedianya kalender wisata yang up to date setiap ruang dan waktu yang dapat menjadi pedoman bagi wisatawan baik lokal dan mancanegara untuk berdatangan ke lokasi wisata. Apalagi jika disertai dengan beragam aktivitas seni budaya khas daerah di masing-masing obyek wisata tanpa mengabaikan budaya lokal yang ada, maka bukan tidak mungkin pembangunan bidang pariwisata di daerah ini benar-benar menjadi tulang punggung peroleh devisa untuk negara, ujar Muharyadi lagi.
Beberapa contoh yang sangat menggelitik hati saya, dalam perjalanan menuju pesisir selatan saat menjelajahi obyek-obyek wisata terkemuka itu, ada di sejumlah titik atau parapatan jalan berdiri sejumlah monumen atau tugu yang dibuat se adanya yang dapat merusak pemandangan, padahal tugu atau monumen ini justru kehadirannya diharapkan dapat memperkuat obyek pariwisata yang ada di masing-masing daerah, ujar Muharyadi yang enggan menyebutkan tugu atau monumen itu secara rinci.
Seyogyanya hal ini seharusnya menjadi perhatian khusus Pemprov, Pemkab maupun Pemko untuk mendirikan monumen atau tugu terlebih bernilai historis tinggi dibuat atau didirikan tidak didasari kedekatan pejabat dengan pihak-pihak tertentu yang mengaku mampu mengerjakan atau menciptakan dengan jawaban ; “yang penting ada atau sekedar pahambek tanyo” bahwa di daerah ini atau di daerah itu ada tugu atau monumen, tanpa memperhatikan nilai estetika, aspek sejarah, bentuk visual secara utuh dan jarak pandang di tengah-tengah kita memiliki banyak seniman handal seni patung di tanah air saat ini, ujar Muharyadi tertawa geli mengungkapkan pengalamannya melihat tugu atau monumen yang dibuat asal jadi itu dengan biaya yang tidak sedikit seraya mengakhiri pembicaraan. (FR/SS/DP)