Widdi Yanti – Canting Buana : Batik Menjadi Kekuatan Baru Industri Kreatif di Sumbar
Semangatnews. com, Padangpanjang – Batik yang telah ditetapkan dan diakui United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO) yang menetapkan batik sebagai warisan budaya milik Indonesia sejak beberapa tahun silam dimana pelestariannya merupakan tanggung jawab seluruh pihak. Bukan hanya perajin batik dan pemerintah, namun masyarakat pada umumnya juga wajib ikut melestarikan batik.
Dalam pengamatan Semangatnews.com di sanggar batik “Canting Buana” Jalan Bandes/Manunggal RT 10 No. 69 Padangpanjang kemarin (16/12).
Terlihat beragam batik yang dihasilkan Canting Buana, baik batik tulis maupun cetak/ekoprint sendiri dibawah pimpinan Widdi Yanti, Asesor yang juga dosen ISI Padangpanjang dan desainer batik terlihat ada keberagaman eksplorasi motif, desain dengan sentuhan estetika tinggi.
Selain asesor batik nasional, Widdi Yanti, dalam kesibukannya sebagai staf pengajar di seni kriya ISI Padangpanjang juga banyak membagi ilmu batik kepada banyak pihak, diantaranya kaum wanita seperti ibu-ibu dharma wanita kabupaten/kota, kalangan remaja putri, dharma siswa dari berbagai negara hingga ke dosen dilingkungan ISI Padangpanjang secara berkala.
Selain itu Canting Buana dibawah pimpinan asesor batik Widdi Yanti juga membagi ilmunya ke sejumlah negara tetangga untuk dikembangkan di negara masing-masing. Terutama sekaitan teknik, cara dan pola membuat batik, kepada semangatnews.com, Asesor dan desainer batik Widi Yanti, menyebutkan, dari aspek kegiatan ia telah memiliki Nomor Induk Berusaha Nomor 9120001922453. Artinya selain sebagai asesor Canting Buana juga memproduksi batik guna memenuhi kebutuhan konsumen dari banyak daerah dan propinsi termasuk sejumlah negara yang menyukai batik untuk berbagai kebutuhan.
Widdi Yanti, alumni SMSR Negeri Padang dan ISI Yogyakarta ini, mengaku, baginya menekuni dunia batik adalah dunia yang mengasyikkan, karena selain sifat batik selain memakai alat canting yang terbuat dari tembaga dan bahan malam (lilin) serta kain dasar batik dengan beragam jenis, merupakan pekerjaan yang mengasikkan untuk dilakukan, karena ia bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat bernilai seni dan estetis tinggi.
Terlebih batik Indonesia telah dikukuhan oleh UNESCO sebagai warisan dunia beberapa tahun silam bahkan juga telah ditetapkan hari batik nasional pada setiap tanggal 2 oktober setiap tahunnya, Tinggal sekarang bagaimana perajin, pendesain, pemerhati batik, pemerintah dan semua kalangan mampu menjadikan batik sebagai suatu bentuk produksi lokal yang benar-benar menjadi kekuatan baru produk industri kreatif di tengah beragam produk industri kreatif yang ada dan melibatkan banyak pencipta, kreatif dan pekerja dengan tidak mengabaikan lokal jenius masing-masing, karena selama ini, batik hanya dikenal di Yogyakarta dan Solo, ujar Widdi Yanti memberi ulasan. (FR).