SEMANGAT PADANG – Setelah tahun 2020 nanti, mayoritas penduduk Indonesia dihuni oleh usia produktif. Hal ini disebut dengan “Bonus Demografi”.
Begitu halnya dengan Kota Padang. Penduduknya dihuni oleh anak muda produktif. Karena itu, Walikota Padang berkeinginan seluruh anak di Kota Padang harus mengecap pendidikan sebagai bekal hidup kelak.
“Anak Padang harus sekolah, minimal tamatan SMK atau SMA,” sebut Walikota Padang H. Mahyeldi Ansharullah Dt Marajo, Selasa (23/5).
Sebab itulah, setiap bertemu dengan anak-anak maupun remaja, Walikota selalu menanyakan pendidikan anak yang ditemuinya. Anak yang putus sekolah menjadi perhatian khusus bagi walikota.
Seperti ketika berkunjung ke Pasar Raya Padang, Selasa (23/5) siang, Mahyeldi menjumpai seorang anak yang putus sekolah. Anak bernama Arif Ibrahim, bekerja di salah satu toko di jalan Pasar Baru.
“Kelas bara kini? (Kelas berapa sekarang?),” tanya Mahyeldi kepada Arif Ibrahim.
Arif yang sedang mengangkat dus itu pun menyebut kalau dirinya sudah tidak lagi sekolah.
“Indak sekolah lai, Pak. (Tidak sekolah, Pak),” jawabnya lirih.
Tak lama seorang ibu paruh baya keluar dari toko tempat Arif bekerja. Ibu itu pun menyebut kalau Arif sudah setahun putus sekolah.
“Arif tidak punya ibu lagi, Pak. Sekarang Arif dan ayahnya bekerja dan tinggal bersama kami,” ungkap Ibu itu.
Mendengar itu, Walikota lantas menghubungi camat setempat. Di balik telepon selularnya terdengar jelas kalau walikota memerintahkan camat untuk memfasilitasi kelanjutan pendidikan Arif Ibrahim.
“Arif harus sikolah, indak buliah indak sikolah. Apo cita-citanyo? (Arif harus sekolah. Tak boleh tidak. Apa cita-citanya?),” tanya Walikota.
“Jadi pemain bola, Pak,” aku Arif.
“Pemain bola harus pintar. Nanti bisa masuk akademi PSP Padang,” sambung Mahyeldi.
Mendengar itu, wajah Arif nampak girang. Arif langsung menyalami dan mencium tangan Walikota.
“Terimakasih, Pak,” ujarnya sambil malu-malu.
Arif berusia 13 tahun. Sejak setahun lalu dirinya telah piatu. Ibunya meninggal dunia karena stroke. Setelah tamat dari SD Belakang Tangsi, Arif memilih bekerja di toko Tanjung Pinang di jalan Pasar Baru, Pasar Raya Padang, bersama ayahnya.