SEMANGAT TANAH DATAR – Keberadaan embung seharusnya memberi dampak positif. Namun, di jorong Payorapuih, Nagari Batipuahbaruah, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanahdatar, pembangunan embung, sebaliknya justru mematikan mata pencarian.
Bahkan, lahan yang dulunya produktif untuk sumber perikanan, kini tidak bisa dimanfaatkan. Sebab, embung tidak digenangi air alias kering. Padahal, embung dengan luas genangan 2,34 hektar dan volume tampungan 46.900 M3 itu, dibangun dengan tujuan dapat dimanfaatkan untuk konservasi, irigasi, air baku, perikanan dan pariwisata.
Hanya terdapat sekitar 5 titik dalam lokasi embung yang digenangi air. Itupun sekedarnya saja, dengan tinggi kegenangan berkisar dari 5 cm hingga 45 cm. Selebihnya, kering kerontang.
Hal ini terungkap pada kunjungan kerja Wakil Gubernur Nasrul Abit ke Batipuah Tanah Datar, Senin (21/8/2017).
Salah seorang warga jorong Payorapuih, Nagari Batipuahbaruah, Kecamatan Batipuh, Mihibul Tibri, 48, mengatakan, dulu, lokasi embung ini dulunya telaga. Dengan ketinggian air mencapai 1 meter. Di dalamnya, dilepaskan ikan larangan yang dimanfaatkan untuk pembangunan Masjid Darussalam Payo yang tepat berada dipinggir embung.
“Nah, sejak embun dibangun sekitar 3 tahun lalu, airnya justru kering. Tidak bisa dimanfaatkan lagi untuk beternak ikan,” sebut Mihibul sambil menunjuk lokasi embung yang mengering.
Padahal, lanjut tokoh masyarakat jorong Payorapuih itu, setiap kali musim panen ikan, telaga ini dulunya dapat menghasilkan hingga puluhan juta. Dengan pola menggelar lomba mamancing untuk umum. “Artinya, sudah dibangun bagus-bagus dan di tembok, justru mubazir,” terangnya.
Senada dengan itu, Wali Nagari Batipuahbaruah, Mardalis Dt Hitam juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap pembangunan embung tersebut. Menurutnya, keberadaan bendungan ini sudah lama dan bahkan sebelum ia lahir, aktifitas perikanan sudah dilakukan.
“Dulu, bendungan atau telaga ini, masih alami. Airnya banyak. Tapi, setelah ditembok sekeliling pinggirannya, air hilang. Alah mandapek mangko kahilangan kami rasanya pak,” kata Wali Nagari dihadapan Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit di Masjid Babussalam Payo, ketika menghadiri kegiatan kerukunan Rangmudu Batipuah (Kerabat), kemarin, (21/8).
Embung yang dibangun Balai wilayah Sungai Sumbar V itu, terang Wali Nagari, menghabiskan dana sekitar Rp2,4 miliar. Bahkan, tahun lalu, kembali di coba menggalinya dengan dana aspirasi DPRD Sumbar sebesar Rp200 juta. Namun, air tetap juga tidak muncul.
“Sumber airnya dulu alami. Entah dari mata air, resapan, kami juga tidak tau,” terang Mardalis.
Padahal, terangnya lagi, ketika air menggenangi embung tersebut, paling tidak setiap kali panen ikan larangan, dalam rentang waktu 10 bulan hingga 1 tahun, menghasilkan Rp80 juta.
Dengan disaksikan langsung Wakil Gubernur Sumbar itu, Mardalis berharap, Pemerintah Provinsi dapat mencarikan solusinya. Sehingga, embung yang sudah menelan biaya miliaran rupiah ini, dapat dimanfaatkan. “Kami berharap sekali, Pak Wagub bisa mencarikan solusi terbaik. Karena, sumbangan terbesar untuk pembangunan Masjid ini, datang dari hasil ikan larangan,” bebernya.
Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit, berjanji akan segera memerintahkan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) untuk berkoordinasi dengan pihak Balai Sungai. Sebab, pembangunan embung ini bersumber dari dana APBN.
Menurut Wagub Nasrul Abit, kekeringan embung ini memang harus dikaji kembali secara teknis. Sebab, persoalannya datang setelah pinggirnya di tembok. “Nah, apakah sumber mata airnya tertutup karena ditembok, kita tidak tau. Tentu perlu kajian teknis,” terangnya.
Wagub Nasrul Abit juga berharap, pihak Balai Sungai dapat turun kelapangan, melihat kondisi ini secepatnya. Sehingga, dapat kemudian mencarikan solusi terhadap kekeringan tersebut. (r)