Oleh Irwan Prayitno (Gubernur Sumbar)
Sudah menjadi “kelaziman” dari tahun ke tahun bahwa ketika momentum Ramadhan dan Idulfitri harga tiket pesawat dari Jakarta ke Padang menjadi mahal. Mahalnya harga tiket pesawat ini karena berlaku hukum ekonomi yaitu jika permintaan meningkat sedangkan penawaran tidak ikut meningkat maka harga naik, apalagi jika permintaan jauh melampaui penawaran, harganya bisa lebih tinggi lagi. Namun untuk tiket Jakarta Padang dirasakan sangat tinggi sekali. Sehingga menimbulkan protes dari konsumen.
Selaku gubernur saya sudah mengirimkan surat resmi beberapa kali kepada pihak maskapai Garuda yang merupakan “pemimpin pasar” dalam penentuan harga tiket pesawat, agar menerapkan keadilan dalam penentuan harga tiket. Dan keadilan yang dimaksud adalah misalnya melihat pula penerapan harga tiket dari Jakarta ke Pekanbaru, Jambi atau Batam yang waktu tempuhnya tidak jauh berbeda dengan jarak Jakarta Padang, namun harga tiketnya bisa lebih murah.
Namun jawaban dari pihak Garuda masih normatif dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku (Kemenhub) di mana tetap memperhatikan batas atas dalam menerapkan harga tiket. Meskipun masih di bawah batas atas, harganya tetap sangat mahal. Maka, maskapai lain pun akhirnya menerapkan harga yang sangat mahal kepada penumpang ketika momentum ramadhan dan saat Idulfitri ini karena mengacu kepada harga tiket Garuda.
Berdasarkan data BPS, kenaikan harga tiket pesawat di momentum Idulfitri menyumbang angka inflasi Sumbar cukup besar yaitu sebesar 0,10 persen. Saya masih berharap di tahun-tahun berikutnya harga tiket pesawat dari Jakarta ke Padang bisa lebih rasional pada saat Idulfitri di mana maskapai berlaku proporsional dan adil dengan rute lain yang sebanding waktu tempuhnya sehingga keuntungan tetap bisa didapat maskapai namun konsumen juga tidak diberatkan.
Memang jika kita melihat penyebab harga tiket pesawat mahal ini karena sangat banyak perantau yang pulang kampung dari Jakarta ke Padang dengan menggunakan pesawat. Sehingga lonjakan jumlah penumpang ini menyebabkan terjadinya lonjakan harga yang luar biasa. Meskipun sudah ada sedikitnya 12.000 kursi extra flight dan minimal 5.000 kursi tambahan melalui pengunaan pesawat berbadan besar jenis Airbus oleh beberapa maskapai dengan rute Jakarta-Padang, penumpang tetap ramai dan harga tetap tinggi.
Para perantau sebenarnya juga banyak yang menggunakan mobil atau bus untuk pulang kampung. Ini terbukti dari penuhnya jalan-jalan di Sumbar ketika Idulfitri sehingga terjadi kemacetan di berbagai tempat. Beberapa perantau baik dari kesatuan wilayah tertentu maupun bukan, mengadakan pertemuan dengan orang sekampung mereka atau kesamaan sekolah dan lainnya seperti silaturahmi nasional, kongres, musyawarah perantau, dan reuni sekolah serta halal bihalal, di mana saya sempat menghadiri beberapa acara yang diadakan tersebut.
Kembali ke masalah harga tiket mahal, ternyata masa berlakunya tiket mahal ini terbilang memiliki rentang waktu panjang. Hal ini di sisi lain menandakan bahwa mungkin satu-satunya di Indonesia jika tiba masa Idulfitri banyak perantau asal Minang pulang kampung sehingga Sumbar selalu mengalami volume trafik pesawat yang meningkat pesat dan juga meningkatnya volume kendaraan di jalan raya. Dan panjangnya rentang waktu tiket mahal menunjukkan arus balik yang lama dari seharusnya dan juga menunjukkan masih ada perantau yang baru pulang kampung.
Kecintaan kepada kampung halaman memang sesuatu yang membanggakan bagi orang Minang, terutama ketika momentum Idulfitri. Bisa dikatakan bahwa mahalnya harga tiket, lamanya rentang waktu tiket mahal, serta banyaknya perantau yang pulang kampung, adalah bukti juga masuknya aliran uang ke Sumbar dalam jumlah besar. Untuk hal ini saya sangat mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih, karena sumbangsih perantau berupa dana bagi kemajuan kampungnya selama ini sungguh merupakan bentuk dukungan nyata terhadap kemajuan pembangunan di Sumbar.
Meskipun PAD Provinsi Sumbar dan kabupaten/kota mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun dana yang tersedia masih belum mencukupi untuk membangun Sumbar. Maka dengan peran perantau inilah turut berperan dalam pembangunan di Sumbar.
Pemprov Sumbar bekerjasama dengan Polda Sumbar telah berupaya memfasilitasi kedatangan perantau ini dengan memperhatikan keamanan dan keselamatan para pengguna jalan raya. Meskipun terjadi kemacetan, namun alhamdulillah bisa diminimalkan terjadinya kecelakaan.
Semoga dengan perjuangan perantau bersusah payah datang ke kampungnya pada momentum Hari Idulfitri melalui transportasi udara maupun darat dalam rangka bersilaturahmi dan sekaligus berkontribusi bagi kemajuan pembangunan di Sumbar, mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT. Aamiin. ***