Semangatnews, Bukittinggi – Sumatera Barat (Sumbar) mengerti betul cara untuk mendongkrak pariwisatanya. Gelaran balap sepeda internasional Tour de Singkarak (TdS) yang tahun ini dibuka Sabtu (3/10) menjadi buktinya.
Dibuka langsung oleh Staf Khusus Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuti, TdS ini akan berlangsung hingga 11 November 2018. Tampak hadir pada pembukaan tersebut Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit, Walikota Bukit Tinggi Ramlan Nurmatias serta Sekjen PB ISSI, Jadi Rajagukguk.
“Inilah salah satu cikal bakal konsep sport tourism di Indonesia. Keberadaannya mampu menginspirasi beberapa event sejenisnya di Indonesia. Sejak digulirkan tahun 2009, TdS kini telah bertranformasi menjadi sebuah pemicu perkembangan pariwisata Sumbar,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya, Sabtu (3/10).
Kota Bukit Tinggi, Sumbar sebagai kota awal gelaran ini pun bergeliat kencang. Hadirnya 22 tim yang terdiri dari 122 pembalap dari 13 negara menjadi menu utama mengeliatnya kota sejuk ini. Pasalnya para pembalap tersebut juga membawa official serta crew yang cukup besar. Belum lagi ratusan awak media yang ikut meliput ajang sport tourism tersebut.
Dan ini akan akan menular ke seluruh daerah di Sumbar sepanjang jalur TdS dilaksanakan. Terlebih TdS 2018 digelar sebanyak 8 etape dengan melibatkan 15 dari 19 kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Barat. Rutenya sepanjang 1.100 kilometer dengan latar belakang keelokan wisata Ranah Minang.
“Bayangkan jika 1 tim membelanjakan Rp. 5 juta setiap harinya, sudah Rp. 110 juta uang beredar di Sumbar setiap harinya dari para peserta. Belum lagi perputaran uang dari wisatawan lainnya yang ingin menyaksikan TdS 2018,” imbuh Menpar.
Performa positif TdS makin dipertegas dengan hadirnya berbagai industri yang ikut mensponsori event tersebut. Dari mulai perbankan hingga situs perjalanan wisata. Hal ini makin membuktikan betapa besarnya TdS. Bahkan TdS pun telah masuk dalam kalender Union Cycling International (UCI) pada kategori Asia Tour 2.2.
Bukan saja itu, sejak 2013, Amauri Sport Organisation (ASO) merekomendasi TdS menjadi kejuaraan mayor di Asia. Rekomendasi ini bukan tanpa sebab. Pasalnya TdS selalu mampu menyedot lebih dari satu juta penonton. Tepatnya menduduki peringkat ke-5 dunia dengan 550 ribu penonton.
“Deretannya bersanding dengan Tour de France (12 juta penonton), Giro deItalia (8 juta), Vuelta a Espana (5 juta), Santos Tour Down Under (750 ribu). Ini membuktikan besarnya betapa besarnya TdS, dan inilah mengapa industri berlomba masuk untuk mensponsori TdS,” ungkap Menpar.
Sementara itu Esthy menyampaikan jika Sumbar cukup jeli membaca peluang. Termasuk juga jeli melihat keunggulan potensinya. Penyelenggaraan TdS menyebarkan dampak positif bagi pariwisata Sumbar itu sendiri
“Ini sangat pas. Event sport tourism TdS 2018 memberikan dua dampak sekaligus. Yakni dampak langsung pada ekonomi masyarakat (direct impact economic value) dan media value yang tinggi terhadap promosi pariwisata Sumbar secara nasional dan internasional,” ujar Esthy.
Selain itu, dampak positif lainnya pun ikut bergulir. Seluruh kabupaten dan kota di Sumbar berlomba untuk memoles wajah pariwisatanya. Terutama peningkatan sektor 3A (Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas).
Kemantapan destinasi yang dahulu hanya dimiliki Padang dan Bukittinggi, kini telah berubah. Sawahlunto, Batusangkar, dan Kabupaten atau Kota lainnya kian berpacu memperkuat aspek 3A-nya. Imbasnya tentu makin kuatnya infrastruktur dalam rangka mendorong sektor kepariwisataan.
“Kemampuan pengembangan pariwisata akan menimbulkan multiplier effect. Perkembangan pariwisata akan sejalan dengan pertumbuhan fasilitas pendukung pada konsep pariwisata. Dengan pesatnya pertumbuhan pariwisata, maka pertumbuhan sektor lainnya langsung mengikuti. Inilah pariwisata. Kemenpar akan terus mendukung perhelatan TdS,” pungkas Esthy.