Start Up dan Risiko Bisnis

by -
Irwan Prayitno

Oleh Irwan Prayitno

Belum lama ini di Padang diselenggarakan kegiatan Minangpreneur Festival oleh Yayasan Minang Bandung Indonesia di mana salah satu kegiatannya adalah meng-upgrade para pengusaha muda pemula (start up) agar bisnisnya mampu memunculkan lompatan yang signifikan. 

Di mana untuk kegiatan seperti ini dilakukan seleksi sehingga peserta hasil seleksi itu kemudian dilatih oleh pelaku bisnis yang sudah berkiprah di bidangnya dengan mengikuti workshop. Mereka berasal dari berbagai perusahaan yang sudah dikenal oleh publik sebagai perusahaan yang memiliki reputasi. Dengan demikian para pebisnis start up ini mampu menerima transfer pengetahuan dan juga pola pikir serta aura dari para “pendekar bisnis” tersebut. 

Senada dengan kegiatan Minangpreneur Festival yang berupaya meng-upgrade pebisnis start up, hal serupa sudah dilakukan oleh Minangkabau Business School and Entrepeneurship Center (MBS-EC) yang dikomandani oleh Prof. Helmi dari Unand. MBS-EC sudah melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan di Minangpreneur Festival. Para pematerinya pun orang orang terpilih yang sudah memiliki reputasi dan juga menoreh prestasi di bidangnya. 

Pada MBS-EC ini peserta tidak hanya dilatih dan diberikan pengetahuan, tetapi juga disambungkan dengan akses permodalan, jaringan, dan pemasaran yang memungkinkan bisnisnya mampu menghasilkan lompatan. Maka, kegiatan minangpreneur festival dan MBS-EC ini cocok dengan kebutuhan masyarakat di Sumbar. 

Selama ini kita saksikan bersama bahwa orang Minang di manapun berada, mayoritas berprofesi sebagai pedagang. Para perantau yang tersebar di Jabodetabek, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan lainnya termasuk luar negeri kebanyakan berprofesi sebagai pedagang. Setidaknya hal ini saya dapati ketika melakukan kunjungan ke luar Sumbar dan bersilaturahmi dengan masyarakat di rantau, mereka yang datang mayoritas adalah pedagang, sisanya berprofesi sebagai tentara/polisi, pegawai negeri dan swasta. 

Sementara di Sumbar sendiri, masyarakat banyak yang berpofesi sebagai pedagang. Di mana mayoritas adalah pengusaha mikro (sekitar 80 persen lebih), kemudian diikuti pengusaha kecil (sekitar 14 persen), dan yang lebih sedikit lagi pengusaha menengah (tidak sampai 1 persen). Namun bisa dibilang belum ditemukan pengusaha besar yang usahanya berjalan baik hingga kini. Sementara, mayoritas mereka yang merantau umumnya ada di usaha mikro dan kecil.

Salah satu sebab tidak munculnya pengusaha besar dari ranah Minang karena umumnya orang Minang masih lebih memilih usaha yang menghasilkan keuntungan yang pasti dibanding mengambil risiko untuk mendapatkan untung yang jauh lebih besar. Selain risiko, ada juga masalah permodalan yang menyebabkan usaha yang dijalankan tidak mampu ditingkatkan skala bisnisnya. Jikapun mendapatkan dana dari KUR dan sejenisnya, tetap masih belum bisa meningkatkan skala bisnisnya secara signifikan. 

Memang tidak semua orang mampu dan mau berbisnis dengan risiko tinggi, meskipun risiko tinggi hasilnya pun akan tinggi juga (high risk high return). Usaha mikro kecil, risiko kecil, maka untungnya juga kecil namun pasti. Inilah yang lebih dipilih kebanyakan masyarakat. Usaha yang selama ini digeluti orang Minang adalah usaha yang relatif aman dan risiko minimal seperti bisnis kuliner, pakaian, perhiasan, properti, pendidikan dan lainnya. Untuk pendidikan, banyak perguruan tinggi swasta yang ada di Jakarta dikelola dan dimiliki oleh orang Minang. 

MBS-EC adalah salah satu tempat untuk menghasilkan para pebisnis muda pemula (start up) yang dengan jiwa muda dan keahliannya mampu berusaha untuk mengambil risiko dalam berbisnis. Saya optimis dengan metode yang dilakukan  MBS-EC insya Allah akan memunculkan bibit-bibit pengusaha besar nantinya. 

Mereka diharapkan bisa membuat perencanaan bisnis yang matang, dan mendisain cetak biru bisnis mereka. Dengan demikian mereka pun mampu mempersiapkan dengan baik jika terjadi risiko bisnis yang menghendaki antisipasi yang baik. 

Perencanaan yang baik diikuti antisipasi yang baik, maka risiko bisnis pun insya Allah siap dihadapi. Inilah seharusnya cara yang ditempuh agar lahir pengusaha besar dari ranah Minang. 

Saya mengapresiasi berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak seperti Yayasan Minang Bandung Indonesia dan MBS-EC dan lainnya yang memfasilitasi para pengusaha muda pemula (start up) dari kalangan anak muda Minang yang memiliki kemampuan untuk melompat lebih tinggi dengan berbagai pendekatan pelatihan dan pengembangan. 

Semoga bisa lahir pengusaha besar dari ranah Minang yang mampu mangkapitalisasi modal, berani mengambil risiko, mampu membangun jaringan dan kerjasama yang baik. Jika orang lain bisa, insya Allah kitapun bisa. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.