Sketsais “Body Dharma” Asal Sumbar Berkeliling Membuat Sketsa Indonesia
Semangatnews, Padang – Seniman Sketsa (Sktesais), Body Dharma (64 th) asal Kayu Tanam, Padangpariaman, Sumatera Barat sejak 2017 lalu hingga kini telah berhasil membuat 800 lembar sketsa hitam putih diatas kertas gambar berukuran rata-rata A3 yang di dalamnya menggambarkan kemajemukan bangsa Indonesia berisikan berbagai peristiwa sosial, budaya, ekonomi bahkan politik.
Hampir separoh dari 34 Propinsi di Tanah Air, telah berhasil direkam Body Dharma melalui sketsa hitam putih berisikan berbagai dinamika aktivitas daerah dan provinsi seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bandar Lampung, Palembang, Jambi. Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Kalimantan, Papua dan daerah lainnya yang direfresentasikan kepermukaan memakai tinta hitam putih bernilai estetik, ujar sketsais Body Dharma mengawali pembicaraan di kediamannya berlokasi dekat INS Kayu Tanam, Jumat (9/8).
Menurut Body Dharma, tahun 2017 lalu, ia mengaku di dampingi Taufik Efendy (waktu itu Kadinas kebudayaan Sumbar) dan kurator seni rupa, Muharyadi, berpamitan dengan Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, di gubernuran mohon doa restu dan dukungan orang nomor Sumbar ini agar perjalanannya kebanyak daerah dan propinsi di tanah air dapat memberikan konstribusi besar terhadap bangsa dan negara ini dalam bentuk karya seni rupa berupa sketsa yang berisikan catatan-catatang penting suasana tanah air yang digambarnya.
Suatu saat nanti semua karya ini akan saya bukukan menjadi “Sketsa Indonesia”. Berbeda dengan karya fotografi berbagai rekaman peristiwa dengan momen-momen penting yang diambil mempergunakan teknologi kamera maupumn digital sudah menjadi sesuatu yang lumrah dan biasa. Tetapi berbagai rekaman peristiwa yang diamati untuk kemudian dituangkan melalui sketsa kepermukaan kertas atau kanvas dengan pengutamaan garis sebagai “bahasa utama” memerlukan skill khusus merupakan kejadian luar biasa, kata Body Dharma seraya memperlihatkan sketsa-sketsa hitam putih bernilai estetik tinggi.
Dari banyak kegiatan di tengah-tengah masyarakat yang diamatinya, ternyata peristiwa budaya berisikan keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat, cara hidup dan cara pandang, dan kesenian di tengah-tengah masyarakat, bangunan-bangunan tua dan bersejarah merupakan obyek menarik untuk direkam yang kemudian direfresentasikan dalam bentuk karya seni rupa berupa sketsa dengan mensugesti bentuk-bentuk obyek bermuatan artistik dan estetik mengandalkan kualitas garis.
Keinginan untuk membuat sketsa-sketsa berbagai peristiwa penting di tanah air telah lama saya idam-idamkan, tetapi baru beberapa tahun belakangan dapat terwujud berkat kegigihan saya mengelilingi daerah dan provinsi di tanah air. Di Sumbar hampir semua kabupaten dan kota melalui eksplorasi keanekaragaman peristiwa budaya pada ratusan sketsa hitam putih, satu diantaranya telah dibukukan berisikan Sawahlunto kota Budaya, ujar Body Dharma lagi.
Saat ditanya pengalamannya berkeliling Indonesia selama 2 tahun lebih membuat aneka peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat melalui sketsa. Justru dengan berkeliling itulah saya memiliki pengalaman khusus dengan berbagai suku dan agama yang ada. Semua daerah dan provinsi yang saya kunjungi, menyambut gembira menyaksikan aktivitas saya sehari-hari menggambar sketsa di hadapan publik, ujar Body Dharma yang mengaku sering bermalam di mesjid-mesjid tertentu di setiap daerah dan propinsi yang saya kunjungi.
Pengamat seni rupa dan kurator, Muharyadi, yang diminta pendapatnya terhadap kegiatan yang dilakukan sketsais Body Dharma selama 2 tahun itu menyebutkan, Body Dharma merupakan sedikit sketsais yang ada Indonesia yang hingga kini tetap eksis membuat sketsa. dari beberapa nama besar di tanah air terdapat Ipe Makruf, Nyoman Gunarsa, Widayat, Affandi, Henk Ngantung, Oesman Effendi. Nashar, Isnaeni MH, Harry Wibowo, Handoyo, Supono, Syahwil, dan beberapa nama lain. Kita mengapresiasi keinginan Body Dharma, karena hingga saat ini belum ada seniman-seniman pendahulunya yang mampu membuat sketsa keanekaragaman peristiwa di tanah air.
Sketsa Body Dharma, merupakan sketsa yang berdiri sendiri yang sama nilainya dengan seni lukis, meski tidak diolah dengan warna-warni. Kekuatan sketsa Body Dharma terletak pada kemampuannya mensugesti bentuk keanekaragaman obyek terlihat menonjol. Di karya-karya Body Dharma kita menyaksikan festival garis-garisnya yang lincah, komposisi obyek yang tertata apik, bentuk serta karakter obyek sketsa yang dinamis lebih mempertegas obyek sesungguhnya.
MENDAPAT UNDANGAN GALERI NASIONAL, JAKARTA
Bulan september mendatang, Body Dharma, memperoleh undangan untuk mengikuti “Festival Sketsa Indonesia 2019” di Galeri Nasional, Gambir, Jakarta. Kepastian ini diperolehnya berkat loby-loby yang dilakukannya bersama kurator, Muharyadi ke pihak panitia di galeri nasional.
Sejumlah sketsa dari ratusan karya sketsa hitam putih hasil perjalanan saya selama ini, kini dalam proses seleksi Muharyadi untuk diikutsertakan pada kegiatan tersebut. Karena ada sejumlah peserta dari beberapa provinsi turut berpartipasi pada Festival Sketsa Indonesia 2019 yang merupakan festival bergengsi di tanah air yang telah hampir satu dekade ini tak pernah muncul di tanah air, ujar Body Dharma seraya berharap dukungan dan doa restu masyarakat Sumbar, mengakhiri pembicaraan. (FR).