Simulasi Bencana Bisa Menjadikan Masyarakat Terlatih dan Terbiasa Menghadapi Bencana.

by -

Semangatnews, Padang – Sumatera Barat berpotensi diancam gempa bumi besar di daerah perairan Mentawai, masyarakat dapat memahami mitigasi sehingga ketika terjadi bencana bisa meminimalisir dampaknya.

Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pelatihan dan pendidikan simulasi, agar masyarakat terlatih dan terbiasa menghadapi bencana.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Gubernur Sumateraa Barat (Sumbar) Nasrul Abit, pada acara Peningkatan Simulasi dan Pelatihan Kebencanaan 2019 di Kryad Hotel Bumiminang, Kamis (4/4/2019).

Pada acara, Rencana Kontijensi Tsunami Provinsi Sumatera Barat (Peningkatan Simulasi dan Pelatihan Kebencanaan 2019), sebagai Table Top Exercise (TTx), Command Post Exercise (CPx) dan pengenalan Field Training Exercise (FTx) yang dilaksanakan selama tiga hari yaitu tanggal 4-6 April 2019 di Kryad Hotel Bumiminang.

Dalam sambutannya Wagub Nasrul Abit menyampaikan, bahwa berdasarkan penelitian, ancaman gempa 8,9 SR masih ada di daerah perairan Sumbar, tepatnya di Mentawai.

“Ancaman itu tetap ada, menurut para ahli gempa, namun kita tidak tahun itu kapan? yang jelas ada siklus tahunan, hanya di Sumbar yang belum terjadi gempa besar, potensi ancaman itu harus dihadapi. Caranya, jangan panik dan takut tapi harus tetap waspada,” kata Nasrul Abit.

“Masyarakat Sumbar jangan takut dan panik, potensi ancaman ini harus kita dihadapi dengan selalu meningkatkan kewaspadaan,” ujarnya.

“Oleh karena itu, pemerintah kami dorong melakukan pelatihan tahun ini di daerah-daerah rawan bencana, agar memberikan pendidikan kebencanaan dengan mempersiapkan simulasi,” lanjut dia.

Wagub Sumbar menjelaskan, simulasi adalah cara yang tepat untuk membuat masyarakat terlatih dan terbiasa menghadapi bencana.

Wagub berharap, agar simulasi bencana ini dapat juga dilaksanakan di sekolah-sekolah atau tempat-tempat keramaian, ketika bencana datang, di mana pun anak berada, termasuk di sekolah, siap untuk melindungi dirinya.

Lanjut ia mengatakan, terkait upaya mitigasi bencana di daerah pesisir pantai Sumbar yang rawan gempa dan tsunami, baru-baru ini BPBD Provinsi Sumbar bersama BNPB dan tujuh BPBD Kabupaten Kota di wilayah pesisir telah menanam 3000 batang pohon cemara udang di sepanjang pesisir pantai yang rencananya ada sejuta pohon cemara udang.

Ini untuk mengurangi resiko tsunami akan dilakukan mitigasi dengan penanaman cemara udang di sepanjang pesisir pantai. “Vegetasi alami lebih efektif mengurangi resiko tsunami daripada konstruksi atau pemasangan batu grib di bibir pantai,” jelas Nasrul Abit.

“Apalagi vegetasi alami bisa mengurangi tinggi tsunami hingga 80%. Sekarang kita akan menanam cemara udang di Pesisir pantai tujuh Kabupaten kota,” tambahnya.

Tujuh kabupaten kota terdampak tsunami tersebut adalah Padang, Pasaman Barat, Agam, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Salah satunya dengan program penanaman sejuta pohon yang digawangi oleh BPBD setempat. Pohon cemara udang terbukti bisa membantu mengatasi abrasi dan yang terpenting bisa menghambat laju arus tsunami jika bencana itu benar terjadi.

Hal itu menjadi dasar bagi BNPB untuk merekomendasikan penanaman pohon itu di pinggir pantai sebagai salah satu upaya mitigasi bencana.

“Sebagai penutup, selaku Pemerintah Sumbar memberikan apresiasi kepada BPBD Sumbar yang telah melaksanakan kegiatan ini, mudah-mudahan pelatihan ini bisa untuk meningkatkan kapasitas para pelaku, sehingga pelaksanaan penanganan darurat bencana lebih maksimal,” ucap Wagub Sumbar.

Acara tersebut dihadiri oleh Forkopimda Sumbar, Kepala Pelaksana BPBD se Sumbar, para instruktur dan perancang observer dan pelaku simulasi bencana se Sumbar yang diperkirakan hadir sebanyak 200 orang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.