Oleh Khairil Anwar
Pada tahun 1640 M, Belanda memulai membuat perjanjian jual-beli monopoli di Minangkabau. Tahun 1662 M, orang Pauh-Padang menjual emas kepada Aceh sebanyak 700 pon (350 kg).
Tahun 1666 M, Belanda menyerang Pauh dibawah pimpinan Yacob Cruys, masyarakat Pauh menyingkirkan diri, kemudian secara tiba-tiba masyarakat menyerang pasukan Belanda, Yacob Cruys dan dua pertiga pasukannya meninggal dan dikubur di Pauh.
Tahun 1674 M, pimpinan VOC di Malaka menerima 124 bahar timah yang didatangkan dari Minangkabau (1 bahar = 300 kati, 1 karung = 80 kati). Pada tahun 1790 M s/d 1809 M, tiga orang tokoh Minangkabau yang terdiri dari H. Piobang, H. Sumanik dan H. Miskin bermukin di Mekah, dan pada saat itu Pasukan Turki sedang giatnya menumpas kaum Wahabi, ketiga orang tersebut adalah Komando Pasukan Turki, dan karena itu mereka bukanlah penganut ajaran Wahabi. Tahun 1794 M, Napoleon menduduki Mesir, Turki mengundurkan diri dari Mesir, kemudian untuk dapat menduduki Mesir kembali, Turki membentuk pasukan relawan dan melatihnya. Tiga (3) orang haji asal Minangkabau yang bermukim di Mekah yaitu; Muhammad Arif atau H. Sumanik, Abdul Rahman atau H. Piobang, dan H. Miskin mendaftar menjadi sukarelawan, dan kemudian setelah dilatih mereka diangkat menjadi Panglima Turki.
Pada tahun 1795 M, dibawah pimpinan Raffles, Inggris menguasai pantai barat Sumatera mulai dari Barus sampai Ketaun-Bengkulu. Raffles menghubungi Sulthan Minangkabau, memohon izin untuk membuka kantor di Simawang, kantor ini juga merupakan benteng dan tempat tinggal perwakilan Inggris untuk memudahkan hubungan Inggris dengan Sulthan Minangkabau.
Pada tahun 1803 M, Napoleon dapat diusir dari Mesir oleh Pasukan Turki berkat jasa ketiga tokoh agama Minangkabau tersebut dan dinaikkan pangkatnya menjadi ;
# H. Piobang diangkat menjadi Komandan Kavaleri dengan pangkat Kolonel.
# H. Sumanik diangkat menjadi Komandan Detasemen Artileri dengan pangkat Mayor.
# H. Miskin diangkat menjadi Komandan Batalyon Invanteri dengan pangkat Letnan Kolonel.
Ketiga haji tersebut adalah Pasukan Komando (Kanitsar) tentara Turki.
Tahun 1816 M, Rajo Adat Minangkabau terakhir bernama Abdul Jalil, beliau mengumumkan perang terhadap perdagangan candu, tuak, judi dan santo (tembakau). Pengumumam beliau ini didukung oleh Tuanku Nan Renceh dari Kamang dibantu oleh Harimau Nan Salapan.
Tahun 1822 M, Rajo Adat di Buo membuat benteng pertahanan di Puncak Pato Marapalam, untuk menahan gerak maju Belanda dari Batusangkar menuju Buo dan Lintau.
Pada tahun 1824 M, Belanda membuat benteng yang kokoh menghadap ke Marapalam di Batusangkar yang terkenal dengan nama Fort Van Der Capellen. (Bersambung)