Puluhan Karya Seni Rupa Minimalis di Gelar dalam Pameran “Dunia Tanpa Karet Penghapus” di Padang
Semangatnews.com. Padang – Puluan seniman seni rupa mengikuti pameran “drawing” berukuran minimalis dengan beragam obyek yang diangkat kepermukaan merujuk tema pameran “Dunia Tanpa Karet Penghapus” yang berlangsung sejak 1 sd 8 Februari 2020 mendatang di Kafe Kubik, Jalan Olo Ladang, No. 12 Padang.
Diantara seniman yang berpameran tercatat satu diantaranya dari propinsi Bengkulu, Herwandi Iwan (35 th) yang telah beberapa kali mengikuti iven besar pameran seni rupa nasional dan di Sumatera sendiri, sejak pra Bienalle Sumatera (2011), Sumatera Bienalle dan iven penting lainnya.
Selain itu juga tercatat nama-nama seperti Alberto, Dayat D Kincie, Evelyna Dianita, Fariko Edwardi, Herisman Tojes, Hendra Sardi, Imam Teguh, Ismed Sajo, Iswandi, Milpi Chandra, Nasrul Palapa, Rahmat Nur, Zirwen Hazry dan beberapa nama lain.
Dalam catatan kecil pameran, disebutkan bahwa pameran yang diikuti puluhan perupa nasional itu, bukan sekedar mengumpulkan karya di satu ruangan yang sama, tetapi kebersamaan dimaksudkan adalah bersama-sama mengeroyok suatu gagasan yang diartikulasikan dengan cara berbeda-beda.
Pameran “Dunia Tanpa Karet Penghapus” merupakan gabungan antara “kebetulan berpameran di ruang yang sama” dan “memamerkan cara melihat yang berbeda atas isu yang sama”.
Karena bila pameran bersama-sama berguna secara sosial dan salah satu cara menghidupkan kembali kebersamaan dan kesenian.
“Memamerkan cara melihat” berguna untuk mengintrogasi diri sendiri dalam ruang estetik. Apakah dalam berkesenian kita sekedar membuaat atau mencipta, sebagaimana ditulis dalam catatan kecil pameran tersebut.
Sementara pengamat dan kurator seni rupa, Muharyadi, yang berpapasan dengan Semangatnews.com di ruang pameran, Kafe Kubik, Selasa (4/2) ketika diminta komentarnya terhadap karya-karya yang rata-rata berukuran minimalis itu, menyebutkan, karya-karya yang tampil dalam ruang pameran ini tentulah karya-karya terpilih dengan nama-nama yang tak asing lagi di kancah seni rupa nasional.
Kegiatan berpameran, berkarya dan berpameran lagi bukan asing lagi bagi teman-teman yang mengisi ruang pameran ini.
Menurut Muharyadi, proses berkarya yang dimulai dari tahapan ide, gagasan sampai wujud karya. Semuanya tidak terlepas dari hasil pengamatan serta interaksi dengan lingkungan atau alam sekitarnya yang berangkat dari pengalaman masing-masing individual.
Pengamatan terhadap realitas dianggap penting karena berkaitan dengan ide, keinginan dan lainnya. Realitas yang ada dihadapan baik dalam masalah sosial, kemiskinan, ekonomi, politik, budaya atau masalah keseharian menjadi sesuatu yang menarik diwacanakan. Kepekaan terhadap realitas menjadi teramat penting.
Dan, konsep berkarya seni rupa identik dengan melakukan pengamatan terhadap realitas, baik datang dari dalam maupun luar diri sendiri. Itu semua direfresentasikan dengan segala kelebihan dan kekurangan peserta pameran dalam ranah estetik, ujar Muharyadi memberi ilustrasi ringan kepada Semangatnews.com. (SS/HF/DP)