Puisi Wina Armada Sukardi: “Pengeras Suara”
Desah suara oleh pengeras suara terlantang kemana-mana
Perintah lewat pengeras suara tersimak dengan takzim.
Pengeras suara memperjelas dan memecahkan masalah.
Mengapakah pengeras suara dalam nurani sendiri tak terdengar
padahal mengajarkan kearifan
Tidakah terdengar dari pengeras suara hati menyerukan keimanan dan ketaqwaan kepada Sang Pencipta
Bukankah pengeras suara jiwa berkali-kali mengajarkan kasih dan sejahtera buat sesama?
Pengeras suara berpadu dalam aliran darah
Juga terpantau dalam setiap tarikan nafas
Kenapa pula tidak terdengar?
Pengeras suara memanggil-manggil
masihkah dapat di beda-bedakan dari mana
Apakah itu kuasa jahat para pendukung kezoliman ataukah himbauan perlindungan
Kiwari sulit membedakan kebenaran dan kebatilan
Kebusukan terbungkus kepura-puraan pewangi
Sementara kesucian terliput bayangan keburukan
Cuma kewaspadaan budi perkerti yang dapat menyelamatkan.
Dengarkanlah !
Bersiaplah!
Pengeras suara telah bertalu-talu memanggil kembali
masing-masing mengartikan sendiri maknanya.***
Grand Indonesia, Idhul Adha versi Muhamadiyah, Rabu, 28/4/2023.