Perjalanan Umroh Dimasa Pandemi COVID-19: “TAK BERANI PAMIT (1)
Oleh Andi Noviriyanti
Pagi itu, 1 Nopember pukul 06.15 WIB saya sudah berada Bandara Soekarno-Hatta. Dua buah kopor dan satu tas selempang menemani saya pagi itu. Hari itu adalah hari yang mendebarkan. Dijadwalkan itulah hari pertama umroh dibuka setelah ditutup 8 bulan sejak COVID (Coronavirus Desease) – 19 mewabah.
Meski sudah berada di bandara, saya belum punya nyali untuk berpamitan. Kecuali hanya pada orang-orang terdekat yaitu keluarga. Karena meski sudah berada di bandara, belum bisa dipastikan saya bisa berangkat atau tidak, karena umroh perdana ini mengikuti aturan COVID 19.
Umroh di masa pandemi ini harus dipastikan semua yang berangkat harus bebas dari virus Corona dan itu harus dinyatakan dari hasil PCR (Polymerase Chain Reaction) yang sampelnya diambil dengan metode swab. Prosesnya dengan memasukkan kapas lidi ke rongga hidung dan mulut. Bagi yang tidak tahan, bisa mengeluarkan air mata dan perasaan mau muntah.
Proses swab hanya bisa dilakukan di rekanan yang ditunjuk oleh Pemerintah Arab Saudi. Dan itu hanya ada di Jakarta dan harus diambil maksimal 72 jam sebelum keberangkatan.
Pesawat yang digunakan pun harus menggunakan maskapai Saudi Arabia. Pesawat ini pun hanya terbang satu kali dalam satu hari.
Pagi itu saya menghubungi Direktur Marketing Arminareka Perdana Riani Rilanda (Rindang) yang juga akan ikut dalam rombongan umroh perdana sekaligus yang mengurus pemberangkatan jamaah. Ia menyebutkan hasil PCR belum ada ditangannya. Tapi nama-nama yang positif sudah keluar dan tidak ada nama jamaah Arminareka Perdana.
Namun bukti kita negatif juga belum ada. Ditambah info pagi itu sekitar tujuh orang dinyatakan positif COVID. Angka itu terus bertambah.
Sampai akhirnya liputan media TV One sekitar jam 07.40 WIB tentang pemberangkatan umroh, ditayangkan langsung dan saya sempat diwawancarai. Dari situlah tersebar luas pemberangkatan saya.
Namun meski sudah tersebar luas… saya hanya menyatakan Insyaa Allah berangkat. Karena sesungguhnya hari saya juga masih berdebar-debar memastikan apakah bisa berangkat atau tidak. Karena fisik dari hasil PCR itu belum di tangan pihak travel. Baru sekitar jam 8.57 WiB menyatakan semua jamaah umroh Arminareka Perdana yang berangkat pagi itu hasilnya negatif COVID 19. Barulah di 09.00 berani mengumumkan secara resmi untuk berpamitan.
Keberangkatan umroh di musim pandemi, tidak mudah. Kita harus terlebih dahulu menjalani swab test. Bahkan sampai kita di bandara kita tidak tahu pasti apakah kita bisa berangkat atau tidak. Karena keluarnya hasil PCR dan visa kerja jadwal keberangkatan sangat mepet. Kita hanya perlu siap.
Jadwal swab saya waktu itu sekitar jam 15.00 WIB tanggal 31 Oktober. Sementara berangkat jam 11, di 1 November. Visa baru keluar setelah hasil PCR tes keluar. Jadi bisa dibayangkan hebohnya proses perjalanan umroh saat ini.
Itu juga yang menyebabkan keberangkatan pagi itu delay hampir 3 jam. Karena banyak dari jamaah yang hasil PCRnya belum keluar. Bahkan terakhir sesaat sebelum saya memasuki pesawat terdengar kabar sudah 30 yang positif COVID. Sekitar 100 sebelum keluar hasilnya. Belakangan saya dapat kabar setelah di Mekkah ada beberapa jamaah yang histeris karena hasil PCRnya keluar pas 5 menit pesawat take off.
Di dalam pesawat yang seharusnya berangkat sekitar 360 orang, hanya sekitar 250 an yang akhirnya berangkat.
Berangkat umroh di musim pandemi benar-benar terseleksi. Mulai dari pembatasan usia hanya 18 sampai 50 tahun sampai harus menjalani proses swab di Jakarta. Jika bukan karena panggilan Robb mungkin saya tidak begitu punya nyali untuk menjalani proses swab. Bukan saja karena prosesnya tidak nyaman tapi karena takut akan hasilnya dan juga trauma melihat orang-orang terdekat terkena COVID. Beberapa masuk rumah sakit dan satu meninggal.
Sesampai di Arab Saudi, di Bandara Jeddah pengawasan untuk PCR test sangat ketat. Bahkan lebih ketat dari pengawasan imigrasi.
Meski ada suasana horor dalam menghadapi virus Corona tapi ada juga senyum yang tersungging. Karna saat datang, jamaah jamaah Indonesia disambut dengan ucapan selamat datang dan hidangan coklat dari pihak Arab Saudi.
Begitu juga ketika sampai di dalam hotel. Jamaah jamaah disambut dengan welcome drink dan setangkai bunga mawar merah. Semua seperti berbahagia menyambut jamaah umroh perdana ini.
Namun lagi-lagi itu bukan akhir. Sesampai di hotel semua bagasi jamaah disinfektan. Lalu semua jamaah dari lobby disuruh naik ke kamar masing-masing. Dan setelah itu proses isolasi mandiri dimulai. Selama tiga hari harus menjalani proses isolasi di kamar masing-masing. Makanan diantar petugas hotel dengan box setiap jam makan. Jamaah yang coba-coba turun ke Lobby akan disuruh segera kembali ke kamar. Siapa yang melanggar proses isolasi akan didenda 10.000 SAR. (Bersambung)