PADANG PANJANG, SEMANGATNEWS.COM – Lima belas orang kalangan wanita muda dari dua kelurahan kota Padangpanjang yang tergabung dalam IKM (Industri Kecil dan Menengah) kota serambi Mekkah.
Pelatihan batik cap ini bersumber dari motif-motif budaya lokal dan telah mulai tanggal 20 – 22 Mei 2024 di Sanggar Batik Canting Buana Kreatif, Jalan Bangdes II RT X, 69, Padang Panjang
Kegiatan yang digelar Dinas Perdagangan Koperasi UKM kota Padangpanjang memanfaatkan dana Pokir anggota DPRD Padangpanjang, Mardiansyah (Ketua DPRD feaksi PAN) dan Kiki anugerah (Nasdem) terdiri 8 orang dari IKM batik Maskotik Kelurahan Koto Katiak dan 7 peserta Cantiang Azazi Kelurahan Sigando itu mendapat antusias tinggi dari peserta pelatihan.
Kabid Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Padangpanjang, Azani Maizuar, S.IP, M.I. KOM saat dikonfirmasi, Rabu (22/5) kemarin menyebutkan, melalui pelatihan batik cap ini diharapkan seluruh peserta selain menguasai proses pembuatan batik cap baik dari aspek keilmuan maupun praktik di lapangan diharapkan juga dapat memberi nilai tambah secara ekonomi di masing-masing kelurahan.
Apalagi saat ini mengenakan busana batik, bukan hanya di kalangan masyarakat bahkan merambah hingga kepejabat negara hingga kesejumlah pejabat negara luar negeri sekalipun, maka peluang batik menjadi hal menarik guna menopang perekonomian masyarakat, tambah Azani Maizuar.
Pimpinan Sanggar Batik Canting Buana Kreatif yang juga dosen seni kriya Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, Widdiyanti, S.Sn, M.Sn, di sanggarnya kepada Semangatnews.com menjelaskan, kepada peserta diberikan materi proses pembuatan batik cap, dimulai dari pengenalan motif, penjelasan bentuk motif, pemindahan bentuk motif, proses cetak motif ke dasar kain hingga proses batik jadi.
Secara keseluruhan proses pembuatan batik cap yang tetap mengadopsi kolaborasi motif motif budaya Minang yang tidak dimiliki provinsi lain di tanah air, bagi semua peserta ternyata mampu diimplementasi dalam bentuk jadi batik cap bernilai seni. Kemudian peserta pelatihan batik cap ini juga memiliki antusiasme tinggi untuk mempelajarinya, tanpa kenal lelah ujar Widdiyanti.
Sementara dua peserta dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya perihal pelatihan batik cap ini, Yuliarni (Koto Katiak) dan Rhesty Fauziah (Sigando), menyatakan kepuasannya mengikuti pelatihan batik cap sebagai aktivitas bermuatan kreatifitas dalam dunia batik yang kini makin diminati masyarakat, apalagi dikalangan wanita.
Karena itu Yuliarni dan Rhesty Fauziah merasa bersyukur dapat terlibat langsung dalam proses pembuatan batik cap bermuatan nilai lokal yang kaya dengan nilai-nilai dan diharapkan juga kegiatan serupa dengan kolaborasi makin kaya sebagai isian batik cap ini dapat berlanjut kedepannya, harap mereka menambahkan. (mh)