Pasar Sepi Sejak Kapal “Sumber” Tak Masuk ke Mentawai

by -

Pasar Sepi Sejak Kapal Sumber Tak Masuk ke Mentawai

Semangatnews, Mentawai- Kapal Sumber Rezeki sebagai transportasi para pedagang ke Mentawai saat ini tidak beroperasi lagi. Hal itu sangat mempengaruhi ekonomi sejumlah Masyarakat di kabupaten kepulauan Mentawai, salah satunya di desa Sioban, kecamatan Sipora selatan.

Menurut seorang Pedagang Afriadi (50) Warga Desa Sioban, Kecamatan Sipora Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai mengatakan, hidupnya pasar di Sioban tergantung jenis kapal yang memasuki wilayah tersebut.

Dikatakan semasa masuknya Kapal kayu swasta Sumber rezeki dahulu, pasar Sioban ramai dikunjungi oleh pembeli dari berbagai desa di kecamatan Sipora selatan. Alasannya, Masyarakat dapat membeli dan menjual hasil perkebunan diantaranya Pisang, Kelapa dan Pinang. Dan hasil laut diantaranya Ikan karang dan Udang.

“Jika Kapal masuk toke-toke berdatangan. Tentu ini menjadi hal yang baik oleh masyarakat karena toke-toke bersaing untuk membeli hasil perkebunan dan hasil laut masyarakat,” ungkapnya kepada Wartawan. Minggu, (09/02/2020).

Menurutnya, kedatangan Kapal milik PT. ASDP ke Sioban tidak mempengaruhi situasi layaknya pasar. Pasalnya, tidak mendatangi banyak Pedagang. Hal itu terjadi akibat posisi pelabuhan Bungus, Padang menuju pelabuhan Tuapejat, Mentawai yang jauh dari pusat pembelanjaan Pasar raya Padang.

“Kalau semasa kapal Sumber dulu, para pedagang menuju pelabuhan muara Padang tidak terlalu jauh dan biaya membawa barang juga tidak mahal jika dibandingkan menuju pelabuhan Bungus Padang. Dan Kapalpun masuk pagi disioban sekira jam 06.00 wib selanjutnya pada jam 12.00 wib siang kapal menuju Tuapejat sampai jam 14.00 wib dan kembali kepadang jam 21.00 wib. Artinya waktu pasar disaat Kapal Sumber masuk setiap hari sabtu dulu,” terangnya.

Dikatakan Afri pembeli pisang yang datang menggunakan kapal milik ASDP tersebut tidak sesui dengan harga pembeli pisang dimasa Kapal Sumber dahulu. Menurutnya, Pembeli hanya menawarkan Pisang seharga Rp. 9 ribu per tandan sedangkan dahulu bisa mencapai Rp. 12 ribu.

Begitu juga dengan harga bahan dapur tergolong murah dikatakan kalau dulu harga tidak terlalu jauh dengan harga dikota padang. Dan itu yang membuat pasar menjadi hidup yang banyak dikunjungi pembeli dari berbagai desa tersebut.

Disebutkan Afri, menurut informasi yang diperoleh dari ABK Sumber Rezeki, Pemerintah Daerah tidak mampu lagi membayar subsidi kapal swasta tersebut. Sehingga kapal itu sekarang sudah diolah menjadi kapal pembawa minyak.

Sementara itu, Camat Sipora selatan, Kardin membenarkan bahwa Pasar Sioban tidak hidup karena Kapal Sumber Rezeki tidak masuk lagi ke Sioban. Namun pihaknya mengupayakan melalui Koordinasi dengan pihak Dinas Perhubungan setempat agar Kapal milik ASDP masuk ke Sioban sesudah berlabuh di Tuapejat, kecamatan Sipora utara.

Dikatakannya, masuk Kapal ASDP ini sudah cukup membantu Masyarakat dalam melakukan transaksi juali beli. Meski tidak seperti dahulu lagi.

Selain itu dikatakan, sesui Peraturan Bupati nomor 16 tahun 2016 tentang petunjuk teknis pengelolan pasar oleh kecamatan, setiap pedagang wajib membayar retribusi pasar Rp 2.500 per hari.

Maka dari pada itu, pihaknya telah melakukan undian terhadap 9 orang untuk menepati Kios itu. Berbeda dengan 7 orang lagi sudah dipilih langsung tanpa diundi karena terkena dampak dari Revitalisasi pasar sioban waktu lalu. Dan 16 orang sudah tercatat sebagai pengguna 16 kios tersebut.

Kardin menyebutkan, operasi pasar disioban bakal dimulai pada bulan maret 2020 ini dan sekaligus mulai melakukan pemungutan retribusi kelas III kios (Ruko) pasar Rp. 900 ribu per tahun. Pemungutan dilaksanakan per bulan dengan harga Rp. 108 ribu ataupun per minggu yang nanti dipungut petugas kecamatan lalu langsung dimasukkan ke khas daerah.

“Sebanyak 16 kios ini nanti kami bagi, ada yang menjual emas, pakaian atau bervariasi. Dan itu sudah kami sampaikan waktu sosialisasi lalu. Kemudian kita sudah menyampaikan agar pedagang menjaga kebersihan pasar yang membuat lingkungan kotor dan menimbulkan aroma ang tidak sedap,” terangnya.

Ia menghimbau kepada Pedagang dikios, apabila tidak mengisi Kios selama 2 bulan berturut. Maka pihak kecamatan akan mencabut izin dan menyerahkan kepada Pedagang yang lain. (ev)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.