SEMANGATNEWS.COM – Muara Labuah. Dua dari sejumlah obyek wisata Muara Labuah, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat yakni rumah gadang “Gajah Maram” dan “Menara Songket” setinggi 32 m dari permukaan tanah memiliki daya pikat tersendiri diantara sejumlah obyek wisata budaya yang ada.
Sementara obyek wisata lain seperti Rumah Gadang Minangkabau, Gunung Kerinci, Kebun Teh Liki, Puncak Bangun Rejo, Air Terjun Kembar, Goa Batu Kapal, Pemandian Hot Water Boom, Tubing Ducati, Air Terjun Tansi Ampek, Air Terjun Malanca juga tak kalah menariknya di mata publik untuk dilihat, diamati dari dekat.
Hal itu dikemukakan sejumlah pengunjung obyek-obyek wisata kabupaten Solok Selatan kepada Semangatnews.com, jelang memasuki bulan suci Ramadhan 14 22 Sabtu dan Minggu (10-11/04/21) di Koto Baru, Sungai Pagu, Solok Selatan.
Amel (29 th) dan Lili (21 th) yang sengaja datang dari Padang terkesima melihat deretan rumah gadang yang banyak ditemui di Muara Labuah Solok Selatan ini yang terkenal dengan sebutan 1000 rumah gadang berarsitektur Minangkabau yang rata-rata berusia puluhan bahkan ratusan tahun sangat mengagumi bangunan-bangunan lama Minangkabau tersebut.
Bahkan Amel lebih terkesima lagi ketika memasuki rumah gadang “Gajah Maram” meski terlihat usang tapi masih memiliki konstruksi yang cukup kuat untuk menampung para pengunjung yang datang dan masuk ke dalamnya untuk melihat berbagai benda-benda lama termasuk pelaminan lengkap dengan aksesoriesnya.
Rasanya tak cukup waktu jika ingin mengamati secara menyeluruh obyek-obyek wisata yang ada di Muara Labuah, Solok Selatan. Memasuki Kabupaten yang berbatasan di daerah Pantai Cermin kabupaten Solok ini, kita akan disambut dengan keindahan Ustano Balun, yaitu Istana dari salah satu Raja nan Empat yang ada di Alam Surambi Sungai Pagu ini, Daulat yang Dipertuan Tuanku Rajo Bagindo, Raja Adat Alam Surambi Sungai Pagu. Tuanku Rajo Bagindo adalah salah Tuanku yang berwenang menangani urusan adat, ekonomi, dan menguasai Tambo Alam dan lainnya, tutur Amel yang menelusuri secara tertulis keindahan obyek-obyek yang dikunjunginya.
Melta Desyka (26 th) dan Ade Jaslil Putra (27 th) dua pekerja seni rupa anak muda “urang awak” yang pulang kampung dari Yogyakarta ke Sumatera Barat beberapa waktu lalu setibanya di Nagari Koto Baru, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat itu, terkesima melihat deretan rumah gadang yang masih berdiri kokoh di tengah-tengah maraknya pembangunan serba beton saat ini, ujar mereka berdua kagum.
Lihat misalnya, rumah gadang “Gajah Maram” dengan sejumlah koleksi benda-benda besejarah dan beragam aksesories pelaminan, meski dilihat dari luar sudah sangat tua yang didirikan tahun 1794 itu namun di dalamnya masih terlihat kokoh dan utuh yang mencirikan ketahanan bangunan bersejarah sebagai warisan Datuak Pemangku Adat yang kini diwarisi kepada Azhar Datuak Rajo Panjang dari empat datuak pemangku adat sebelumnya seperti Rapuan Datauak Lelo Panjang, Ambatr Datuak Lelo Panjang, Asam Datuak Lelo Panjang dan Nurdin Lelo Panjang, ujar Ade panggilan akrab anak muda ini yang mengetahui dari data yang ada di dalam rumah agad Gajah Maram tersebut.
Ibu Muda dsatu anak Im (44 th) dari Padang yang telah lama penasaran ingin melihat obyek wisata 1000 rumah gadang di Muara Labuah Solok Selatan tersebut mengaku, kaget melihat begitu banyaknya rumah gadang berusia tua yang masih terawat, meski sebagian diantaranya diakui perlu di renovasi/direhabilitasi dengan tidak meninggalkan bentuk-bentuk aslinya.
Ini sebuah sebuah tanggungjawab bagi masyarakat kita terutama bagi kalangan anak muda milenial untuk terus memelihara, merawat dan melestarikan rumah beraksitektur Minang tersebut sebagai bentuk kekayaan warisan budaya para leluhur kita, ujar Im lagi.
Pengamat dan kurator seni rupa, Muharyadi yang turut mendampingi Semangatnews.com selama berada di Muara Labuah, mengungkapkan, untuk menjadikan Solok Selatan benar-benar menjadi obyek terkemuka wisata yang ada di Sumatera Barat, Pemerintah melalui Pemerintah Kabupaten Solok Selatan dan Provinsi Sumatera Barat perlu menelusuri dengan teliti obyek-obyek wisata yang ada di daerah ini untuk dikelola secara profesional dan berkelanjutan, terlebih obyek-obyek wisata budaya yang ada seperti rumah gadang, bangunan-bangunan bersejarah dan lainnya. Kemudian diperkuat pula dengan kehadiran “Menara Songket” setinggi 32 meter yang makin melengkapi dan makin memperkaya obyek-obyek wisata yang ada.
Menurut Muharyadi, Solok Selatan,yang terkenal dengan sebutan Nagari 1000 Rumah Gadang di Kecamatan Sungai Pagu dengan berbagai model, sebagaimana pernah diberi nama oleh Meutia Hatta (putri Proklamator RI) saat menjadi menteri beberapa tahun silam dengan sebutan “Perkampungan Seribu Rumah Gadang” atau “Nagari 1000 Rumah Gadang”, memiliki keunikan tersendiri bahkan tahun 2018 lalu kawasan 1000 rumah gadang ini telah dicanangkan revitalisasinya oleh Presiden RI, Joko Widodo.
Guna lebih memperkaya obyek-obyek tersebut tinggal sekarang bagaimana isian seni budaya berbasis budaya lokal yang ada di daerah ini seperti keunikan keseniannya melalui berbagai iven yang dimunculkan, edukasi seni bagi anak muda milenial, kemudian sektor seni rupa dan industri kreatif serta cendra mata sebagai ciri khas 1000 rumah gadang dapat terwujud dengan baik dan sempurna kepermukaan melalui berbagai konsep dan strateginya, hingga benar-benar memberikan kesan tersendiri bagi publik yang berkunjung ke daerah ini, ujar Muharyadi memberi lagi. (FR).