Museum Budaya Sawahlunto Perlu Penanganan Lebih Profesional dan Serius
Semangatnews.com, Sawahlunto – Keberadaan kota Sawahlunto sebagai situs warisan dunia melalui sejarah tambang batu bara sebagaimana yang ditetapkan oleh badan dunia PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) melalui UNESCO dari International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) melalui sejarah perjalanan tambang Batubara Ombilin Sawahluno era kolonial Belanda perlu memperkuat diri dengan membenahi museum budaya secara profesional dan sungguh-sungguh sehingga kehadirannya tidak sebatas sebagai pelengkap semata.
Kehadiran museum baru, seperti Museum Budaya Sawahlunto, Museum Tari, dan Museum Lukisan dan Etno Kayu. Sawahlunto dikenal sebagai tempat lahir tokoh pers kenamaan nasional, Djamaluddin Adinegoro. Adinegoro merupakan saudara tokoh nasional, bapak soneta Indonesia, Muhammad Yamin dan kemudian direncanakan juga akan dilengkapi dengan museum jurnalistik dan kesusastraan bernama Museum Adinegoro.
Hal itu disampaikan seniman, pengamat seni rupa dan kurator, Muharyadi saat ditemuui semangatnews.com di sela-sela mendampingi rombongan ratusan siswa dan puluhan tenaga pendidik dan dari SMK Negeri 4 (SSRI/SMSR) Padang dan sejumlah seniman, di Sawahlunto, Jumat (29/11).
Menurut Muharyadi, keberadaan suatu museum, seperti musem tari, museum musik, Sawahlunto, Museum Tari, Museum Lukisan dan Etno Kayu bahkan Pemerintah juga mencanangkan pembangunan museum jurnalistik dan kesusastraan bernama Museum Adinegoro, jelas lebih memperkuat keberadaan kota Sawahlunto sebagai situs warisan dunia.
Kehadiran museum seni musik, museum tari, museum seni rupa (bukan museum seni lukis sebgaiaman yang tertera pada museumnya- red) dan museum etno kayu pada hakikatnya turut memperkaya predikat Sawahlunto dengan julukan ‘Warisan Budaya Dunia’ dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).
Predikat warisan budaya dunia itu tentulah menjadi perhatian kita semua baik, dikalangan seniman, pekerja seni, pemerhati, kalangan eksekutif dan legislatif, karena bagaimana pun kehadiran museum menggambarkan sejarah panjang seni rupa Sumatera Barat yang dapat dijadikan wahana pembelajaran bernilai edukasi, tempat mencuci mata dari kelelahan persoalan duniawi mata pengujung, wahana peradaban budaya seni rupa yang pernah melahirkan karya-karya masterpiece sepanjang masa, sekaligus daya tarik bagi turis lokal maupun mancaanegara yang berkunjung ke Sumatera Barat,, khususnya Sawahlunto”.
Dikatakan, saat ini museum seni musik dan seni tari dari museum budaya dalam ranah seni, sudah mulai menarik perhatian pengunjung yang berdatangan pada kedua lokasi, tapi saat memasuki ruangan seyogyanya pihak museum menyediakan lefleay atau brosur yang dapat memandu dan membantu pengunjung setidaknya dalam dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris kemudian didampingi petugas museum yang mampu menjelaskan secara profesional semua isi museum yang ada di dalamnya, ujar Muharyadi.
Untuk museum seni rupa — bukan museum seni lukis seperti namanya tertera saat ini –di Sawah Lunto, tentulah – karya-karya yang menggambarkan peridesasi, nilai sejarah, nilai keberagaman dan karya masterpiece bernilai sejarah dan edukasi tinggi. Sekarang museum itu hanya berisi sejumlah karya yang tidak menggambarkan periodesasi dan bernilai sejarah dan edukasi, jelas Muharyadi.
Karena itulah Muharyadi menyarankan, ketiga museum, musik, tari dan seni rupa agar lebih berbenah diri lagi kedepan dengan suatu harapan kehadiran museum seni itu dalam untuk memperkuat ‘Warisan Budaya Dunia’ benar-benar tampil refresentatif dan utuh sebagai bagian yang terpisahkan dari predikat warisan budaya dunia dan sekaligus dapat memperkuat museum keretra api, museum ransum dan lainnya, tutur Muharyadi lagi. (FR)