SEMANGATNEWS.COM, PADANG – Untuk memacu program pembangunan sektor pariwisata di Sumatera Barat yang terus bergulir ternyata masih diperlukan penyempurnaan dan perbaikan agar dunia pariwisata benar-benar menjadi sektor pembangunan strategis di tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi bahkan tingkat nasional.
Di Sumbar saat ini diakui telah memiliki kekuatan sektor pembangunan pariwisatanya seperti ; tersedianya potensi daya tarik wisata, tersedianya alokasi anggaran pembangunan pariwisata, tersedianya Perda tentang rencana induk pembangunan kepariwisataan.
Namun semua itu tidaklah cukup jika tidak diimbangi dengan tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) Pariwisata yang memadai, berkualitas dan profesional dalam mengelola pembangunan Pariwisata secara sungguh-sungguh tanpa merusak nilai nilai yang ada di tengah-tengah masyarakatnya.
Hal itu mengemuka sebagaimana disampaikan Yusman (seniman Patung Nasional) urang awak asal Sukamenanti, Pasaman yang kini bermukim di Yogyakarta dan Dolmai Fianto (Pariaman) pekerja seni dan wisata kepada Semangatnews.com ketika diminta pendapat di tempat terpisah, Minggu (28/05) dan Senin (29/05) kemarin.
Menurut Yusman, sebagaimana banyak pemberitaan dunia pariwisata Sumbar selama ini dan terjun langsung ke lapangan diantaranya kota Padang, Pariaman, Sawahlunto, Payakumbuh dan Lima Puluh Kota, Pasaman, Kabupaten Solok, Kota Padangpanjang dan lainnya telah terdapat paket lengkap mulai dari pulau, laut, pantai, danau, lembah pegunungan, bukit, kuliner dan lainnya menjadi modal pariwisata di daerah ini.
Tapi itu semua belum cukup untuk memajukan pembangunan sektor pariwisata tanpa melihat dan mengevaluasi di sana sini kesenjangan yang terjadi di lapangan. Pun masalah SDM pariwisata menjadi teramat penting, karena berpengaruh pada persoalan pariwisata, termasuk juga keterlibatan masyarakat atau penduduk sekitar diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus agar tidak terjadi mis komunikasi antara wisatawan dan penduduk sekitar yang akan berpengaruh terhadap aktivitas wisata.
Pada sisi lain kita harus banyak menimba ilmu dari daerah lain yakni pariwisata berbasis budaya telah lama ditunjukkan beberapa provinsi lain di tanah air seperti Bali dan Yogyakarta yang tetap fokus dalam pelaksanaan budayanya. Bahkan, kedua daerah ini telah mencanangkan diri sebagai kota pariwisata berbasis budaya.
Dalam wisata budaya banyak terdapat unsur kebudayaan menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Sumbar yang bersumber dari musik, seni rupa/kerajinan, seni batik dan eco print, bentuk dan karakteristik rumah gadang, kuliner, bahasa, agama, pendidikan, benda-benda bersejarah dan purbakala serta banyak lagi sebagai contoh yang dikemas secara menarik hingga menjadi kesan tersendiri bagi wisatawan.
Diakui, selama ini kita hanya terpesona dengan pemandangan alam tanpa melihat potensi budaya daerah kota/kabupaten yang ada sebagai kekuatan obyek-obyek wisata yang tidak dimiliki provinsi lain di tanah air. Pemandangan alam atau keindahan pantai akan hilang sesaat dalam ingatan wisatawan manakala mereka menyaksikan keindahan alam di daerah lain. Tetapi wisata budaya yang unik-unik, indah dan penuh pesona, sarat ,akma dan kaya nilai-nilai justru akan lama terpatri dalam pikiran dan ingatan mereka, ujar Yusman.
Bahkan bukan tidak mungkin wisatawan akan berulangkali berkunjung ke Sumbar sejalan pembenahan infrastrastruktur, ketersediaan sumber daya manusianya, kegiatan pemasaran secara intensif, terencana dan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek peningkatan kehidupan komunitas, pelaku dan pekerja seni budaya, baik secara ekonomi maupun sosial.
Padahal berbagai potensi budaya di berbagai kota/kabupaten di Sumbar sebenarnya dapat dijadikan brending pembangunan pariwisata yang kemudian dituangkan dalam RPJM dan RPJP secara realistik dan implementatif yang juga melibatkan masyarakat. Karena wisata budaya merupakan elemen pariwisata paling menarik minat wisatawan apalagi di daerah lahirnya para tokoh pejuang dilengkapi dengan karya monumentalnya, jelas akan memperkuat wisata sejarah yang ada di daerah ini,” ujar Yusman.
Sementara Pekerja Seni dan Wisata, Dolmai Fianto, menyebut ia baru-baru ini kaget di suatu pantai Pariaman ada remaja diteror masyarakat hanya gara-gara duduk berdekatan. Hal ini bisa membuat remaja bahkan masyarakat jera mendatangi lokasi wisata. Mereka belum tahu bersalah kita telah menghakiminya, ini tidak pada tempatnya,” ujar Dolmai.
Namun demikian kita sepakat bahwa SDM sektor pariwisata dimana pun daerahnya di Sumbar perlu ditingkatkan kinerjanya termasuk keberadaan polisi pariwisata dari Polri di lokasi wisata amat diperlukan demi kenyaman para wisatawan, baik domestik maupun asing termasuk masyarakat sekitar obyek-obyek wisata perlu diberi pemahaman melalui pelatihan tentang perlunya pariwisata sebagai sumber ekonomi secara sungguh-sungguh.
Bagaimana pun wisatawan butuh keamanan dan kenyamanan selama berwisata. Kecuali, mereka telah berbuat asusila, pekerjaan terlarang atau tidak senonoh, memang tidak dibenarkan apa pun alasannya, ujar Dolmai menimpali. (Muharyadi)