SEMANGATNEWS.COM – Kesejahteraan dan pembangunan nagari di Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) masih tertinggal.
Masyarakat setempat harus berjuang untuk menjual hasil perkebunan dan pertanian mereka. Sebab akses jalan masih beraspal tanah dan berumput.
Hal itu dikatakan Edwar Dt Maanjuang, tokoh muda Palupuh saat kunjungan ke Koto Tinggi, wilayah perbatasan Palupuh dan Palembayan, Senin (16/11/2020).
Baca juga: Masyarakat Agam Rindu dan Siap Menangkan Indra Catri Pilkada Gubernur Sumbar
“Kami baru baliak (pulang) dari daerah melakukan kunjungan menjemput aspirasi masyarakat dan melihat kondisi kehidupannya,” kata anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Agam periode 2019-2024.
Ia mengakui bahwa daerah itu sangat jauh dari jalan lintas Sumatera, bahkan masyarakat berpenduduk 500 Kepala Keluarga (KK) masih sangat jauh dari kata sejahtera.
“Ba hujan labek jalan tanah ba rumpuik becek, balunau. Karano du oto tadi tasangkuik dek jalan ndak mengizinkan ditampuah oto.
Dahulu no kalau ndak salah Bupati Indra Catri tahun 2015 pernah tabik tangih katiko datang ka lokasi ini,” ungkapnya.
Baca juga: Pedagang Seragam Sekolah Mengeluh, NA-IC Siapkan Strategi Pemulihan Ekonomi
“Masuk dari Bateh Sariak taruih ka Sungai Guntuang labiah kurang 2 kilometer tapi dek jalan banyak rusak hujan pulo bisa makan waktu lamo juo. Masyarakat Koto Tinggi Palupuh masih hidup dalam kemiskinan. Potensi yang selalu dilakukan penduduk selain bersawah menakik karet. Ada banyak lahan karet tumbuh dengan subur,” cerita Edwar prihatin.
Baca juga: Menteri Agama RI Lantik Dewan Pengawas, Dewan Hakim dan Panitera MTQ Tingkat Nasional Ke-28
Bila sarana jalan ini dibangun tentunya akan memudahkan transporaltasi kendaraan. Masyarakat mudah pula menjual hasil kebun dan karet mereka ke Pasa Palupuh.
“Bukan jorong Koto Tinggi sajo nan tertinggal masih banyak jorong-jorong lian di Palupuh yang butuh perhatian baik dalam sarana ekonomi jalan maupun di sektor pendidikan dan keagamaan,” terangnya.