Lukisan Potret “Air Muka” Gusmen Heriadi Upaya Menangkap Sosok yang Dilukis

by -
Lukisan Gusmen Heriadi, Air Muka 2 (Foto Dok Muharyadi)

SEMANGATNEWS.COM, YOGYAKARTA – Melukis potret manusia siapa pun obyeknya, baik teman, sahabat, orang-orang terdekat bahkan tokoh publik sekalipun bagi pelukis tentulah merupakan pekerjaan yang tidak gampang dilakukan, terlebih bagi pelukis pemuka.
Bahaimana pun melukis potret sebgai model tentulah jauh berbeda dengan melukis alam benda yang lebih kepada aspek peniruan semata.

Dalam seni lukis potret pelukis umumnya bertindak lebih jauh dan lebih dalam guna menggambarkan ekspresi dan sifat- sifat model yang dilukis, tetapi seyogyanya juga memiliki kecenderungan menampilkan nila-nilai psikologis yang muncul dari keahlian pelukis untuk mewujudkannya kepermukaan.

Lukisan Gusmen Heriadi, Air Muka No 5 (Foto Dok Muharyadi)

Hal itu pulalah yang dilakukan pelukis Gusmen Heriadi, urang awak kelahiran Pariaman 18 August 1974 yang sejak lama bermukim dan berkarya di daerah istimewa Uogyakarta, ketika dihubungi semangatnews.com, rabu, 8.02.23.

Menurut Gusmen demikian panggilan akrab puluhan lukisan potret yang digarapnya akhir-akhir ini, berawal dari kegiatan pameran retrospeksi menampil karya-karyanya November 2021 silam melalui pameran tunggal mengusung tema “Belum Selesai”, di Jogja Gallery Yogyakarta.

Lukisan Gusmen Heriadi, Air Muka No 12 (Foto Dok Muharyadi)

Disebutkan, wajah wajah yang digarapnya dalam lukisan potret ini tak lain adalah sanak saudara, kawan dan beberapa obyek lain yang tak pernah sungkan mengulurkan tangan dan membantu saya untuk terlaksanakan pameran. Mereka punya peran dan porsi sendiri sendiri di balik sukses dan terselenggaranya yang terbilang besar tersebut, ujar Gusmen.

Sejumlah lukisan yang ia angkat kepermukaan diusung dalam tema AIR MUKA tersebut ditampilkan melalui pameran tunggalnya Ruang Dalam Art Housae, Yogyakarta, sejak 1 sd 18 Februari 2023 terlihat menarik, unik dengan sederetan karakter teman, sehabat atau orang-orang terdekat yang berpartisipasi selama dalam pameran tunggal “belum selesai” sebelumnya.,

Lukisan Gusmen Heriadim Air Muka No 15 (Foto Dok Muharyadi)

Satu persatu lukisan yang direfresentasikan Gusmen kepermukaan tampak bukan hanya mengggambarkan rupa yang tepat atas karakter wajah seseorang. Tetapi sekaligus juga gambaran dan upaya lain untuk menangkap pribadi atau sosok yang dilukis berisikan keunikannya bernilai estetik dengan tidak mengabaikan persoalan nilai-nilai dan wujud seni sebagaimana seni lukis secara umum sebagai manifestinya yang bertolak dari jiwa pribadi pelukis.

Dijelaskan lagi, wajah wajah yang digarap Gusmes Heriadi daridengan raut satu dengan raut wajah lainnya, tentu saja memikul kesan dan cerita tersendiri. Yang membedakan mungkin “Air Muka” menyampaikannya pada publik, saya hanya melukis dan mewujudkannya kepermukaan dalam bentuk lukisan yang terangkum melalui karya Air Muka No 1, Air Muka No 3, Air Muka No 3, Air Muka No 4, Air Muka No 5 hingga Air Muka No 26 memakai media yang sama dengan lukisan-lukisan yang garap s elama ini.

Representasi Pengalaman dan Jiwa Penciptanya

Gusmen Heriadi pelukis urang awak pada karya-karanya yang lain lebih banyak bertutur tentang persoalan duniawi melalui penjelajahan kreativitasnya yang mengalir disetiap tarikan goresan karyanya melalui pesan simbolik yang direfresentasikannya kepermukaan. Baik bersumber dari fantasi, imajinasi maupun di luar itu berasal dari dunia bathin berisikan tentang intuisi dan nurani dalam estetik visual rupa.

Gusmen Heriadi dan karya-karyanya (Foto Dok Muharyadi)

Dalam melukis bukanlah sekedar menuangkan ide/imajinasi kepermukaan menjadi karya tanpa menyentuh subtansi konsep dan makna karya secara utuh. Konsep dapat ditelisik dari persoalan kakikat seni rupa, serta aspek-aspek lain di dalamnya. Makna identitas merupakan representasi pencipta, misalnya apa yang ditawarkan kepada penikmat atau publik hingga pemahaman karya benar-benar komunikatif antara karya seni dan penikmat.

Dalam dalam perjalanannya Gusmen Herisadi mengakrabi persoalan identitas menjadi hal yang esensial dalam proses berkreasi dalam ranah estetik. artinya tak hanya mengedepankan persoalan kekinian, tetapi juga mengedepankan otentisitas. (Muharyadi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.