Lukisan Hidayat di Kincie Mengekspresikan Perasaan Tersembunyi Dalam Pandangan Subyektifitasnya Menggelitik

by -
Lukisan Hidayat di Kincie Mengekspresikan Perasaan Tersembunyi Dalam Pandangan Subyektifitasnya Menggelitik
Hidayat di Kincie

Catatan Kecil : Muharyadi

SEMANGATNEWS.COM – Ada sesuatu yang menggelitik dan merangsang pikiran saya saat menatap dan mengamati sejumlah lukisan pelukis muda, Hidayat Di Kincie (36 th), asal Solok, Sumatera Barat, yang dikerjakannya dalam hampir setahun terakhir dengan segala kreativitas dan produktitasnya.

Baca Juga : Festival Seni Unik “Art Love U” Pertama Kalinya di Indonesia di Gedung JDC Jakarta diikuti 43 Perupa Ternama Sejak 1 – 12 November 2024

Dayat, panggilan akrabnya, melalui sapuan liar kuasnya mengekploitasi beraneka ragam warna-warna mencolok dan bentuk-bentuk terdistorsi yang menggelitik, merefresentasikan persoalan keseharian yang selama ini luput dari pengamatan banyak orang sebagai realita kehidupan diketengahkan dalam pandangan subjektifnya dengan lancar.

Hidayat di Kincie, Menunggu Senja, Akrilik, 132x95 cm, 2024
Hidayat di Kincie, Menunggu Senja, Akrilik, 132×95 cm, 2024

Salah satu lukisan, Musyawarah di Lapau, Akrilik, 75×60 cm, 2024 menjadi simbol keputusan bersama di suatu tempat atau lokasi di Minangkabau, bahwa musyawarah tidak hanya dapat dilakukan di tempat tempat formal, tetapi lapau atau kedai kecil yang biasa dijadikan tempat sekelompok orang menghirup kopi dan minuman lainnya menjadi manifestasi visual kolektifitas kebersamaan yang mungkin suatu saat akan tenggelam oleh ruang dan waktu.

Karyanya berjudul Menunggu Senja, Akrilik, 132×95 cm, 2024 disertai penggunaan warna-warna yang kuat, bentuk-bentuk terdistorsi, sapuan kuasnya yang energik dan emosi tidak berusaha menangkap realitas apa adanya, tetapi lebih memilih menginterpretasikan perasaan pelukisnya kepermukaan.

Hidayat di Kincie, Musyawarah di Lapau, Akrilik, 75x60 cm, 2024
Hidayat di Kincie, Musyawarah di Lapau, Akrilik, 75×60 cm, 2024

Begitu juga aneka warna digunakan bukan untuk menciptakan ilusi realitas, tetapi untuk menyampaikan emosi mendalam menggambarkan kesabaran akan waktu yang ditunggu tunggu datang dengan sendirinya.

Lukisan Dayat, Keluarga Bahagia 3, Aktilik, 100×100 cm, 2024 melalui sapuan kuas yang tampak kasar dan spontan pada sosok obyek manusia dalam suatu kamar, kita dapat membayangkan kebahagiaan pelukisnya menciptakan suasana yang pernah dirasakannya. Karya ini tidak hanya bertutur tentang apa yang direfresentasikam kepermukaan, melainkan juga bagaimana suasana di sebuah kamar tampil utuh dalam keluarga kecil bahagia sebagai wujud cerminan pergolakan batin pelukisnya.

Hidayat di Kincie, Keluarga Bahagia 3, Aktilik, 100x100 cm, 2024
Hidayat di Kincie, Keluarga Bahagia 3, Aktilik, 100×100 cm, 2024

Dalam beberapa tahun terakhir kemampuan Dayat mengungkapkan emosi, perasaan, dan pengalaman pribadinya kental mewarnai lukisannya tanpa mengabaikan unsur estetika yang tidak hanya didapat dari indera penglihatan semata, melainkan mengesankan perasaan yang menggejolak dari pengalaman batin dari perspektif sudut pandang subjektif pelukisnya.

Dalam catatan kita, Dayat alumni seni murni Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Sumatera Barat ini kerap mengetengahkan obyek realitas sosial yang diadopsinya dari kondisi lingkungan sosial tempat ia bermukim dan berkarya tanpa kehilangan greget dan nilai estetika dan diselesaikannya satu persatu tanpa henti.

Ketekunannya kerja lukis melukis seperti ini merupakan sebuah pengembangan dari kegiatan menggambar yang selama ini digelutinya di kampus, dengan keunikan dan ciri khas yang dimilikinya.

Ia menjelajahi unsur nyata, faktual, dan menggambarkan dunia asli dalam kehidupan sehari hari. Melukis bagi dayat tentu bukan semata merupakan aktivitas mengolah medium dua dimensi untuk mendapat kesan tertentu, yang melibatkan ekspresi, emosi, dan gagasan pencipta secara penuh. Tetapi merupakan representasi ekspresi emosi, perasaan, dan pengalaman pribadi dengan kecendrungan ekspresionisme menjadi karya menarik baginya.

Ekspresionisme bisa dilihat sebagai dinamika nilai-nilai dan norma-norma sosial yang kerap dianggap mengekang kebebasan individu. Kekacauan, ketidakpastian, bahkan penderitaan yang dirasakan oleh banyak orang akibat kemajuan teknologi dan industrialisasi yang begitu cepat. Melalui lukisan kelompok ini pelukis berusaha mengembalikan fokus apa yang mereka anggap sebagai inti dari kemanusiaan.

Dari apa yang pernah kita saksikan dan ditelusuri lebih jauh dan lebih dalam, pada sejumlah karya karya Dayat setidaknya kita dapat menangkap refleksi jiwanya yang gelisah dengan dunia yang penuh ketidakpastian. Dayat mengajak penikmat karya-karyanya untuk merenungkan kondisi manusia dengan kompleksitas perjalanan hidupnya. (***)

Catatan Redaksi

Muharyadi, Seniman dan Jurnalis tinggal di Padang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.