SEMANGATNEWS.COM – Dalam rangkan meningkatkan wawasan dan kesadaran anak kemenakan masyarakat Palupuh, LKAAM Palupuh akan melakukan kerjasama dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang dalam avokasi pentingnya menjaga kelestarian lingkungan alam kecamatan Palupuh, baik dari sisi hukum dan kemanfaatan potensi alam untuk kesejahteraan hidup masyarakat sekitarnya.
Hal ini diungkapkan Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabu ( LKAAM) Palupuh Syafril, SE Dt Rajo Api dalam acara Nobar dan Diskusi dengan tema Potensi dan Tantangan Kekayaan Raflesia serta mengawal biodivercity Sumbar di Padang, Sabtu malam ( 11/6/2022).
Syafril Dt Rajo Api mengatakan, kita bersyukur pihak LBH Padang telah menyatakan kesediaannya, semoga ini bisa jadi kenyataan, sehingga masyarakat Palupuh tidak ada lagi terjerat masalah hukum dalam pemanfaatkan potensi alam dan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
“Kita sampaikan permintaan ini dalam forum Nobar dan Diskusi kali ini yang kebetulan salah satu nara sumbernya Direktur LBH Padang, Indira Suryani. Alhamdulillah beliau menyatakan setuju, tinggal bagaimana kita bersama mengimplementasi dalam bentuk MoU nantinya,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, kehadiran LBH Padang tentunya akan mampu memberikan sosialisasi dan advokasi tentang penyelenggaraan hukum dan aturan yang berlaku dalam menjaga kelestarian alam lingkungan hutan.
“Tentunya dengan ada penambahan wawasan masyarakat terhadap pentingnya menjaga kelestarian lingkungan alam, serta pemahaman aturan perundang-undangan yang berlaku tentunya masyarakat Palupuh akan dengan bijak cara pemanfaatan potensi alam dengan baik dan benar. Dan diharapkan tidak ada lagi masyarakat Palupuh yang sembrono merusak alam atau tidak tahu tentang aturan hukum yang berlaku terhadap kewajiban ikut serta menjaga kelestarian lingkungan alam biota yang ada didalam kawasan tersebut.” harap Nyiak Api yang juga anggota DPRD Agam.
Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi disela-sela kegiatan juga menyampaikan alam dan hutan Palupuh merupakan salah benteng menjaga kelestarian lingkungan. Jika hutan dan dilingkungan Palupuh rusak tentunya akan berpengaruh terhadap kondisi hutan di Sumatera Barat.
“Saya pernah singgah minum kopi luwak disalah satu kedai di nagari Koto Rantang Palupuh. Kopi yang enak dan nikmat sekali. Disana kopinya disenangi para wisatawan mancanegara, luar biasa,” ujarnya.
Yozarwardi juga tegaskan sayang sekali jika potensi kesuburan alam Palupuh tidak dimanfaatkan dalam bentuk usaha perkebunan kopi dan lain sebagainya.
“Dari pada merusak hutan, menebang pohon mencari kayu untuk dijual, tentunya usaha produktif perkebunan dan usaha-usaha ekonomi lainnya akan bermanfaat. Karena diketahui bersama juga bahwa Palupuh termasuk daerah rawan bencana alam, longsor, banjir dan galodo yang jelas akan membawa malapetaka,” ingatnya.
Zardi Syahrir salah seorang perantau Palupuh yang juga hadir dalam acara tersebut juga mengatakan, kita menyadari kehidupan ekonomi masyarakat Palupuh amat terbatas. Selain lahan pertanian dan perekebunan serba sedikit hamparan sawah yang kecil-kecil serta banyak lokasi kemiringan yang terjal berbukit.
“Pengembangan kemajuan ekonomi masyarakat Palupuh tidak akan mudah, jika tidak ada tempat menjual hasil pertanian dan perkebunan lebih dekat dengan masyarakat Palupuh. Selama ini permasalahan menjual hasil perkebunan dan pertanian membutuhkan ongkos transportasi yang cukup besar, sehingga keuntungan yang diperoleh amat kecil sekali,” ungkapnya.
Zardi lebih lanjut menerangkan, jika saja ada bangunan sebangsa rest area wisata atau otlet-otlet pinggir jalan yang ada tempat parkirnya, tentu ada tempat orang singgah sejenak istirahat untuk membeli atau sambil menikmati keindahan alam juga menikmati makanan kuliner khas Palupuh yang enak. Selain itu Palupuh lebih berpotensi pengembangan wisata alam, sejarah dan kuliner serta religi.
“Persoalan saat ini, diketahui masih rendah kepedulian masyarakat Palupuh untuk ikut serta memajukan pembangunan daerah, terutama dalam pembebasan lahan. Sudah ada keinginan pemerintah daerah untuk membangun jalan atau rest area, namun pada pelaksanaan terjadi persoalan lahan yang semula sudah oke namun ada-ada saja penolakan tak langsung dikemudianya ?, Jika semua pembiayan dibebankan kepada pemerintah daerah tentu tidak akan kunjung ada perobahan dalam mendorong kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Palupuh, karena pemerintah daerahpun memiliki anggaran yang terbatas juga,” ulasnya.
Menurut Zardi ada banyak orang akan berkeinginan datang berwisata ke Palupuh, pertama potensi bunga Raflesia, kedua sejarah penangkapan Imam Bonjol oleh Hindia Belanda, ketiga sejarah jejak perjuangan perlawanan PDRI melawan Belanda mempertahan kemerdekaan, keempat potensi kreatifitas masyarakat dalam bentuk karya kerajian rumah tangga dan kulinner. Untuk pembangunan jalan, Rest Area, Otlet-Otlet jualan produk masyarakat dan pembangunan masjid yang lebih besar dan luas berbentuk khas Palupuh sebagai sejarah masa lalu, tentunya akan menjadi daya tarik wisata untuk orang berkunjung ke Palupuh.