Semangatnews, Pasaraya-HIDUP dan kehidupan ini sudah ada garisnya, tinggal sejauhmana kita mampu dan mau menjalani dengan ikhlas. Terkadang, karena kurang iman, maka terlihat oleh kita ada yang tak sanggup menerima kenyataan. Ambil jalan pintas dan bunuh diri. Kondisi ini terlihat dalam kehidupan sehari hari. Ada istri dibunuh suami, ada suami dibunuh isteri. Ada anak membunuh bapak dan ibunya ada pula ibu dan ayah kandung membunuh anaknya.
Latar belakang peristiwa ini muncul, salah satu penyebabnya adalah persoalan ekonomi.
Masalah ekonomi di Rumah Tangga sering membawa petaka.
Namun tidak demikian yang terjadi terhadap keluarga Yurnaida yang sudah mengayuh hidup sendiri sejak 11 tahun lalu lantaran suami meninggal.
Tinggal di Bungus setiap hari berkureh di Pasar Raya Padang. Dengan tanggungan anak 6 orang Yur hanya mengharapkan upah sebagai penghiling lado alias cabe merah.
“Co ikolah hiduik pak, satiok hari ambo lakulan”,ujarnya ketika berbincang dengan Semangatnews, Sabtu, 18 Mei 2019.
Pagi Sabtu itu cuaca kota Padang cukup cerah. Terik matahari semakin menyengat, namun Yur yang dari tadi tidak melihatkan lelah di wajah. Batu giling bulat panjang terus menari di hamparan batu besar melumat cabe merah bersama bawang dan garam.
“Kok ndak pakai mesin penggiling cabe”, tanya Semangatnews.
“Ooo tu lain pulo mah pak, masin yo masin, tu yang ado di belakang toko, tapi yang digiling manusia lah ado pulo pelanggannya”.jawabnya lancar, sembari dua tangannya bersitumpu maju mundur menghaluskan cabe.
Jadi sudah punya langganan tetap.? Alah pak, yang minta biasonya Restoran Rumah Makan.
Yurnaida 44 tahun diberi ruang seadanya oleh pemilik toko untuk tempat menggiling. Dia bukan karyawan toko pedagang cabe di situ.
Usai subuh Yur sudah berangkat dari Rumahnya di Bungus ke Pasar Raya. Setiap hari itu dilakukannya hingga pulang sore jam 16.00 Wib.
Ketika ditanya berapa penghasilan. “Kabara na lah pak, lebih kurang saratuih ribu. Tapi itu cukup menghidupkan anak 6 orang meskipun sekarang dua diantaranya sudah bekerja. Namun tanggungjawab saya kepada anak belum bisa dilepaskan.
Kesanggupan Yur untuk menggiling sampai 20 kg. Ya tergantung pesanan, katanya.
Inilah sisi kehidupan Yurnaida, yang tak pernah lelah mencari nafkah untuk membesarkan anak yang ditinggal suami.
Yang penting mau, pasti Allah tidak menyia-nyiakan hambanya. Tapi kalau malas dan mengangkang sajo di rumah yo ka lauik badan dek e, ciloteh Yur mengakhiri.