SEMANGATNEWS.COM – Setiap tahunnya, rakyat Indonesia memperingati hari kemerdekaan yang jatuh setiap tanggal 17 Agustus. Terdapat sejumlah fakta di balik proklamasi yang diperingati setiap tahunnya tersebut, termasuk isu soal kemerdekaan berkat pemberian Jepang.
Faktanya, jauh sebelum Jepang menjajah Indonesia selama 3,5 tahun, Belanda telah terlebih dahulu menginjakkan kakinya di tanah air. Berdasarkan penjelasan dari perjalanan sejarah, negara ini dijajah cukup lama oleh negara ‘Kincir Angin’, yakni selama 3,5 abad atau 350 tahun lamanya, di samping Prancis (1806-1811), Inggris (1811-1816), Portugis (1509-1595) dan Spanyol (1521-1692).
Semenjak tahun 1509 hingga 1945, bangsa Indonesia berjuang sendiri untuk mempertahankan kedaulatan negara dan segala sumber daya alamnya agar tak direbut oleh asing.
Sudah tak terhitung banyaknya rakyat Indonesia yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan negeri ini hingga bersatu menjadi sebuah bangsa yang berdaulat.
Berikut ini Semangatnews.com akan memberikan sejumlah fakta tentang kemerdekaan Indonesia dilansir dari akun YouTube dengan nama pengguna Invoice Indonesia:
1. Hari Jumat di Bulan Ramadan
Pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 agustus 2605 menurut tahun Jepang, dan bertepatan juga dengan tanggal 9 bulan Ramadhan tahun 1364 Hijriah pada pukul 10.00 WIB.
2. Bung Karno sakit
Bung karno, sapaan akrab untuk presiden Soekarno ternyata sedang dalam kondisi tidak sehat ketika membacakan teks proklamasi pada tanggal 17 agustus 1945. Dua jam sebelum pembacaan proklamasi, bung karno masih tertidur pulas di kediamannya di jalan Pegangsaan Timur nomor 56. Oleh dokternya beliau di diagnosa terserang penyakit malaria tertiana, suhu tubuh dari Bung Karno saat itu sangat tinggi sehingga dokternya memberikan obat untuk menurunkan panas.
Bung karno kemudian bangun dari tempat tidurnya pada pukul 09.00 WIB dan pada pukul 10.00 WIB beliau membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Karena kondisinya yang sedang tidak sehat, Bung Karno saat itu tidak berpuasa, meskipun sebelumnya sudah sempat makan sahur bersama sahabatnya yaitu Mohammad Hatta atau Bung Hatta. Atas anjuran dari dokter pribadinya bung karno kemudian membatalkan puasanya pada hari itu juga.
3. Naskah asli hilang
Naskah rancangan proklamasi yang ditulis tangan oleh presiden soekarno, sempat hilang setelah naskah tersebut diketik ulang oleh Sayuti Melik. Kemungkinan karena naskah tersebut sudah diketik ulang, naskah asli tulisan tangan itu kemudian tidak terlalu di perhatikan, sehingga ikut terbuang.
Seorang pria bernama Burhanudin Mohammad Diah menemukan naskah asli tersebut di keranjang sampah di kediaman Laksamana Maeda dan kemudian mengamankannya. Diah kemudian menyimpan naskah asli tersebut dan baru memberikannya kepada presiden Soeharto pada 29 Mei 1992.
Sebelum diketik ulang oleh Sayuti Melik, Bung Hatta, ternyata sempat menugaskan BM Diah untuk menggandakan atau memperbanyak teks proklamasi. Beliau juga memerintahkan untuk menyebarluaskan teks tersebut. Setelah konsep dari naskah proklamasi selesai ditulis oleh Soekarno dan disepakati bersama, Sayuti Melik menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan Tentara Angkatan Laut Jerman milik Mayor Laut dr Hermann Kandeler.
4. Bendera nyaris dinaikkan seorang wartawan
Selesai pembacaan proklamasi oleh Soekarno, kemudian disambung dengan pidato singkat, prosesi selanjutnya adalah pengibaran bendera merah putih. Pada awalnya Surastri Karma Trimurti atau lebih dikenal dengan SK trimurti yang merupakan seorang wartawan, penulis dan guru Bahasa Indonesia yang diminta untuk menaikan bendera merah putih.
Namun beliau menolak dengan alasan pengibaran bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Kemudian ditunjuklah Latief Hendraningrat yang merupakan prajurit Pembela Tanah Air (PETA) dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut.
5. Bendera dijahit Fatmawati
Bendera pusaka merah putih atau dikenal dengan sebutan Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945, dijahit langsung oleh istri presiden Soekarno yaitu, Fatmawati.
Beliau menjahit sendiri bendera tersebut. Adapun kain yang digunakan untuk membuat bendera adalah kain sprei katun pemberian dari seorang perwira Jepang dan dikatakan kain merahnya didapat dari kain penutup milik penjual soto.
6. Berlangsung sederhana
Upacara proklamasi saat itu dilaksankan dengan sangat sederhana, upacara tersebut berjalan tanpa protokol, tanpa musik, tanpa konduktor dan tanpa pancaragam.
Bahkan tiang pengibaran bendera disiapkan hanya beberapa menit sebelum upacara di mulai. Tiang pengibaran bendera tersebut terbuat dari bambu dan disiapkan oleh barisan pelopor yang dipimpin oleh komandan PETA, yaitu Shodancho Latief Hendraningrat dan Shodancho Arifin Abdurahman.
Upacara pada saat itu hanya ada tiga agenda, yaitu pembacaan teks proklamasi, pengibaran bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan yang terakhir adalah sambutan dari Wali Kota Jakarta saat itu yaitu Suwiryo dan Dr Muwardi.
7. Sempat dilarang
Sebelum pembacaan naskah proklamasi, Kepala Pemerintah militer Jepang mengirimkan lima opsirnya untuk mendatangi Soekarno dengan maksud untuk melarang soekarno membacakan proklamasi, namun kelima opsir tersebut datang ketika upacara telah selesai dilakukan dan proklamasi sudah dibacakan.
Kelima opsir tersebut kemudian pergi meninggalkan tempat upacara setelah sebelumnya sempat dikepung oleh barisan pelopor dengan senjata golok dan bambu runcing.
8. Dokumentasi sempat hendak dihancurkan
Frans Mendoer yang merupakan seorang fotografer jurnalistik adalah sosok yang mengabadikan jalannya upacara proklamasi kemerdekaan indonesia.
Setelah upacara selesai, Frans Mendoer dikejar dan didatangi oleh tentara Jepang yang bermaksud untuk merampas dan menghancurkan negatif film atau klise yang dimiliki oleh dirinya. Beruntung sesaat sebelum kedatangan tentara jepang, frans mendoer berhasil menyembunyikan klise tersebut di bawah pohon, di halaman belakang Kantor Harian Asia Raya tempat dia bekerja.
Saat di temui tentara Jepang, dia mengaku jika foto-foto proklamasi kemerdekaan Indonesia sudah di ambil oleh barisan pelopor. Foto karya Frans Mendoer inilah yang membuat bangsa Indonesia dapat menyaksikan dokumentasi proklamasi kemerdekaan Indonesia.
9. Listrik padam
Pembacaan teks proklamasi yang dilakukan pada 17 Agustus 1945 ternyata belum sempat direkam karena listrik padam, dimana pada saat itu Indonesia sangat diawasi ketat oleh serdadu Jepang.
Pendiri RRI (pada masa itu), Jusuf Ronodipuro, meminta Presiden Soekarno untuk mengulang dan merekam pembacaan teks proklamasi. Namun, niat itu sempat ditolak oleh Soekarno yang menganggap pembacaan teks proklamasi hanya berlaku satu kali.
Setelah dibujuk, Presiden Soekarno akhirnya bersedia untuk membacakan kembali teks proklamasi tersebut. Perekaman baru terlaksana pada 1951 di Studio RRI yang berlokasi di jalan Medan Merdeka Barat nomor 4, Jakarta Pusat.
Master rekaman teks proklamasi kemudian dikirim ke Lokananta di Solo untuk digandakan pada tahun 1959. Rekaman suara pembacaan teks proklamasi yang kita dengar saat ini merupakan hasil rekaman yang dilakukan enam tahun setelah Indonesia merdeka.
10. Gelar proklamator
Gelar proklamator secara resmi didapat oleh Bung Karno dan Bung Hatta 41 tahun setelah kemerdekaan indonesia. Meskipun gelar proklamator sudah diberikan oleh rakyat Indonesia sejak tahun 1945, namun pemberian gelar secara resmi dari pemerintah baru diberikan pada tahun 1986 atau 41 tahun setelah Indonesia merdeka.
Pada awalnya Bung Hatta sempat mengusulkan agar semua yang hadir dalam rapat perumusan naskah proklamasi untuk ikut menandatangani teks tersebut, namun usulan itu kemudian ditolak oleh sukarni. Apabila usulan tersebut disetujui maka proklamator akan berjumlah lebih dari dua orang.
11. Wafatnya dua tokoh bangsa di hari Kemerdekaan Indonesia
Selain sebagai hari jadi bangsa Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945 juga merupakan tanggal dimana wafatnya dua tokoh yang berjasa bagi bangsa indonesia yaitu, pencipta lagu Indonesia Raya, Wage Rudolf Supratman atau yang lebih dikenal dengan WR supratman. Beliau meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 di usia 34 tahun.
Selain WR supratman yg meninggal pada 17 agustus, seorang pencetus ilmu Bahasa Indonesia, yaitu Herman Neubronner Van Der Tuuk juga meninggal di usia ke-69 tahun pada 17 agustus 1894. Beliau merupakan pencetus dasar linguistika moderen beberapa bahasa yang dituturkan di nusantara.
Itulah sejarah singkat tentang proklamasi kemerdekaan indonesia dan beberapa fakta di dalamnya. Seperti kata pepatah “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan jasa-jasa para pahlawannya”.
(*)