JOURNALIST JOURNEY (1):
Pj. Wako Jasman; di Payakumbuh, Jam 3 Pagi Duit Masih Laku
PENGANTAR – Satu tim wartawan membangun sindikasi liputan dengan nama Journalist Journey #1 atau JoJo-1. Terdiri dari Atviarni, Asril Koto, Devi Diany, Eko Yanche Edrie, Gusfen Khairul, Heranof Firdaus, Indrasakti Nauli, Jayusdi Effendi, Nita Indrawati Arifin, Nofi Sastera, dan Zulnadi. Tiap anggota sindikasi menulis di media masing-masing, Jojo-1 ini bertema ‘Payakumbuh Kota 24 Jam’ berikut liputannya:
PAYAKUMBUH – Ungkapan yang paling pas tentang kondisi perekonomian Kota Payakumbuh disampaikan oleh Penjabat Walikota, Jasman Rizal. “Di Payakumbuh duit anda laku 24 jam,” katanya.
Maksudnya tentu tidak mengatakan bahwa ada duit yang tak bisa dibelanjakan dan ada yang tidak, tapi itu adalah ungkapan untuk mengatakan bahwa 24 jam Kota Payakumbuh itu ‘hidup’. Bak megapolitan, Kota Payakumbuh memang tak dipungkiri memang tak ada matinya. “Mau belanja pukul tiga pagi pun masih ada, kehidupan dan transaksi tidak pernah berhenti siang dan malam,” ujar mantan jurubicara Pemprov Sumbar.
Sebagai ‘penerus’ dari Walikota sebelumnya, Jasman tetap melanjutkan apa-apa yang sudah dibuat oleh pendahulunya. Walikota Riza Falepi dipandang sangat berhasil dalam melakukan rebranding, Kota Galamai atau Kota Batiah, menjadi Kota Randang. “Ya, galamai dan batiah sebagai produk UMKM Payakumbuh sudah lama masyhur. Diversifikasi yang dibuat oleh Pak Riza Falepi justru makin mengayakan industri UMKM Payakumbuh.
Ditambah lagi, Randang adalah kuliner yang sudah mendunia. Ini harus dilanjutkan, rebranding dengan memakai randang sebagai ikon akan mendorong tumbuhnyo UMKM di Payakumbuh,” kata Sekretaris Umum Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau itu.
Dari data BPS tahun 2021, jumlah total UMKM di Payakumbuh yang sudah bisa disebut maju dan berkembang, mencapai 537 entitas. Tapi menurut Jasman, saat ini yang perlu terus digenjot adalah terus menumbuhkan pendatang-pendatang baru (start-up) dari UMKM. “Kita perlu menambah dan menumbuhkan pelaku-pelaku baru dan terus meningkatkan daya saing bagi UMKM yang existing,” ujar Jasman.
Dikutip dari laman rri.co.id, kata Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Payakumbuh , M. Faizal, pendidikan dan pelatihan kewirausahaan merupakan bagian dari pelaksanaan kegiatan yang ada di Dinas Koperasi dan UKM Kota Payakumbuh untuk terus mencetak wirausahawan baru.
“Pelaku UMKM di Kota Payakumbuh perlu dipacu untuk terus meningkatkan kapasitas usahanya untuk bersaing naik kelas dengan mempelajari berbagai aspek seperti manajemen usaha, keuangan, pembukuan, strategi bisnis dan pemasaran. Dengan diikutinya kegiatan pelatihan manajemen dan keuangan bagi pelaku UMKM diharapkan pelaku usaha dapat membangun pondasi bisnis usaha yang kuat dan maju sehingga kedepannya lebih bisa terukur dan berdaya saing,” harap M. Faizal.
Dijelaskan M. Faizal, untuk menjadi pelaku usaha yang berdaya saing dan pelaku usaha yang legal di mata hukum dan pemerintahan di Indonesia maka setiap pelaku usaha wajib mengurus NIB (Nomor Induk Berusaha) berbasis resiko secara online di website www.oss.go.id. NIB menjadi penting untuk dimiliki semua pelaku usaha karena manfaat NIB itu adalah mempermudah akses pengurus izin lainnya (PIRT, halal, BPOM, HKI, Merk), memudahkan memperoleh akses pembiayaan dan usaha akan legal dan terdata secara nasional.
Apa yang sudah ada di Kota Payakumbuh saat ini, khususnya tentang bertumbuhkembangnya UMKM terutama kuliner yang membuat kota ini hidup 24 jam, menurut Jasman Rizal belum cukup sampai di situ. “UMKM kita harus bisa naik kelas, ditandai dengan berkembangnya bisnis, meluasnya pasar, dan makin banyaknya serapan tenaga kerja hingga mengurangi pengangguran,” kata dia.
Bagaimana UMKM yang berkembang itu?
Kata Penjabat Walikota sebelumnya (dikutip dari laman khazminang.id) naik kelas itu ditandai dengan cara berproduksi dan memasarkan yang lebih modern dan berbasis digital bahkan sampai ke ada tidaknya upaya menjaga lingkungan hidup.
Ketika meninjau sebuah UMKM yang bergeak di bidang kuliner, di Tanjung Pauah Payakumbuh, tim JoJo#1 memang melihat usaha itu sudah memiliki sistem pembuangan limbah yang diakreditasi lembaga resmi. “Kita punya Amdal juga, karena menggunakan minyak nabati yang cukup banyak, kita tidak mau mencemari lingkungan dan merugikan masyarakat sekitar,” kata Ulil Adhmi (50) pengusaha kerupuk ubi Aqila.
Sistem pembuangan limbahnya memang dibuat sedemikian rupa serta industrinya diberi jaminan higienis.
Ia mengaku tiap hari butuh 1 ton ubi kayu yang diproduksi menjadi keripik dadu, keripik sanjai dan penganan lainnya dengan bahan baku ubi kayu. “Tiap 1 ton akan ada randemen sekitar 15 persen, jadi kami memasarkan kira-kira 850 kg ke berbagai kota di Sumbar, Riau, Jambi dan Aceh,” ujar Ulil yang mempekerjakan sekitar 20 an pegawai.
Kata Pj Walikota Jasman Rizal, pergerakan ekonomi Payakumbuh memang ditopang oleh UMKM terutama kuliner. “Mampirlah di Payakumbuh, nikmati randangnya, pongek situjuahnya, galamai dan batiah serta sate danguang-danguang. 24 Jam kami terima duit anda, jangan khawatir,” ujar Jasman. N. Eye
Baca juga :