Oleh: Ridwan Syarif, Wartawan Muda
DHARMASRAYA, SEMANGATNEWS.COM – Pagi yang cerah di hari Minggu, (29/12/2024) warga Nagari Sialang Gaung Kecamatan Koto Baru, khususnya suku Caniago tampak begitu bahagia.
Apa pasal, ternyata hari itu adalah hari prosesi penobatan salah satu tokoh masyarakat dari pasukuan Caniago, Ridwan Syarif, menjadi seorang penghulu atau Niniak Mamak, suluh bendang dalam nagari.
Terlihat karangan bunga ucapan selamat dari berbagai pihak di pintu masuk pekarangan rumah cucu kemenakan di tempat perhelatan berlangsung terpajang dengan apik.
Namun langit yang paginya terlihat cerah berubah gelap dan hujan pun turun.
“Sudah biasa, kalau caniago baralek selalu hujan,” sebut salah seorang ibu yang juga bersiap-siap mengikuti arak-arakan.
“Selamat penobatan Ridwan Syarif, S.Ag sebagai Datuk Maharajo Kayo, penghulu suku Caniagp Sialang Gaung,” demikian tertulis di karangan bunga kiriman Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan, Minggu (29/12/2024).
Ucapan serupa juga terlihat dari Wali Nagari, tokoh politik, pihak perusahaan, lembaga pemerintah dan handai tolan yang berada di perantauan
.
Prosesi di awali dengan arak-arakan dengan berjalan kaki dari satu rumah pihak keluarga menuju rumah tempat penobatan sekira pukul 9.00 pagi.
Bunyi Canang saling bertingkah dan terasa nikmat di dengar, bak terasa kembali di masa sebelum milineal ini.
Nuansa itu semakin terasa, sekira seratus meter dari tempat acara iring-iringan pemangku adat dan rombongan ini disambut dengan tari gelombang serta pencak silat yang di peragakan cucu kemenakan sebagai tanda ucapan selamat datang.
‘”Mancalik di ateh tumbuh, mamandang di ateh rupo, tumbuh sarupo Iko kini
tantu basabab bakarano,” sebut M
Dani Dt.Rajo Malano, tetua kaum yang di daulat sebagai juru bicara, dalam petitih ber bahasa Minang. Artinya beliau memberitahu kepada yang hadir sebab musabab hingga kemudian dilaksanakan prosesi penobatan.
Lanjut beliau dalam bahasa petitih Minang yang khas menyebutkan
“Ramo ramo sikumbang jati, katik endah pulang bakudo. Patah tumbuh ilang baganti pusako dijawek dek nan mudo.
Birik birik tabang ka samak, dari samak turun ka halaman, dari ninik turun ke mamak, dari mamak turun ka kemenakan.
Anak itik anak angso bari manyasok dalam banda, katiko ketek dibari namo
La gadang dibari gala, ketek banamo Ridwan Syarif gadang bagala Ridwan Syarif Datuk Majo Kayo,itulah beliau nan ka mambaokan gala Datuk Majo Kayo,” imbuh sumando Raja Pulau Punjung itu.
Disaksikan para Datuk pemangku adat salingka nagari Sialang Gaung, Pemerintahan Nagari, pengurus KAN, Ketua Bamus beserta anggota, Babinkantibmas, Babinsa dan undangan lainnya.
“Urang tuo” atau sepuh suku Caniago Sialang Gaung, Ajischan perlahan bangkit dari tempat duduk dan memasangkan “Saluak” sejenis peci khusus serta menyerahkan sebilah keris dan tongkat kepada Penghulu yang dinobatkan.
Kembali M.Dani Dt.Rajo Malano yang juga kakak kandung Penghulu suku Caniago yang dinobatkan ini dalam pidato Pati Ambalau, sejenis pidato pengukuhan sekaligus saran dan pesan untuk seorang pemangku adat.
“Kepribadian bagi seorang Penghulu di Minangkabau adalah bersifat Sidik, Amanah, Fatanah dan Tabligh. Kewajiban penghulu di antaranya Menempuh jalan yang biasa, yang sudah di tradisikan, mengurus anak cucu kemenakan derta menjaga harta pusaka.
Sementara yang tidak boleh dan pantangan bagi seorang Penghulu adalah berlaku seperti kekanak-kanakan dan terlihat tidak seperti seorang yang tidak patut di contoh.
“Maharik mahantam tanah, mamanjek manjek, karisik nak jadi daun dan basenseng kaki sarawa,” terangnya dalam bahasa minang yang penuh kiasan.
Mantan Wali Nagari Koto Gadang Sungai Rumbai itu juga menyebutkan apa yang menjadi aib bagi seorang penghulu,
“Takurung dibilik dalam, Tapanjek di anau basigai, tapasunting dibungo karang dan Tabanam di pincuran puti,” terangnya.
Suasana sakral dan haru terlihat saat pemasangan kopiah sejenis Saluak dan pemasangan keris serta penyerahan tongkat kebesaran
Suasana sakral dan haru terlihat saat pemasangan kopiah sejenis Saluak dan pemasangan keris serta penyerahan tongkat kebesaran kepada penghulu.
“Jaga amanah ini baik-baik adinda, bimbingan cucu kemenakan kepada jalan yang baik. Berlaku adil dan bijaksana lah dalam memimpin,” sebut Ajischan “Urang tuo” suku yang didaulat untuk memasangkan lambang kebesaran pemangku adat itu penuh haru.
“Apalah artinya nanti seorang penghulu, bila nanti apa yang disampaikan tidak didengar dan didukung oleh cucu kemenakan, sebut Ridwan Syarif di ujung pidato penobatannya.
“Tantangan ke depan makin berat, adat semakin terdegredasi, adat seolah olah jadi penghalang,, padahal itu bukan, oleh karena nya mari kita saling dukung. Kita perkuat persamaan pandangan dan kita perkecil ruang perbedaan,” tutupnya.
Azan zuhur hampir berkumandang, tapi sebelumnya ditutup dengan pembacaan do’a selamat, mohon keridhoan dan bimbingan Allah SWT oleh Khatib Nagari, Idul Chan dan dilanjut dengan santap siang sekaligus menyaksikan seni tradisional dan acara Panjat Batang Pinang.