Hidayat,S.S Filosofi ABS-SBK Dapat Jadi Landasan Pelarangan LGBT

by -

Semangatnews,Padang-Filosofi hidup “Adat Bansandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” (ABS-SBK) dapat dijadikan landasan hukum dalam mengusulkan aturan pelarangan prilaku Lesbian, Gay, Bisexual, dan Trangender (LGBT) di Sumatera Barat.

Isu berantas LGBT yang terus mengelinding ditengah-tengah masyarakat Sumatera Barat, jika tidak cepat direspon pemerintah daerah dan pihak terkait, bisa saja berdampak meresahkan dan bisa anarkis.

Hal ini disampaikan Ketua Faksi Gerindra Hidayat, S.S disela-sela kesibukannya hari ini menghadari rapat pembahasan keuangan daerah bersama pemkab/ko se Sumatera Barat, di Kantor Gubernur, Rabu (14/11/2018).

Hidayat lebih lanjut menyampaikan, kami melihat dalam dialog beberapa group whatsAap, banyak pendapat orang bila prilaku LGBT, dibiarkan begitu saja akan mendatangkan kemurkaan Allah dengan mendatangkan bencana.

Kebutuhan kita adalah soal waktu ketika kegelisahan sosial sudah mengeruyak kapan lagi landasan hukumnya dibahas ketika pengajuan dari pemrov belum ada ke DPRD. Maka opsi adalah usulan dari dewan agar masuk dulu di Propemperda 2019 yang bakaĺ ketuk jelang 16 nov ini.

“Mohon maaf, bagi saya pikiran ini saya maknai sebagai respon dari kegelisahan sosial ketika disudut sudut pertemuan semua orang bicara LGBT. Dan kita sebagai legislatif tentu tak mau dituding tuli sosial soal ini, kecuali bila memang ada kaum sodom di sekitar kita yang tdk menghendakinya,” ujar Hidayat

Hidayat juga menyampaikan, sekarang tergantung tim anggota Bapemperda agar.masuk dulu di Propemperda 2019, soal siapa OPD yang membahas urusan nanti

Saya tak bisa bayangkan, tatkala wacana anti LGBT terus menggelinding di masyarakat, dan kedapatan pelaku LGBT laĺu penghakiman massa terjadi, saya rasa potensi itu ada, ungkapnya.

Hidayat menehaskan, pendekatan yang taktis adalah merevisi Perda No 11/2001 tentang pencegahan dan pemberantasan maksiat (proses ĺebih mudah daripada bentuk perda baru).

Revisi tersebut dimasukkan konten dan materi LGBT dengan ruang ĺingkup; pertama, PENCEGAHAN (tradisikan narasi-narasi dampak dan bahaya LGBT dari sudut pandang medis, sosial, psikologis, sprituil/agama oleh komponen adat, ulama, bundo kanduang, profesional baik di rumah-rumah ibadah maupun institusi pendidikan).

Kemudian kedua, perlu adanya kegiatan pemerintah melakukan REHABILITASI (upaya pengobatan dan penyadaran bagi kaum sodom untuk kembali ke jalan normal dengan sebuah KASIH dan SABAR/konsepnya bisa serperti rehabilitasi pecandu narkoba).

Dan ketiga PENINDAKAN (dasar hukum bagi polisi penegak Perda melakukan tindakan (preventif dan prosesif) misal ke kamar2 kos mhasiswa dst.

“Bila pertanyaannya perda ini belum ada Peraturan Per UU sebagai acuan maka SUMBER HUKUMNYA bisa dari

“kearifan lokal kita” yakni ABS-SBK, yang telah menjadi kesepakatan masyarakat Minangkabau dahulu sampai kini,” serunya.

Hasil penelitian Perhimpunan Konselor VCT HIV di Padang, Bukittinggi, Kota Solok, dan Kabupaten Solok, diperkirakan terdapat 14.469 orang pelaku hubungan Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) atau gay di Sumbar.

Responden penelitian ini berjumlah 147 orang yang memang diambil dari kelompok berisiko dan memang seluruhnya berperilaku LGBT.
Penelitian yang berlangsung sejak Februari-April 2018 ini menggabungkan data kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian ini bukan mewakili kondisi aktual di lapangan, namun memberikan gambaran mengenai perilaku LGBT yang ada.

Ketua Perhimpunan Konselor VCT HIV Indonesia Wilayah Sumatra Barat Katherina Welong menyebutkan, riset juga mengungkap terdapat kurang lebih 2.501 orang waria di Sumatra Barat. Dari angka tersebut, waria di Sumbar bisa menggaet 9.024 orang pelanggan, yang tentunya berjenis kelamin laki-laki. Kalau digabungkan semuanya bisa total 20 ribu pelaku LSL di Sumbar, estimasi di Sumbar.

Dilihat dari distribusi usia, pelaku LGBT paling banyak di Sumbar berusia 15-25 tahun, porsinya bahkan 75 persen dari 147 responden yang diteliti. Soal pendapatan, pendapatan tertinggi yang diperoleh responden berkisar antara Rp 1-3 juta per bulan.

Riset juga menunjukkan, separuh responden pernah merantau ke luar Sumbar, sementara separuh lagi belum pernah merantau alias menetap di Sumbar. Dari 147 responden, hanya 15 orang yang mengaku pernah mengonsumsi narkoba. Kemudian bila dari agama responden, yang diyakini menggambarkan kondisi secara umum kasus LGBT di Sumbar, sebanyak 95,9 persen pelaku beragama Islam.

Fakta angka selanjutnya, 43 persen pelaku LGBT masih tinggal dengan orangtuanya. Di peringkat kedua, pelaku LGBT mengaku tinggal di indekos. Dari riset ini juga terungkap bahwa 51,7 persen responden mengaku menyesali penyimpangan seksual yang dialami, sementara 46,9 persen tidak menyesal. Mayoritas pelaku LGBT juga memilih berkelompok dalam melakukan sosialisasi antarpelaku LGBT.

Riset ini juga mencoba menggali sebaran profesi pelaku LGBT. Sebanyak 26,3 persen dari responden bekerja sebagai wiraswasta, 3,8 persen sebagai PNS, 16,9 persen sebagai karyawan BUMN dan swasta,dam 18,1 persen mahasiswa dari berbagai kampus dan jurusan, termasuk jurusan yang berkaitan dengan agama. Sementara aktivitas seksual, paling banyak dilakukan di indekos yakni 51,8 persen responden, 20,1 persen dilakukan di hotel, dan 15,6 persen dilakukan di rumah orangtua.

Lantas bagaimana perilaku LGBT bisa muncul pertama kali? Sebanyak 14 persen responden mengaku memiliki riwayat disakiti dan dikecewakan oleh lawan jenis. Sementara 13,8 persen pelaku mengaku terpengaruh lingkungan komunitas LGBT, 12,9 persen dirayu oleh pelaku LGBT, dan 8,2 persen pernah disodomi waktu kecil. Ada juga 5,5 persen responden yang mengaku dididik tidak sesuai dengan gender, misalnya memberi boneka pada laki-laki.

Dalam bergaul, sebanyak 58,7 persen responden mendapat pasangannya dari media sosial dan 21,7 persen menemukan pasangan dari komunitas. Bila dirinci lagi, Facebook merupakan media sosial paling banyak digunakan bagi pelaku LGBT untuk ‘bergaul’ yang sebesar 41,8 persen. Menyusul Whatsapp 18,9 persen, Twitter 6,6 persen, Wechat 18,9 persen, dan media sosial lainnya 13,8 persen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.