Gubernur Sumbar: Pakaian Perempuan Minangkabau Jangan Sampai Terlihat Aurat.

by -

Semangatnews,Bukittinggi-Cukup banyak ragam budaya di Minangkabau, Sumatera Barat. Mulai dari budaya keseniannya, budaya dalam hidup bermasyarakat, dan lainnya, termasuk budaya dalam berpakaian.

Pakaian adat perempuan harus sesuai dengan estetika, dan akhlak secara Islam, karena Minangkabau mempunyai filosofi di Minangkabau, Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah (ABS-SKB), maka pakaian perempuan Minang harus menutupi aurat.

Hal ini disampaikan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, saat membuka acara sosialisasi Pakaian Tradisi Perempuan Minangkabau.

Hadiri dalam kesempatan tersebut Ketua Umum Bundo Kanduang Sumatera Barat, Prof. Dr. Ir Puti Reno Raudhah Thaib, dengan tema “Kita Wujudkan Masyarakat Yang Berbudaya Berbasis ABS-BSK”, di Novotel Bukittinggi, Jumat, 14 Desember 2018.

Gubernur Irwan Prayitno lebih lanjut mengatakan, ada sekitar 600 model pakaian perempuan Minang yang tersebar di sejumlah nagari di Sumatera Barat. Adanya perbedaan model pakaian perempuan Minang ini, karena pengaruh tempat tinggal atau karakter dari masyarakatnya.

Pakaian adat sekarang banyak orang Minang sendiri memodifikasi pakaian pengantin diluar aturan yang merusak tatanan adat Minangkabau, seperti pakaian anak daro yang terbuka belahan kain sangket sampai ke paha, ada yang kelihatan dada, leher, perut dan punggung.

“Ini merupakan peranan bundo kanduang agar menetapkan standar keaslian busana pengantin agar tidak bermunculan busana pengantin yang menyalahi nilai adat. Apabila dibiarkan terus akan semakin banyak kesalahan dalam pembuatan pakaian adat ke depannya,” pinta Irwan Prayitno.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat yang diwakili oleh sekretaris Syaifullah, menyampaikan dalam laporan panitia, bahwa acara sosialisasi dan pedokumentasi pakaian tradisi perempuan minangkabau, untuk mengumpulkan dan mencari informasi-informasi model dan keberadaan pakaian perempuan Minang. Perlu dilakukan pendokumentasian pakaian perempuan dengan duduk bersama pemuka adat, bundo kandung, niniak mamak, alim ulama, candiak pandai dan perangkat daerah besarta disainer-disainer untuk membahas terhadap pakaian adat perempuan minangkabau.

Hadir pada acara tersebut 300 peserta dari berbagai kalangan di empat daerah, yaitu Kabupaten Agam, Limapuluh Kota, Kota Bukittinggi dan Kota Payakumbuh dengan masing-masing daerah 75 orang. (nov)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.