SEMANGAT SUMBAR – Pernyataan dokter sebuah rumah sakit di Solok, Fiera Lovita, tentang intimidasi atas dirinya oleh sekelompok orang ditanggapi oleh Imam FPI Sumbar, Buya Bursa. Buya Busra membantah anggotanya telah melakukan intimidasi setelah Fiera Lovita mengakui kesalahan di atas kertas bermatrai, 23 Mei 2017. “Tidak ada perintah menakut-nakuti,” tegas Buya Busra. Menurut Buya tidak ada bukti sama sekali adanya intimidasi, apalagi dilakukan anggota FPI. “Kalau tuduhan dialamatkan ke FPI, itu pasti fitnah,” tambah Buya Busra.
Selanjutnya ditekankan, urusan FPI dengan Lovita sudah selesai dengan permintaan maaf yang bersangkutan. FPI pun sudah memaafkan karena Lovita juga seorang muslimah yang mungkin salah paham terhadap perjuangan FPI melawan Ahok. Kesalahpahaman itu menyebabkan Lovita kurang senang kepada FPI dan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab (HRS).
Seorang anggota FPI, Yustanur menduga intimidasi yang terjadi belakangan sengaja dilakukan kelompok tertentu untuk mendeskreditkan FPI. Dikatakan, dugaan ini diperkuat dengan ikut campurnya sebuah lembaga dari Jakarta yang belakangan merilis pandangan yang sangat subjektif dan sengaja memojokkan FPI sampai ke tingkat internasional. “Itu operasi adu domba untuk membusukan FPI dan umat Islam di mata dunia,” tegas Yustanur.(Baca juga :Elemen dan Tokoh Masyarakat Kota Solok Protes)
Lovita dalam statusnya di Facebook berkali-kali melontarkan hinaan dan makian kepada seseorang yang dituduhnya berzina, cabul, pengecut, dsb. Meskipun status Lovita tidak gamblang menyebut nama, tapi salah satu dari komentarnya atas foto HRS yang diberi judul Manusia Berhati Iblis menunjukan seluruh statusnya memang dialamatkan untuk menghina HRS. Komentar Lovita, “Ya begtulah…katanya Imam besar….koq melarikan diri….”
Menurut Buya Busra, tidak ada bukti HRS berzina. Itu rekayasa yang sangat buruk untuk menyudutkan seorang ulama. Menuduh seseorang berzina tanpa bukti dalam hukum Islam harus diganjar hukuman sangat berat. HRS tidak pula melarikan diri ke Arab Saudi, tapi semata pergi sementara untuk mencegah terjadinya konflik horizontal antara umat Islam dengan Ahokers.