SEMANGATNEWS.COM, DHARMASRAYA – Pemerintah kabupaten Dharmasraya bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI kembali gelar Festival Pamalayu yang dipusatkan di kawasan Candi Pulau Sawah Nagari Siguntur kecamatan Sitiung dari tanggal 18 hingga 23 Agustus 2022 depan.
Festival Pamalayu jilid II ini merupakan bagian dari salah satu 14 agenda festival acara Kenduri Swarnabhumi yang bakal berlangsung tidak kurang di 9 titik Kabupaten/Kota propinsi Sumbar dan Jambi, khusus nya wilayah yang dilintasi Sungai Batang Hari. Acara Kenduri Swarnabhumi ini telah dibuka secara resmi oleh Sekjen Kebudayaan Kemenristek RI, Fitra Arda di Gubernuran Jambi, Jum’at (12/8) lalu.
Dalam sambutannya, Fitra Arda menyebutkan Kenduri Swarnabhumi menempatkan sungai adalah variabel penting dalam sebuah peradaban masa lalu. Kegiatan Kenduri Swarnabhumi diharapkan dapat menghubungkan kembali masyarakat dengan lingkungan berbasis budaya sehingga dapat menjadi stimulus dalam memperkuat semangat pelestarian sungai dan kearifan lokal
Khusus Kabupaten Dharmasraya acara Kenduri Swarnabhumi dinamai dengan Festival Pamalayu jilid II. Dilaksanakan kembali pasca terhenti dua tahun belakangan disebabkan dampak Covid.
Berbagai kegiatan menghiasi Festival ini, di antaranya pagelaran musikalisasi puisi Melayu dari para seniman lokal maupun internasional, pameran produksi UMKM, serta sajian kuliner tradisi Dharmasraya dan Sumatera Barat. Selain itu juga ada pameran dan diskusi mengenai cagar budaya yang berada di Dharmasraya.
Bupati Sutan Riska Tuanku Kerajaan saat pembukaan, Kamis (18/8) mengatakan Festival Pamalayu II Kenduri Swarnabhumi bertujuan untuk kembali mengenang dan mempelajari perjuangan para leluhur dalam menciptakan sejarah dan budaya hingga mendunia.
“Hari ini kita belajar bagaimana para pendahulu kita, dulunya bisa membawa budaya kita sampai ke Cina, Thailand dan lainnya. Ini yang selalu ditularkan oleh pendahulu kita yang ada di Dharmasraya,” sebut Sutan Riska
Ia mengakui daya jual Dharmasraya adalah sejarah. Hal ini yang harus dijaga dan tunjukkan ke Indonesia bahkan dunia. Bergerak dari Dharmasraya untuk menunjukkan persatuan serta keramahtamahan masyarakat Minangkabau
Sementara itu Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat Teguh Hidayat menjelaskan, sasaran dari Festival Pamalayu untuk menghidupkan sekaligus mengonservasi budaya lokal yang tumbuh di masyarakat dan dipadukan dengan unsur kekinian sebagai daya tarik hiburan masyarakat.
“Juga ingin mengenalkan kepada seluruh masyarakat tentang tapak sejarah sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari bahwa kebesaran Kerajaan Melayu Dharmasraya bukan hanya cerita tetapi peninggalannyaa masih dapat disaksikan sampai sekarang,” imbuh Teguh.
Dengan pelaksanaan Festival Pamalayu ini akan mampu menguatkan dan menumbuhkan ekonomi kerakyatan lewat UMKM sehingga ke depannya dapat menjadikan agenda pariwisata berskala Nasional.
“Melalui Festival Pamalayu dapat terungkap potensi sejarah, budaya, seni, wisata, ekonomi, lalu berkolaborasi menciptakan ciri positif yang penting untuk Sumatera Barat di kancah nasional,” sebut Teguh
Terkait pemilihan nama Pamalayu, beliau mengungkapkan, sebagai pengingat sejarah terjadi tahun 1286 ketika Kerajaan Singasari melakukan ekspedisi untuk menangkal pengaruh Mongolia, di antaranya ke kerajaan Melayu Dharmasraya.
Sebagai informasi acara Kenduri Swarnabhumi yang direncanakan usai tanggal 22 September mendatang mengusung tema Peradaban Sungai Batanghari: Dulu, Kini, dan Nanti dengan slogan ‘Cintai Budaya Kita Lestarikan Sungai, Cintai Sungai Kita Lestarikan Budaya’.
Sungai Batanghari sendiri merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera mencapai 800 kilometer. Daerah yang dilalui Sungai Batanghari meliputi Dharmasraya, Bungo, Tebo, Merangin, Sarolangun, Batanghari, Jambi, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat, Sungai Penuh, dan Kerinci. Sungai Batanghari menyimpan seja