Semangatnews, Padang – Ada hal-hal yang harus diperhatikan bahwa Corona virus itu salah satu virus yang sudah ada sejak dulu kala.
Pada manusia juga sudah ada virusnya yang bernama Common Corona Virus, itu disebabkan inflenza sekitar 15 % dari kasus inflenza itu oleh Corona virus.
“Yang paling penting dalam penanganan covid ini adalah bagaimana kita bisa mencari orang-orang yang berpotensi sebagai penular. Semakin banyak orang-orang yang berpotensi sebagai penularan yang ditemukan, pada dasarnya kasus positif tidak akan meningkat,” ujar Andani .
Kita temukan orang-orang berpotensi hingga 100 orang maka jumlah positif tidak akan meningkat, apakah itu jelek?
Andani mengistilahkan, ” mana yang penting menangkap harimau dalam kandang dari pada menangkap harimau di jalan, ?? Tentu yang penting adalah menangkap harimau dijalan”. Nah pada dasarnya itu tidak jelek, karena yang kita temukan itu adalah orang-orang berpotensi sebagai penular,” terangnya.
Itu bisa kita analogikan dengan kasus covid 19 ini, bahwa “harimau dalam” kandang adalah pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit, sedang harimau di jalanan adalah orang orang yang berpotensi sebagai penular yang terus bergerak.
Semakin banyak kita menangkap harimau diluar, sama artinya semakin banyak kita menangkap orang-orang berpotensi sebagai penular. Artinya upaya itu adalah upaya yang terbaik kita lakukan dalam proses memutuskan rantai penularan.
“Nah inilah data yang saya susun sendiri dari data WHO, sejak kasus ini mulai berkembang sampai saat ini,” ungkap dr.Andani.
Hal ini disampaikan dr Andani Kepala Labor FK Unand dalam Video Confrence Pemprov Sumbar dengan Bupati Walikota se Sumatera Barat yang juga dihadiri oleh Forkopimda serta beberapa OPD terkait di lingkup pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Minggu (7/6/2020).
Berbicara masalah wabah sebut Andani, Andani sudah pernah terjadi yang dikenal dengan sejarah Middle East Respiratory Syindrome (MERS) sekitar tahun 2010, dan Savere Acute Respiratory Syindrome ( SARS), pada tahun 2002, yang angka kematiannya MERS 4% dan SARS 9 sampai 10%.
“Semua kasus-kasus MERS maupun SARS itu berkembang dari hewan. Kondisi yang sama juga terjadi bulan Desember tahun 2019 ditemukan infeksi Corona, pada salah satu penduduk di Wuhan, hasil dari ginetik yang menyebabkan bahwa virus ini identik ditemukan pada kelalawar.
Kalau kita analisa bahwa sangat mirip hampir 99% mirip dengan ditemukan pada kelalawar sedangkan identitasnya pada Corona pada manusia itu hanya sekitar 70%,.
“Ini melihatkan kepada kita bahwa bila pengembangan dianostik tidak kita lakukan dengan hati-hati, bisa saja mendeteksi Corona yang terinfeksi pada manusia,” katanya.
Ia juga mengatakan, kita lihat angka kematian, sebenarnya tidak terlalu besar 3-4% namun pada fase puncaknya akan bergeser 7-10%, seperti di Amerika Serikat itu angka kematiannya bisa mencapai 500-2500/hari . Nah inilah yang harus kita pahami.(rel/zln)