Semangat Payakumbuh-Sebanyak 28 pecinta bambu di Payakumbuh ikuti Focus Group Discussion (FGD) bersama pakar bambu di rangkaian kegiatan Payakumbuh Botuang Festival, Rabu 29 November 2017. Bertempat di Ngalau Resto Payakumbuh, puluhan peserta ini mendapatkan ilmu tentang potensi bambu dari Astuti Masdar dan karakteristik dari material bambu dan pengawetan dari Danis Hermawan.
Astuti Masdar, Dosen STTP Prodi Teknil Sipil yang menjadi narasumber mengatakan bambu merupakan tanaman yang berpotensi besar untuk dikembangkan penggunaannya sebagai material konstruksi dan non konstruksi. Sebagai bahan alami, dikatakannya bambu memiliki kelemahan dari segi pengawetan.
“Permasalahan keawetan bambu tersebut dapat diatasi dengan berbagai macam cara mulai dari tradisional sampai cara yang lebih modern. Tanpa pengawetan di tempat terbuka bambu hanya dapat digunakan 1-3 tahun, ditempat tertutup dapat digunakan 4-7 tahun,” kata lulusan S3 Universitas Gadjah Mada ini.
Ia menjelaskan apabila dengan pengawetan konstruksi bambu dapat bertahan lebih lama lagi yaitu lebih dari 15 tahun. Menurutnya, bambu sebagai bahan bangunan telah digunakan oleh masyarakat Sumbar sejak ratusan tahun lalu.
“Selain sebagai media atau peralatan, alat musik, bangunan-bangunan di Sumatra Barat banyak menggunakan bahan yang berasal dari material bambu terutama menggunakan bahan Bambu Petung. Bambu jenis ini dikenal oleh masyarakat Sumatra Barat dengan nama Botuang,” ujar Astuti Masdar.
Sementara itu, penggunaan bambu sebagai bahan bangunan dikarenakan bambu memiliki kelebihan yaitu masa konstruksi sangat singkat, biaya konstruksi murah, dan tidak memerlukan peralatan yang modern. Konstruksi bambu dikatakannya merupakan konstruksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan selama ketersediaannya selalu terjaga dengan dilakukannya budi daya tanaman bambu.
“Forum ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang karakteristik dari material bambu, memberikan informasi tentang potensi bambu baik, dan menghasilkan masukan upaya meningkatkan nilai ekonomis tanaman bambu melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat,” ujarnya didampingi Danis Hermawan.
FGD ini sendiri diikuti dari berbagai kalangan seperti komunitas pecinta bambu, mahasiswa, kontraktor, konsultan, pengusaha, pemilik hotel dan rumah makan.
Sementara itu, Iyut Fitra, salah seorang tim kreatif Payakumbuh Botuang Festival mengatakan FGD ini masih merupakan rangkaian kegiatan Payakumbuh Botuang Festival. Ia berharap bambu dapat menjadi alternatif baik dari segi arsitektur dan industri kreatif masyarakat terhadap bambu ke depan.
“Puncak acaranya yaitu tanggal 1-2 Desember 2017 di Panorama Ampangan dimana akan dihadiri peninjau dari 16 Negara 15 Provinsi. Semoga peserta FGD ini nantinya juga dapat hadir dan memeriahkan iven ini,” kata Iyut Fitra didampingi Syukra Maulana. (Jentrael)