70 tahun Chatib Sulaiman.
Semangatnews, Sumatera Barat – dalam catatan sejarah merupakan penghasil banyak tokoh terkemuka yang berperan penting dalam menghadirkan gerak dinamika sejarah bangsa sejak masa kolonial Belanda, masa pendudukan Jepang, dan masa kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beragam figur tokoh dari Sumatera Barat (Minangkabau) telah menorehkan citra pribadi-pribadi hebat, menarik, unik, dan yang tidak kalah pentingnya adalah tokoh yang memberi inspirasi dan bisa menjadi teladan bangsa. Mereka bahkan muncul sebagai pelopor dalam berbagai bidang kehidupan dalam periode yang berbeda satu sama lainnya.
Salah satu tokoh dari Minangkabau yang dianggap penting dan layak disebut orang Minangkabau terkemuka itu adalah Chatib Sulaiman yang menggagas dan menerapkan sistem pertahanan semesta dan gugur pada peristiwa 15 Januari 1949. Peristiwa 15 Januari 1949 bagi diri orang Minang, memiliki tempat tersendiri, terutama dihubungkan dengan episode sejarah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Chatib Sulaiman tokoh lokal yang menasional, dikenal sebagai tokoh pergerakan, seorang pendidik yang mencerahkan, pembina kepanduan pramuka, ekonom yang menggerakkan koperasi, penggagas organ militer di zaman Jepang, wakil rakyat di KNIP, dan merintis lahirnya FPN, MPRD, Badan Pertahanan Nagari dan Kota (BPNK) yang mempunyai satuan khusus “Pasukan Mobil Teras” (PMT) pada masa perjuangan kemerdekaan.
Meskipun demikian, historisitas perjalanan tokoh kelahiran tahun 1906 di Nagari Sumpur masih banyak dikenal oleh generasi muda sebatas hanya nama jalan utama di kota Padang. Padahal Chatib Sulaiman adalah tokoh utama, pengikut Hatta, mulai dari mengembangkan partai Hatta, PNI-Baru, di Padang Panjang (pusat pergerakan di Sumatera Barat tahun 1930-an).
Pernah menjadi guru, aktivis pergerakan nasional terkemuka di Sumatera Barat, pemimpin di medan perang pada zaman perjuangan, dan juga pemikir dan ahli strategi perang. Salah satu ide inovatif yang menjadi terobosan Chatib Sulaiman adalah konsep “Pertahanan Rakyat” khas Sumatera Barat, yang dikenal dengan Badan Pertahanan Nagari dan Kota (BPNK). Penerapan konsep pertahanan itu terbukti mampu menghambat langkah Belanda berkuasa kembali, khususnya ke nagari-nagari di Sumatera Barat.
Panjangnya perjalanan hidup putra Indonesia asal Minangkabau ini menjadikan Chatib Sulaiman merupakan tokoh tiga zaman, yaitu era penjajahan Belanda, era pendudukan Jepang, dan era kemerdekaan. Dalam upaya tegaknya negara bangsa dan berjuang untuk kemerdekaan, akhirnya Chatib Sulaiman gurur sebagai pahlawan bangsa dalam “Peristiwa Situjuh, sesusai memimpin rapat perjuangan gerilya pada tanggal 15 Januari 1949. (Diknaspora P.Pjg)