Oleh : Muharyadi
Sambia manyilam minum aia
Sambia badiang nasi masak
Ungkapan ini secara sederhana dapat dimaknai sebagai sesuatu pekerjaan yang dikerjakan sambil lalu, atau tidak mengurangi pekerjaan yang sedang dilakukan. Dan semua itu banyak dilakukan seseorang dalam kegiatan rutinitas, baik di kantor, di rumah atau dimana saja ia berada, ada-ada saja yang dihasilkan di luar rutinitas pekerjaan yang dilakukan se hari-hari.
Ungkapan ini juga berlaku bagi teman dan sahabat saya, Zardi Syahrir, SH.MM (52 th), dalam kesibukannya sehari-hari sebagai salah seorang birokrat/ASN di kantor Gubernur Sumatera Barat masih mampu menyisakan waktu untuk menggoreskan pena membuat ilustrasi atau sketsa guna menggambarkan berbagai obyek, mayoritas sosok manusia yang ada di lingkungan tempat ia bekerja dan lainnya.

Ia memang sedikit dari teman-teman perupa di luar pekerjaan rutinnya rajin me orek-orek garis kepermukaan kertas atau bahkan kanvas untuk menangkap berbagai karaktek dan sosok para tokoh serta sahabat di sketsanya yang senantiasa bernuansa estetis melalui garis-garisnya yang kharismatik.
Banyak orang beranggapan bahwa, sumber informasi dan komunikasi secara visual hanya tertuju pada dunia fotografi semata yang mengandalkan teknologi digital ketimbang skill peformance manusia dengan kekayaan intelektualnya. Ini semua tentulah tak terbantahkan.
Memanfaatkan teknologi kamera yang kian canggih, tidaklah salah, karena ia juga sangat membantu merekam peristiwa penting berbagai obyek yang ada di muka bumi ini. Tetapi mengambarkan obyek-obyek tertentu bahkan sosok manusia melalui ilustrasi atau sketsa sebagai salah satu bagian karya seni rupa, merupakan simbol visual yang dikemukakan melalui garis-garis kepermukaan kertas atau kanvas merupakan hal menarik dilakukan.
Lihat kualitas garis-garis ilustrasi sketsa Zardi Syahrir tampak menarik karena kapasitasnya mensugesti bentuk obyek terlihat menonjol. Kualitas ini terasa diantara ilustrasi dengan obyek Gubernur Sumbar ilustrasi sketsa kartun Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar terpilih periode 2021-2024 Mahyeldi Ansyarullah dan Audy Joinaldy.

Di karya-karya ini kita menyaksikan festival garis-garisnya yang lincah, komposisi obyek yang tertata apik, bentuk serta karakter obyek yang dinamis lebih mempertegas obyek sesungguhnya. Liukan dan tarikan garis-garisnya penuh ritme, tajam dan spontan.
Tarikan garis-garis di ilustrasi sketsa Zardi Syahriri terlihat lincah, spontan dan dinamis sebagaimana turut mendinamisasi bentuk maupun gerak di setiap obyek ilustrasi sketsa merupakan sarana yang paling singkat dan abstrak untuk menggambarkan suatu obyek. Kita amati ilustrasi sketsa “Mahyeldi Ansyarullah dan Audy Joinaldy” yang direfresentasikan kepermukaan kertas terlihat membentuk karakter sesungguhnya bersifat otonom tanpa kehilangan nilai estetis karya.
Tetapi setidak-tidaknya ilustrasi sketsa diciptakan Zardi Syahrir sesungguhnya terasa benar-benar menghayatinya obyek secara totalitas dalam ranah visual. Apalagi penghayatan sosok obyek dengan karakternya melalui aktualitas dan emosionalitas refleksi jauh lebih tinggi nilainya karena diperkuat dengan kegiatan melihat, mengamati, menalar, menyaksikan bahkan terlibat langsung dalam kesehariannya sebagai birokrat/ASN di rumah bagonjong itu sebagaimana tercermin dari ilustrasi sketsanya.
Pada dasarnya prinsip menggambar ilustrasi seperti sosok manusia diperlukan pemahaman dan penguasaan proporsi dan anatomi manusia secara sempurna. Kemudian menyangkut proporsi merupakan perbandingan bagian demi bagian atau bagian secara keseluruhan. Sementara anatomi merupakan kedudukan susunan tulang dan otot yang menentukan besar kecil, cekung cembung (menonjol tidaknya) tubuh manusia yang menentukan bentuk keseluruhan tubuh sebagaimana yang ditelusuri dalam karyanya ini.

Zardi Syahrir alumni SMSR Negeri Padang jurusan seni lukis tahun 1988 itu satu diantara sedikit seniman sketsa penting di Indonesia yang sejak puluhan tahun silam kreatif merefresentasikan, memaparkan dan bereksplorasi melalui sketsa-sketsa hitam yang bertutur tentang berbagai peristiwa budaya melalui coretan garis-garisnya yang indah, spontan bahkan tajam. Dalam membuat sketsa ia setia mengambil obyek-obyek langsung di alam terbuka dari berbagai peristiwa unik, yang kadang luput dari perhatian untuk dijadikan momen penting sebagai catatan sejarah dalam ranah visual rupa.
Dalam banyak literatur disebutkan ilustrasi sketsa sosok manusia seperti pejabat publik merupakan pernyataan dari obyek manusia itu sendiri yang dapat dijabarkan sebagai penggambaran rupa yang tepat atas karakter seseorang. Seorang sketser atau ilustrator dapat menangkap pribadi tokoh dan melukiskan keunikannya. Karena itu makin jelas bahwa “ketakjuban” yang kita peroleh dari perwujudan ilustrasi sketsa tidak semata-mata bersifat estetik, tetapi sekaligus juga apresiatif terhadap nilai-nilai seni dalam segala manifestinya.
Akan apa yang dikerjakan dari puluhan bahkan rausan sketsa atau ilustrasi yang pernah dihasilkan Zardi Syahrir, teman seangkatan Zirwen Hazry, Al Backrie Azis, Metrizal Mechio, Indra Adek (alm), Refnaldy, Yulianto, Rudi Hendra dan banyak lagi saat bersekolah di SMSR Negeri jurusan seni lukis itu (1988) itu bukan tak beralasan. Karena selain rajin berlatih mencoret-coret garis, mengamati berbagai karakter obyek, terutama makhluk hidup serta alam dan seisinya itu. Saya menjadi teringat Zardi Syahrir dengan profesi dan kariernya, mengutip falsafah Minangkabau, yakni :
Anjalai tumbuah dimunggu
sugi-sugi di rumpun padi
supayo pandai rajin baguru
supayo tinggi naikan budi
Artinya pengetahuan hanya di dapat dengan berguru, kemuliaan hanya di dapat dengan budi yang tinggi. Sebagaimana yang dilakukan Zardi Syahrir dalam kesehariannya selama ini, baik semasa di sekolah, di luar sekolah, bahkan hingga saat ini sebagai ASN/Birokrat yang dilaluinya dilakukan secara terus menerus. (*)