SEMANGATNEWS.COM – Mengantisipasi tingginya animo masyarakat baik kalangan generasi muda usia sekolah, mahasiswa maupun masyarakat umum guna belajar membatik, Sanggar Canting Buana Kreatif, Padangpanjang akan memperluas area lokasi latihan hingga peserta merasa benar-benar nyaman menghasilkan karya-karya batik terbaik.
Sebagai salah satu warisan dunia versi UNESCO yang cuma ada di Indonesia, seni batik kini sangat digemari masyarakat, terutama dari kalangan anak muda milenial bahkan kalangan ibu-ibu. Jadi tak heran jika saat ini selain membuat dan mengerjakan batik seperti yang terjadi di Sumatera Barat dengan keaneka ragaman motif ragam hias di daerah ini bukan hanya semata menjadi hoby, tetapi sudah menjadi kecanduan melekat pada masyarakat.
Hal itu disampaikan pimpinan Sanggar Canting Buana Kreatif Batik, Padangpanjang, Sumatera Barat, Widdiyanti (44 th) saat ditemui di sanggarnya, Jalan Bangdes II RT X, 69, Padangpanjang, Kamis (10/02/22).
Dalam beberapa minggu terakhir, puluhan siswa SMK dari Payakumbuh dan Bukittinggi serta beberapa daerah lain memanfaatkan waktu pembelajarannya dengan mengunjungi Sanggar Canting Buana Kreatif, guna menuntut dan menggali ilmu batik dengan segala fenomenanya. Bahkan tak terkecuali para guru pendampingi mereka juga ikut berlatih, jelas Widd panggilan akrab owner Canting Buana yang juga salah seorang asesor batik nasional asal Sumbar itu menambah.
Belajar maupun studi membatik yang dilakukan peserta didik selama ini di sanggarnya, selain batik tulis dan batik cap juga batik ekoprint yang pengerjaannya sangat simpel memanfaatkan bahan-bahan alami di atas kain dasar batik.
Kini Ekoprin mulai merambah dunia tekstil di tanah air dengan beragam motif yang diangkat kepermukaan. Sumatera Barat memiliki banyak ragam motif bersumber dari tumbuh-tumbuhan alami seperti bunga, daun dan akar non kimiawi di atas kain untuk warna dasar yang menggunakan pewarna alam seperti ait rebusan jengkol, kulit nangka atau kulit manggis, ujar Widdi Yanti.
Sementara pola bahan yang dimanfaatkan alami dan ramah lingkungan seperti media kulit, kertas, keramik dan kayu yang bila diamati secara sepintas ekoprin layaknya seperti batik biasa bernilai seni tinggi. Padahal ekoprin berbeda jauh dengan batik, baik proses pengerjaannya mau pun bahan-bahan yang digunakan. Tetapi hasilnya luar biasa menampilkan banyak kemungkinan karakter yang dimunculkan.
Menjadi Tuan Rumah Di Negeri Sendiri
Mengingat tingginya animo masyarakat untuk berlatih dan belajar membatik bahkan mengenakan busana batik dalam kegiatan sehari-hari, Widdiyanti, berobsesi jauh kedepan, yakni menginginkan batik produksi Sumatera Barat benar-benar mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri sebagaimana yang terjadi di pulau Jawa dan sekitarnya.
Selama ini masyarakat masih beranggapan jika batik hanya ada di pulau Jawa dan sekitarnya. Maka melalui pembelajaran langsung belajar membatik, masyarakat mulai memahami fungsi dan peranan batik yang sesungguhnya. Kemudian dalam proses pembelajaran masyarakat, diberi ruang dan keleluasaan edukasi membatik dan cinta terhadap batik yang kini kian populer di tengah-tengah masyarakat.
Terlebih di Sumatera Barat selain memiliki keanekaragaman jenis motif ragam hias yang bersumber dari alam kemungkinan beragam eksplorasi bernilai estetika tinggi akan muncul dengan sendirinya, ujar Widdiyanti/Ruang Edukasi dan Pajang Canting Buana Akan Diperluas Canting Buana Kreatif Batik Padangpanjang yang belum ini memperoleh lahan berupa tanah ulayat kaum seluas 500 meter dari Kerapatan Adat Nagari (KAN) Bukitsuruangan dalam bentuk “pinjam pakai”, persisnya berlokasi berhadapan dengan Canting Buana saat ini, Insya Allah kita manfaatkan sebagai lokasi “Balai Latihan” semi permanen berlokasi. Dengan begitu masayarakat akan lebih leluasan memanfaatkan ruang belajar dan praktek membatik sekaligus ajang apresiasi batik yang siap dipajangm ujar Wiid.
Sementara lahan yang ada di Canting Buana Kreatif saat ini hanya seluas 180 meter persegi dirasakan sangat sempit selain dijadikan tempat belajar membatik juga menjadi arena tempat memajang karya-karya dan latihan bagi masyarakat yang berdatangan setiap hari dari berbagai daerah dan provinsi.
Dengan tersedianya lahan “pinjam pakai” ini, diharapkan publik dan masyarakat lebih leluasa memanfaatkan ruangan baik untuk latihan seperti mendisain, menggambar, mencanting dan lain sebagainya dilengkapi ruang pajang pameran atau tempat balai latihan batik Canting Buana Kreatif dan lain sebagainya dengan tetap berpedoman kepada ramah lingkungan, ujar Widdiyanti mengakhiri. (mh)