Anies Baswedan Kena Popor Pada Tahun 1994, Adalah Dusta!: Oleh Defiyan Cori
-Mantan aktifis Senat Mahasiswa UGM dan Anggota Badan Pengawas Kopma UGM
(Sebuah catatan sejarah dan klarifikasi dari pelaku)
*Hari itu, Anies Rasyid Baswedan terjungkal kena popor senapan. Tapi hari itu juga membuktikan bahwa keteguhan Anies untuk mempertahankan kebenaran tidak pernah terjungkal meskipun berhadapan dengan laras senapan dan nyawanya adalah taruhannya.* Sebagian cerita yang pertama kali dipublikasikan oleh Ferizal Ramli pada Senin, 21 Mei 2007. Ferizal Ramli adalah seorang Corporate Consultant for Management, System Integration and SAP Standard Software yang saat ini berdomisili di Hamburg, Jerman. Tulisan ini mengganggu etika, kredibilitas dan integritas seseorang yang dianggap jujur dan baik hati dalam segala hal.
Terkait publikasi yang telah menjadi bacaan publik atas ketokohan saudara Anies Baswedan itu, dan supaya masyarakat memperoleh cerita yang sebenarnya sesuai fakta kami harus menyanggahnya! Memang benar bahwa telah terjadi aksi solidaritas menentang pembreidelan media cetak, Tempo, Detik dan Editor pada tanggal 21 Juni 1994 yang dilakukan oleh aktifis mahasiswa bersama para wartawan. Aksi diinisiasi oleh teman-teman Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID), ada juga sebagian dari aktifis Partai Rakyat Demokratik (PRD) dan lain-lain. Sementara, Senat Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (SM UGM) hanya sebagai fasilitator dalam aksi tersebut.
Kami sendiri, pada awalnya tidak terlibat secara langsung pada aksi menentang pembreidelan ketiga media cetak itu disebabkan sedang mengikuti ujian tengah semester di kampus FE UGM. Namun, selesai mengikuti ujian kami lalu bergabung di bunderan UGM tempat aksi dilakukan, duduk bersama Mohammad Jaedi dan beberapa mantan fungsionaris SM UGM ditempat penjual es buah. Tapi, meluruskan cerita sesuai fakta kejadian yang sebenarnya terkait sejarah dan pelakunya adalah tanggungjawab moral dan intelektual. Hal ini juga yang menjadi bagian dari gerakan saudara Anies Baswedan sebagai sosok yang disebut memegang teguh integritas dan kredibilitas pribadi.
Pertanyaannya, benarkah pada saat aksi mahasiswa menentang pembreidelan media cetak Tempo, Editor dan Detik itu saudara Anies Baswedan terkena *popor*? Jelaslah, yang terkena kibasan popor pada saat aksi dibubarkan oleh aparat keamanan yang berasal dari unsur Kepolisian dan ABRI bukan Anies Baswedan, yang terkena popor ditelinga sebelah kanan bercucuran darah, adalah Defiyan Cori! Anies Baswedan dan Elan Satriawan yang keduanya mantan Ketua Umum SM UGM memang berada dibarisan terdepan peserta aksi, dan pada saat batas waktu toleransi dari aparat telah berakhir, kemudian mereka menyerbu dan memukuli para pendemo dengan sebilah bambu. Jadi, saudara Anies Baswedan dan Elan Satriawan hanya terkena pukulan sebilah bambu dianggota tubuhnya.
Kejadian terkena popor itu adalah karangan semata dan jelas fakta yang dusta! Pemukulan dengan popor kepada kami oleh aparat terjadi setelah kami masuk ke barisan para peserta aksi lalu menggandeng tangan Anies Baswedan supaya lari dan tidak terkena pukulan lebih lanjut. Sayangnya, aparat terus mengikuti kami sampai ke tangga halaman gelanggang olah raga mahasiswa UGM. Aparat yang berjumlah tiga (3) orang ini memukul kami dari depan tetapi tidak mengenai tubuh atau meleset terus. Tiba-tiba dari arah belakang datang pukulan popor dari aparat ABRI (saat ini TNI) yang amat keras mengenai telinga kanan kami, dan langsung ambruk. Ketika akan bangkit dan mau membalas dengan serpihan batu bata ternyata saudara Anies Baswedan berada disamping kami lalu berseru, sebagai berikut: Def, telingamu berdarah…lari…! Setelah itu, kami berlari dan kemudian dibopong oleh teman-teman dari unit Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (Unit P3K) mahasiswa UGM, kemudiam kami dibawa ke Rumah Sakit Sardjito melalui pintu dan jalan samping dari arah bunderan UGM.
Oleh karena itu, cerita karangan dan ditambahi oleh penjelasan Anies Baswedan yang diwawancarai media elektronik dan tersebar luas tentang dirinya pernah kena popor adalah DUSTA! Klarifikasi ini penting kami sampaikan karena terkait pelaku dan kejadian atas sejarah yang sebenar-benarnya serta tak bertujuan untuk membangun pencitraan ataupun hal lain apalagi terkait dengan kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Hal ini lebih kepada menjunjung tinggi integritas, kredibilitas, etika dan moralitas pribadi yang juga dijunjung oleh saudara Anies Baswedan! Telah lama kami menanti klarifikasi dari Anies Baswedan tapi tak kunjung dilakukan terpaksa kami yang melakukannya.