Wako Riza Tak Masalahkan Slogan Tapi Dinas PUPR Mengaburkan dengan Cat Hitam
SEMANGATNEWS.COM -Pasca diberitakan semangatnews.com terkait branding Kota Payakumbuh dengan slogan Kota Batiah yang ditulis di penutup draniase di sepanjang pendestrian Kota Payakumbuh, menjadi polemik di tengah masyarakat.
Herannya, meski walikota Payakumbuh dalam relies pers yang disebarkan melalui kawan – kawan media mengaku tidak mempermasalahkan dan tidak mempersoalkan dengan slogan kota batiah di penutup drainase yang dicetak dengan huruf kapital dan timbul itu.
Anehnya, sehari pemberitaan tersebut, dinas PUPR setempat kalang kabut dan langsung melakukan penutupan tulisan kota batiah yang menempel di besi penutup drainase pendestrian tersebut ”
dengan cat hitam.
Ini membuktikan bahwa pemko pasrah tapi tak rela dengan tulisan slogan kota batiah yang ada di penutup drainase tersebut.
Seandainya walikota tidak mempermasalahkan branding kota batiah tersebut, Lantas mengapa dinas PUPR berusaha menutup kembali tulisan yang awalnya bertuliskan dengan cat kuning dengan memakai cat hitam. Namun tidak menghilangkan tulisan tersebut karena di cetak dengan huruf timbul.
” Meskipun dicat dengan hitam, tapi tulisan tersebut masih bisa dibaca karena huruf timbul,” Ujar pemerhati pemerintahan, Yudilfan Habib.
Ditegaskan oleh Yudilfan Habib, Terkait proyek pendestrian di jantung Kota Payakumbuh itu, sebenarnya tidak hanya soal tulisan kota batiah itu saja yang pantas disorot. Namun kualitas dan pengerjaan fisik proyek, termasuk manfaat proyek pendestrian yang bernilai milyaran rupiah itu, juga pantas dipertanyakan dan dipersoalkan karena mutu pekerjaan sudah ada yang mengelupas pana coran pengunci keramik. Walaupun masih dalam tahap pengerjaan.
*Wako Riza Bicara Soal Branding*
Sementara itu, relis yang diterima dari staf humas pemko Payakumbuh terkait pemberitaan slogan Kota Batiah tersebut, Walikota Riza Falepi mengakui Branding Payakumbuh sebagai Kota Randang yang gencar dimassalkan oleh Pemerintah Kota Payakumbuh sejak beberapa tahun belakangan bukan wujud sikap inkonsistensi pemko terhadap branding kota, tapi upaya untuk makin menggaungkan randang sebagai kuliner khas Payakumbuh.
Menurutnya, sejumlah branding yang selama ini melekat, seperti Payakumbuh Kota Gelamai dan Payakumbuh Kota Batiah masih tetap dipakai. Sebutan Kota Batiah dan Kota Gelamai, yang sudah lama mengakar di Payakumbuh, secara sosial budaya tidak bisa hilang begitu saja. Karena, kedua makanan itu sudah melekat di hati warga kota di masyarakat Sumatera Barat lainnya.
“Di bagian lain, kenapa belakangan Pemko Payakumbuh terkesan jor-joran memasalkan branding Payakumbuh Kota Randang, tujuannya tidak lain mengejar sejumlah nilai tambah yang ingin diraih dengan memasalkan randang,” katanya.
Wako Riza menampik tudingan sementara pihak yang menyebut pemasifan branding Payakumbuh Kota Randang sebagai wujud tidak konsistennya para pemangku kepentingan di kota ini terhadap branding kotanya.
“Dugaan semacam itu bisa saja muncul dari pihak-pihak yang tidak mengerti dengan maksud yang hendak dicapai, hanya terkesan mencari titik-titik lemah saja,” tambah Wako Riza.
Branding Payakumbuh Kota Randang yang akan ditetapkan melalui SK (surat keputusan) Wali Kota Payakumbuh itu, menurut Riza, mengandung maksud yang sangat besar. Yaitu agar kuliner khas Minang itu semakin mendapat penerimaan yang luas, baik di pasar regional, nasional, dan internasional; yang kelak diharapkan memberi dampak yang besar pula untuk pendapatan kota dan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Fakta yang tak kalah membuat miris, menurut Wako Riza, ada negara yang mulai mengklaim randang sebagai kuliner khasnya. Padadal dari informasi yang diterima, menurut Wako Riza, randang yang diklaim negara tertentu itu bukan produk yang dihasilkan oleh masyarakatnya, melainkan masyarakat Minangkabau yang merantau ke nagara dimaksud, lalu memproduksi randang.
“Tapi yang paling utama adalah mengejar nilai ekonomi yang dikandung oleh randang.” Dikatakan Wako Riza, randang khas Payakumbuh terus mendapat pangsa pasar yang luas, termasuk ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Jeddah, dan lainnya.
Imbasnya, UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) dengan produk khas randang di Payakumbuh terus mengalami perkembangan yang signifikan. “Hal-hal seperti ini kan besar artinya untuk mengejar sumber-sumber pendapatan kota, selain juga upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Dengan memasifkan branding Payakumbuh Kota Randang, dijelaskan Wako Riza, diharapkan pangsa pasar jenis kuliner yang satu itu terus mengalami perkembangan, seiring dengan nama kota yang juga ikut terangkat, katanya.(ARYA)