SEMANGAT SUMBAR – Tanah Sumatera Barat (Sumbar) yang selama ini dinilai tidak cocok untuk penanaman kedelai, justru ditargetkan menjadi sentra kedelai yang menjadi penyangga swasembada di Indonesia. Bulan Oktober 2017, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) mulai menggerakkan penanaman kedelai di 5 daerah yakni Kabupaten Pasaman Barat, Agam, Pesisir Selatan, Dharmasraya, dan Sijunjung. Lahan yang disiapkan untuk penanaman kedelai mencapai 15 ribu hektar dengan asumsi panen 18 ribu ton.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Sumbar, Candra mengatakan, penanaman kedelai merupakan instruksi dari Kementerian Pertanian sebagai upaya mewujudkan swasembada kedelai sekaligus melepaskan diri dari ketergantungan impor dari luar negeri.
“Untuk produksi tempe, tahu, serta susu kedelai di Sumbar, kita masih menggunakan kedelai impor. Dengan adanya produksi di daerah sendiri, kebutuhan lokal bisa terpenuhi,” ungkapnya pada RRI, di Padang, Jumat (21/7 2017).
Berdasar kalkulasi, jelas Candra, dari 15 ribu hektar lahan yang disiapkan untuk tanam kedelai, bisa menghasilkan 18 ribu ton kedelai. Jumlah dimaksud sangat melebihi kebutuhan kedelai di Sumbar yang hanya 600 ton. Untuk distribusi dan penjualan kedelai yang surplus dimaksud, diserahkan pada Kementerian Pertanian yang bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan.
“Selama ini petani Sumbar enggan menanam kedelai karena tidak ada jaminan harga dari pemerintah. Mereka khawatir harga anjlok ketika panen. Apalagi kalau produksi kedepan surplus, pemerintah pusat harus menjamin pembelian produksinya. Terlebih, belum tentu produksi kedelai itu dibeli oleh pengusaha tahu dan tempe lokal karena mereka memilih varietas yang sesuai dengan kebutuhan,” terangnya.
Candra menuturkan, setelah panen nantinya, produksi kedelai Sumbar akan dibeli oleh perusahaan yang telah berkerjasama dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan. Sedangkan untuk harga, pemerintah pusat telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) sehingga petani tidak perlu khawatir.
Sementara, terkait penanaman kedelai di Sumbar yang selama ini dinilai sulit diwujudkan karena kendala lahan dan cuaca, menurut Candra masih terdapat sebagian daerah di Sumbar yang berpeluang untuk pengembangan kedelai, yakni di daerah yang kering. Namun demikian, pola tanam kedelai nantinya tetap harus melihat kondisi cuaca, mengingat Sumbar secara keseluruhan tergolong tidak memiliki musim, bisa turun hujan ketika kemarau, dan sebaliknya.
“Untuk tahap awal penanaman dimulai bulan Oktober. Paling lambat bulan Desember. Produksi sampai dengan panen membutuhkan waktu 80 hari, sehingga perkiraan panen di Januari sampai Maret 2018,” bebernya.
Terkait bantuan untuk produksi kedelai di Sumbar, tambah Candra, petani diberi bantuan bibit, pupuk subsidi dan pestisida. Bantuan dimaksud dianggarkan dari dana Kementerian Pertanian.(*)