SEMANGAT PADANG-Banyak persoalan tidak tuntas ketika bidang ilmu bekerja secara monodisiplin. Misalnya, swasembada pangan dan swasembada daging yang selama puluhan tahun gagal karena mengabaikan pendekatan budaya. Atau, program satu sapi satu keluarga yang justru dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bergerak di bidang tersebut. Kajian budaya lebih kepada pendekatan multidisiplin dan interdisiplin terkait program kemanusiaan. Pendekatan budaya itu lebih kritis dan ekletis. Secara kritis, pendekatan budaya menjadikan pendekatan sosial humanis tidak hanya menghasilkan deskripsi saja, tetapi juga preskripsi, yaitu melihat persoalan bagaimana seharusnya. Artinya, bagaimana ilmu bermanfaat bagi masyarakat untuk menjelaskan problema hari ini.
Calon mahasiswa S2 Ilmu Budaya bisa berasal dari alumni FIB, sastrawan, budayawan, antropolog, ahli hukum, ahli ekonomi, ahli pertanian, bahkan arsitektur. Sebab, Kajian ilmu budaya memiliki tiga pengutamaan, yaitu (1) estetika yang selama sangat erat dengar sastrawan, ahli sastra, dan budayawan; (2) pengendalian sosial budaya yang mengharapkan agar magisternya mampu menghasilkan model rekayasa sosial budaya; serta (3) pariwisata budaya yang menunjukkan bahwa tren pariwisata hari ini semakin berkembang karena mobilitas.
Untuk Sumbar dan pulau Sumatera, pariwisata menjadi sektor andalan. Pengembangan pariwisata tidak hanya persoalan ekonomi, tetapi juga persoalan kultur/budaya.
ASN di SKPD apapun patut masuk ke sini karena kepemimpinan dan kebijakan dapat berkarakter dan berbudaya karena dibekali dengan wawasan kebudayaan.
Pendaftaran Gelombang 3 akan diagendakan mulai tanggal 8-30 Juni 2017.