Oleh Hendro Basuki
Tung Desem,motivator kelas wahid tetap ceria, tertawa tawa meski terpapar Covid19. Di instagramnya, beliau terlihat tersenyum cerah dengan memakai kaus hijau, didampingi dokter yang menanganinya.
Apakah Tung sedang bangga karena terpapar Covid19? Sedang menertawakan penyakitnya? Atau berpikiran, “Ah masih gejala ringan saja?” Ataukah, dia sudah memahami ilmunya? Ilmu tentang bagaimana seharusnya sakit harus dihadapi.
Bukan dia karena motivator, tetapi menurut saya, Tung Desem Waringin, punya segenap ilmu untuk menghadapi situasi kritis. Atau. Ilmu yang seharusnya dipraktikkan ketika sakit.
Tersenyumlah
Ada sebuah kisah yang menakjubkan di zaman Kekaisaran Meiji, yakni kisah tentang seorang perempuan yang meskipun hidupnya dikepung bahaya, dia tetap tersenyum.
Perempuan itu adalah ketua kelompok agama yang mengalami penindasan, dan sering ditangkap berkali kali oleh polisi. Meskipun demikian, dia selalu tersenyum bahagia. Berkali kali ditangkap, dan dipenjara, perempuan itu tetap tersenyum bahagia.
Wajah yang ditunjukkan, bukan sedang pura pura tersenyum, dan seolah olah bahagia. Bahkan, dia pun tidak merasakan penderitaan. Karena itu, dia sering merasa iba dengan para polisi yang menangkapnya. Lebih dari itu, dia selalu meminta para pelayan untuk menjamu para polisi itu.
Kisah itu diungkapkan oleh mantan Rektor Universitas Tokyo, Prof Dr Hirasawa.
“Saya mencontohnya, karena semua yang kita hadapi dalam penderitaan sekalipun, itu hanyalah permainan kecil,” kata Sang Profesor yang dikutip Prof Kazuo Murakami dalam bukunya Switch.
Prof Hirasawa ketika muda pernah terserang neurosis berat yang mengancam jiwanya. Ketika menghadapi masa sulit di kampung halamannya, di Niigata dia merasa mendapat petunjuk. Mirip seperti yang dihadapi Beethoven ketika kehilangan pendengaran. Suara itu berkata, ” walaupun raga ini memiliki kekurangan seperti apa pun, jiwaku harus berhasil menang mengalahkan ini.”
Mendengar suara itu, mata hati Hirasawa muda seperti tersambar petir. Dan, dalam waktu tak terlalu lama, dia sembuh. Dengan pengalaman itulah, dia makin keras belajar dan akhirnya lulus di Universitas Kyoto.
“Perempuan dalam kisah di zaman Meiji itu sejatinya menelusuri penderitaan dengan tetap melangkah ceria dan mempertaruhkan hidupnya dengan tersenyum. Dialah perintis, dan saya hanya mencontoh yang ringan saja,” kata Prof Hirasawa.
Lalu, ungkapan Prof Hirasawa yang terkenal adalah,” Orang besar yang bijak mirip dengan orang bodoh. Kebodohan adalah pengetahuan yang dalam dan kerendahan hati. Orang yang benar benar besar, memiliki sesuatu kekurangan dalam artian baik.”
“Manusia belum matang selama dia masih mudah marah, dan gugup. Itu salah satu tanda tak bisa menguasai diri”.
“Wajah yang cerah adalah hati yang cerah. Hati yang cerah adalah hati yang damai, hati yang bersyukur. Kita harus belajar membiasakan diri menjadi pribadi yang cerah. Untuk bisa senantiasa cerah, diperlukan latihan yang panjang.”
Dan, “Sakit adalah satu proses yang dilewati untuk hidup lebih lama tanpa keterpaksaan.”
Lalu, Dr Kazuo Murakami menambahkan, “justru di saat menderita itulah, kita harus tersenyum lebar, dan terus maju ke depan.” (Switch, 124).
Hal yang sama juga dilakukan oleh Dalai Lama ke-14, yang dalam keadaan apa pun tetap tersenyum. Dalai Lama mengatakan,” tidak ada hal lain yang memedihkan dibandingkan dengan menyiksa orang lain. Karenanya, saya merasa kasihan dengan orang yang menyiksa saya.”
Hormon Kebahagiaan
Hal yang mirip juga diungkapkan oleh Dr Shigeo Haruyama dalam The Miracle of Endorphin. Katanya, ” hormon kebahagiaan (endorphin) sangat jelas berpengaruh memperkuat daya tahan tubuh.
“Meskipun penyakit yang disebabkan oleh bakteri, atau virus nyaris tak dapat dilawan dengan pikiran positif, tetapi karena hormon bahagia memperkuat sel-sel pertahanan tubuh, dapat diperkirakan hormon ini dapat menumbuhkan kekuatan melawan penyakit, misalnya AIDS”(hlm 23).
Lalu dengan tegas Dr Shigeo mengatakan, pikiran kitalah yang menentukan apakah kita sehat, atau sakit. Hormon ini berpengaruh positif terhadap peningkatan daya ingat, penurunan agresivitas dalam relasi antarmanusia, terhadap semangat, daya tahan, dan kreativitas kita. (hlm 27).
Lebih jauh Shigeo meyakinkan, idealnya manusia tidak bisa sakit, dan tidak membutuhkan pertolongan dokter, karena semua penyakit yang bersumber dari gaya hidup bisa diminimalkan dengan pengetahuan dan metode yang efektif.
Dr Shigeo yang ahli menggabungkan antara pengobatan Timur, dan Barat itu lebih jauh menekankan pentingnya kita mencegah banyaknya oksigen aktif dalam tubuh. Cara yang paling sederhana mengikis oksigen aktif adalah minum air yang memiliki kandungan hidrogen aktif. Kenapa? Karena hidrogen adalah substansi yang paling baik dalam menetralkan oksigen. Oksigen berpotensi reduksi + (plus) 820 milivolt, sementara hidrogen -(minus) 420 milivolt. Potensi kesehatan terbaik, menurut Dr Shigeo, sebaiknya berada dalam wilayah negatif. (blm 180).
Air ledeng, bukanlah air yang baik untuk tubuh, karena biasanya ditambah klorin untuk menjaga higinitasnya. Maka, seperti para ahli kesehatan menyarankan, air Kangen yang baru saja keluar dari mesin, memiliki kandungan hidrogen aktif yang luar biasa. Dengan mengkonsumsi air minum yang miliki hidrogen aktif itu, maka kita hidup dalam wilayah yang negatif, seperti dinyatakan oleh Dr Shigeo Haruyama.
Bagaimana cara mendapatkan Air Kangen KLIK link dibawah ini
Bit.ly/Hendrobasuki