Pak Can “Ciptakan” Bendi Bermusik di Padang Panjang
Padang Panjang, SEMANGATNEWS – Seiring perkembangan zaman, berbagai jenis alat transportasi modern pun tumbuh dengan subur. Dari mobil, becak motor, ojek motor. Malah di era digital saat ini, semua itu bisa dipesan secara online.
Di Kota Padang Panjang, saat ini transportasi modern seperti ojek pangkalan dan ojek online banyak dapat pelanggan. Bersamaan dengan itu pula keberadaan bendi selaku alat transportasi masa lampau mulai terlupakan bahkan jarang diminati kalangan muda.
Bendi merupakan salah satu sarana transportasi tradisional yang digunakan masyarakat untuk pergi dan pulang ke pasar di masa lampau.
Sampai saat ini di Padang Panjang keberadaan bendi masih ada, namun penggunanya hanya kalangan tertentu saja. Seperti orang tua tua, atau paruh baya yang masih ingin menikmati transportasi masa lalu mereka. Selain itu kalangan wisatawan yang ingin mencoba naik bendi sekitar pusat kota.
Pak Can, (57), seorang kusir bendi di pasar Padang Panjang berasal dari Batipuh. Dia mengatakan, saat ini kehadiran bendi di Padang Panjang sudah sedikit. Kalau dulu hingga awal tahun 2000 masih banyak.
Menurut Pak Can, mulai jarang ditemuinya bendi, karena penumpang sudah berkurang. Masyarakat banyak menggunakan transportasi lain yang lebih cepat. Mereka memilih ke pasar dengan ojek dan kendaraan sendiri. Tujuannya mungkin supaya lekas sampai, waktu tak terbuang.
Bapak dari 6 orang anak ini, menyebutkan, dia sejak 40 tahun silam sudah menjadi kusir bendi di Padang Panjang. Bersama dengan 5 orang kusir bendi lainnya mereka mencoba mendapatkan rupiah demi rupiah dari penumpang yang ingin diantar menggunakan bendi.
“Saya bersama rekan yang lain mangkal di sini, menunggu penumpang yang mau diantar menggunakan bendi, mulai dari pukul 09.00 wib hingga pukul 15.00 wib,” sebut Pak Can saat tengah mangkal di depan Pasar Pusat Padang Panjang, Sabtu (14/12).
Disebutkan, untuk tarif bendi itu tidak ditentukan, jika tujuannya dekat itu biasanya dibayar Rp.10 ribu rupiah. Sedangkan jika jauh seperti ke kawasan Mifan biasanya dibayar Rp.50 ribu rupiah.
Sedangkan penghasilan Pak Can sehari -harinya bisa dikatakan tak menentu, “Jika ada penunpang ya Allahmdulillah, kadang mangkal seharian sampai sorenya tidak ada penumpang,” ujarnya.
Bertahannya Pak Can sebagai kusir bendi di Padang Panjang hanya untuk melanjutkan hari harinya saja.
Pak Can merasa risau jika kelak bendi tak ada lagi di Padang Panjang. Pak Can merupakan turunan ketiga yang melanjutkan tradisi kusir bendi di kota ini. Kakek hingga ayahnya dulu kusir bendi di Padang Panjang.
Dikatakan Pak Can, sangat disayangkannya, jika dia tua nanti mungkin tidak ada lagi keturunannya yang akan melanjutkan jadi kusir. Sebab anak anaknya sudah memiliki pekerjaan masing-masing.
Keseharian Pak Can untuk mendapatkan penumpang, punya kiat tersendiri. Dia menggunakan musik pada bendinya. Tak hanya itu, dia juga mendapatkan penumpang dari via telpon.
Pak Can sangat berharap agar tradisi ini jangan sampai punah. “Ini salah satu ciri khas kota kita ini. Ini tradisi kita,” katanya.
Dia berharap kelak masih ada penerus alat transportasi tradisional ini, supaya tidak hilang atau terlupakan begitu saja.
Hingga kini penikmat bendi masih ada di Padang Panjang. Pak Can telah membuat sebuah kemajuan dengan bendinya punya musik. Supaya penumpabg merasa nyaman dan senang selama perjalanan.
Semoga tradisi ini tetap berlanjut. (Rel)