Kana Fuddy Prakoso, Wanita Cantik yang Karya-karyanya Mampu Menghipnotis Mata Publik Tanah Air
Semangatnews.com, Jakarta – Jodoh, maut dan pertemuan tak ada manusia yang mampu meramalkannya, semuanya ada di tangan Allah SWT. Begitu juga yang dialami perempuan cantik Kana Fuddy Prakoso (46 th) pelukis yang karya-karyanya mampu menghipnotis mata publik dengan seperangkat isian, tema dan pesan-pesan yang diusung pada banyak karya-karyanya.
Kana Fuddy Prakoso yang saat ini bermukim di Jalan Gandaria IV No.2 Kramatpela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan itu sejak menasuki bangku perkuliahan di Fakultas Seni Rupa dan desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 1992 lalu hingga kini terus berkarya melahirkan ide-ide baru, nuansa baru dalam suatu kecendrungan kanvasnya. Yang muncul kemudian adalah spirit dan semangat dengan beragam fonemena di kanvasnya.
Adanya anggapan bahwa pelukis Indonesia selama ini hanya dikenal dari kalangan lelaki semata, sementara karya-karya perupa wanita dianggap sebelah mata dalam pertumbuhan dan perkembangannya di tanah air, tidaklah benar dan berdasar bahkan tidak adil.
Karya-karya perupa wanita Indonesia sejak puluhan tahun silam bahkan hingga kini ternyata mampu mencuri perhatian publik di banyak negara Asia bahkan Mancanegara. Karya-karya perupa Indonesia banyak menyuarakan pesan-pesan sosial, persoalan kebudayaan, masalah lingkungan hidup, panorama keiindahan alam Indonesia dan lainnya baik melalui karya seni lukis maupun seni patung dalam kerangka artistik dan estetik tinggi sebagai vitalitas.
Menganalogikan perjuangan dan semangat sosok pahlawan RA Kartini yang mempelopori kesataraan derajat antara wanita pria di tanah air, maka semangat, perjuangan, keuletan dan kreativitas perupa wanita di Indonesia melalui karya-karya yang ditampilkan selama ini tak pernah gelap sebagaimana dikemukakan Kana Fuddy Prakoso kepada Semangatnews.com, sabtu (21/12) di kediamannya Jalan Gandaria IV No.2 Kramatpela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Kana, pelukis berparas cantik kelahiran Kudus, Jawa Tengah, 9 desember 1973 lulusan sarjana ISI Yogyakarta (1992) dengan sapuan warna-warna lukisannya kerkesan naïf ekspresionistik menyebutkan, kegiatan melukis bagi dirinya sama seperti filosofis air dalam kehidupan. Air merupakan sumber kehidupan di muka bumi dan air ciptaan dan karunia dari Allah SWT adalah segalanya bagi manusia, Ujar Kana.
Konsep melukis bagi Kana demikian panggilan akrabnya ; artinya apa yang terasa dalam pikiran dan perasaannya di alam dan lingkungannya berada, ia refresenrasikan dalam bentuk lukisan, semuanya meluncur seperti air mengalir dalam ranah kreativitas estetik karya.
Peristiwa banjir yang sering terjadi dimana-mana di muka bumi ini adalah disebabkan karena jalannya air tidak tersalur sebagaimana mestinya akibat kerusakan hutan maupun lingkungan serta pembangunan drainase seadanya. Akibatnya air jadi meluap lantas tidak bersahabat hingga menyebabkan banjir bahkan banjir bandang. Jika semuanya tertata apik dan benar, pastilah manusia terjauh dari banjir.
Bagitu juga jika perupa berkarya sama seperti filosofis air yang senantiasa selalu mengalir mencari tempat-tempat yang lebih rendah, karena ada tempat dan ruang strategis. Pelukis atau perupa juga demikian, banyak persoalan dan dinamika di tengah-tengah masyarakat yang selama ini tidak terekspose seperti masyarakat miskin atau masyarakat golongan bawah, maka seniman berkewajiban menyuarakan persoalan-persoalan yang bermunculan dari sana, ujar Kana yang telah puluhan kali berpameran baik di Tanah Air maupun negara Singapura dan Malaysia bahkan di Afrika, dua kali diantaranya Kana melalukan pameran tunggal yakni pameran mengusung tema “KOTAK-KOTAK KEHIDUPAN”, di Rumah Budaya Tembi,Yogyakarta (2007) dan “PERJALANAN…”, di Rumah Budaya Tembi,Yogyakarta (2010)
Pengamat dan kurator seni rupa, Muharyadi, yang dihubungi Semangatnews,com ditempat terpisah Sabtu (21/12) menyebutkan karya-karya terbaik bukan hanya dari dilihat fisik karya semata, melainkan juga harus dilihat dari apa yang tersurat dalam karya, kemudian menghayati yang tersirat di dalam karya serta mampu menelusuri jalan pikiran senimannya di tengah-tengah berbagai persoalan dan dinamika yang dikemas dengan seperangkat nilai-nilai yang diusung kepermukaan yang tidak hanya berorientasi pada nilai estetis semata, tetapi juga mengangkat, membawa, mengolah dan mencerminkan seperangkat nilai-nilai kebudayaan atas pandangan senimannya terhadap nilai-nilai yang telah ada, maupun sikapnya terhadap pergeseran nilai-nilai karena munculnya nilai-nilai baru yang telah mulai hidup dan berkembang, baik di masyarakat umum maupun masyarakat komunitas seni, begitu juga dengan karya Kana Fuddy Prakoso, ujar Muharyadin yang telah lama mengenal Kana sebagai sahabatnya memberi penjelasan. (ss/ysm/stm)