Sumbar Menuju Provinsi Sanitasi?
oleh Zulnadi
Semangatnews.com – Judul; Sumbar Menuju Provinsi Sanitasi dalam bentuk pertanyaan sengaja diapungkan guna menggelitik kita semua bahwa masalah sanitasi bukanlah semata menjadi tanggung jawab pemerintah yang secara teknis diserahkan pada badan atau dinas kebersihan.
Sanitasi bukan pula hanya masalah MCK saja, melainkan lebih luas yaitu masalah lingkungan bersih dan asri.
Menurut KBBI, sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat.
Sedangkan WHO, mengartikan Sanitasi adalah pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang dapat menimbulkan akibat buruk terhadap kehidupan manusia, baik fisik maupun mental.
Masalah Sanitasi atau MCK atau lebih khusus lagi tempat buang air alias WC di Sumatera Barat pernah dihebohkan Gubernur Hasan Basri Durin.
Hasan Basri Durin adalah gubernur Sumbar dua periode dari tahun 1987 sampai 1997.
Ia sangat risih dan kesal, persoalan wc di tempat-tempat umum tak kunjung tuntas.
“Apakah masalah kakus ini perlu gubernur turun langsung. Apa tanggungjawab, peran dan fungsi Bupati/Walikota serta pejabat teknis lainnya,” tegas Hasan Basri Durin dalam berbagai kesempatan.
Hasan menegaskan, bila pariwisata ingin maju dan berkembang di Sumbar, maka salah satu kuncinya adalah pembenahan MCK.
Mustahil orang mau datang dan berkunjung ke Sumbar, jika masalah kakus saja tidak beres.
Keindahan alam dari berbagai objek itu tidak ada artinya, manakala WC tidak beres.
Kenyataan dari berbagai objek kunjungan di Sumbar sering tidak dilengkapi sarana WC. Mungkin saja objek itu sudah punta WC, tapi kebersihannya sangat tidak layak. Dengan baunya saja pemakai jadi balik kanan dan menhurungkan hajatnya
Wagiman salah seorang pengunjung dari Bandung, mengaku terpaksa menahan pipis berjam jam, karena sulitnya mendapatkan WC yang layak.
Kerisauan Gubernur Hasan 30 tahun lalu masih saja bergema hingga sekarang.
Toilet, kakus khususnya dan sanitasi umumnya belum memperlihatkan kemajuan yang signifikan di daerah ini.
Fasilitas jauh dari cukup, kalaupun ada kebersihannya tak terjamin.
Pemerintah baik provinsi maupun kabupaten dan kota di Sumbar belum senada dan seirama menangani sanitasi ini. Tidak cukup bangga dengan keindahan alam minangkabau, manakala masalah toilet saja tidak ditata dengan baik dan bersih.
Kondisi diatas senada dengan pernyataan Pamong Senior Drs.H.Rusdi Lubis.
Menurutnya, persoalan sanitasi di daerah kita dulu… tidak persoalan , karena jumlah penduduk dan pemukiman masih kecil. Kebutuhannya masih dapat dipenuhi oleh sistem sanitasi tradisional.
Namun, lanjut pak Rusdi, dengan perkembangan penduduk dan perumahan yg begitu pesat, baik di pedesaan dan perkotaan, maka kebutuhan air minum, mandi, mencuci, buang air makin meningkat.
Sedangkan ketersediaan fasilitas utk itu tidak seimbang, kenyataan bukan bertambah baik malah bertambah jelek. Ada program pemerintah untuk penanggulangannya dg Inpres Samijaga ( sarana air minum dan jamban keluarga ), namun kurang berhasil dikarenakan targetnya hanya pemasangan.
Sementara pemanfaatannya tidak dipertimbangkan begitu pula bahan yg dibagikan kualitasnya sangat sederhana.
Saat ini kita lihat dari program yang dilakukan itu masih seperti pelaksanaan waktu lalu.
Mantan Sekda Sumbar ini menilai persoalan sanitasi ini baru pada tingkat dibawah 50 % di pedesaan dan 60 % ketersediaan dan pemanfaatannya di kota.
Kedepan, imbuh Rusdi Lubis, pelaksanaan dan program sanitasi disamping program fisik sangat diperlukan program pemberdayaan masyarakat dan pengorganisasian pemanfaatan sarananya khusus untuk air minum.
Secara umum, tujuan sanitasi yaitu untuk menjamin kebersihan lingkungan manusia sehingga terwujud suatu kondisi yang sesuai dengan persyaratan kesehatan serta untuk mengembalikan, memperbaiki, dan mempertahankan kesehatan manusia.
Pengamat Sanitasi di Sumbar Ir.H.Syarbaini.Dtk.Khatib.Sutan, menegaskan, bahwa masalah sanitasi di Sumbar ya masih biasa biasa saja.
“Kita masih mendengar banyak keluhan masyarakat tentang sanitasi yang belum layak,” ujarnya. kamis 28/11 di kantor PWI Sumbar.
Pak Boy yang telah malang melintang di ke-pu-an ini, menegaskan bahwa sanitasi yang terparah itu terdapat di pasar pasar yang ada di Sumbar.
Toilet di pasar ini, bersihnya hanya ketika peresmian bangunan pasar, setelah itu, jangan tanya lagi, sebut pria berbadan tegab ini.
Kata kuncinya adalah ada pada pemimpin, bila pemimpinnya peduli maka selesai persoalan sanitasi.
“Kecuali itu perlu pula ada sanksi yang tegas, bagi fasum yang tidak punya wc. Tidak cukup dengan hanya himbauan, melainkan bila perlu tutup usahanya,” katanya tegas.
Manfaat Sanitasi
Kita menyadari bahwa manfaat sanitasi adalah terciptanya kondisi lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan nyaman bagi manusia.
Kecuali itu mencegah timbulnya penyakit-penyakit menular.
Tidak kalah pentingnya mencegah atau meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya polusi udara serta menekan persentase orang sakit di suatu daerah.
Motto kebersihan adalah sebagian dari iman tugas kita untuk terus menerus didengungkan dalam mencapai Sumbar sebagai sanitasi terbaik di Indonesia, semoga.(Diikutkan dalam lomba menulis Sanitasi di Sumbar)