Poli(tikus) di Pusaran Korupsi.

by -

Oleh Zulnadi/Pemred Semangatnews.

Entah bagaimana lagi cara Komisi Pemberantasan Korupsi-KPK di Indonesia mengeleminir dan mempersempit ruang gerak “tikus” dalam menggerogoti uang dari berbagai kegiatan.

Korupsi itulah istilah keren yang tidak hanya dilakukan penguasa, pengusaha tetapi juga oleh oleh oknum legislatif, yudikatif dan bahkan praktisi yang bermain di pusaran hukum. Kini giliran politikus yang tertangkap, besok entah siapa lagi. Ratusan pejabat, puluhan anggota dewan, sudah dipenjarakan, tak membuat yang lain jadi kecut.

Operasi tangkap tangan-ott yang dilakukan KPK tak membuat nyali koruptor untuk terus berbuat.Semakin banyak yang ott, semakin subur jua korupsi itu.

Orang atau mereka yang tertangkap itu dianggap kebetulan, atau pelakunya lagi sial karena telah terendus oleh kpk gelagat dan rencana yang bersangkutan.

Biasanya dan dalam rumus kriminologi, pencuri itu lebih lihai dari pada kita. Ia mempunyai strategi yang siapun tidak tahu, kecuali kompolotannya.

Aparat dan masyarakat, sering terkecoh dengan siasat pelaku koruptor.

Tikus, anda tahu binatang itukan, yang saat beroperasi sunyi senyap dan tengahalam, atau tatkala tuannya lagi ke luar rumah. Pada moment itulah tikus menggurila di rumah tuannya, apa saja dia embat, mulai dari nasi, sambal dan bahkan karpet.
Tikus adalah binatang yang juga suka memilih makanan.

Sebelum dimangsanya, dikelilingi dulu, dicium dan digigit sedikit demi sedikit.

Tikus tidak sama dengan politikus yang kini tengah menjajakan diri untuk dipilih. Tahun ini 2019 adalah tahun politik,sebagai ajang demokrasi 5 tahunan di negeri yang bernama Indonesia.
Kembali pada pokok persoalan.. Korupsi..sepertinya tidak bermusim, seperti 4 musim setahun. Korupsi rumusnya adalah niat + kesempatan. Dua unsur ini harus ada, tidak bisa jalan sendiri sendiri. Niat dan kesempatan akan menyatu apabila ada dorongan nafsu syetan dalam dirinya. Terlebih jika imannya tipis setipis kulit ari.

Hal ini akan cepat terlaksana
Pekabat dan penjahat, kata Romahurmuziy suatu ketika adalah beda beda tipis,.Hari ini dia pejabat, besok bisa jadi penjahat. Tapi tak bisa dibalikan hari ini dia penjahat besok jadi pejabat, langka, meskipun ada satu satu ditemukan.

Romy, ketua umum PPP itu, seperti sudah meramalkan dirinya akan mengalami hal serupa seperti yang dia ucapkan.
Lewat operasi tangkap tangan, Romy diciduk KPK di salah satu hotel di Surabaya, Jumat 15 Maret 2019. Ada 6 yang ter ott, namun hanya 3 yang dijadikan tersangka oleh KPK.

Romy yang sering bertandang ke istana itu di duga melakukan jual beli jabatan di Kementerian Agama RI. Sejumlah barang bukti menguatkan alibi petugas bahwa Romy terlibat bahkan sentrum dari jual beli jabatan di lingkungan yang mengelola kehidupan beragama. Korupsi tak pandang kementerian, yang penting disitu ada niat dan kesempatan, maka berpestalah mereka.

KPK memang tak bisa diintervensi, meskipun ada yang berlindung di balik tembok.
Kasus Romy jauh jauh sudah diingatkan oleh yang bernama Mahfud. MD. Tapi Romy seperti tak menggubris, ya terimalah resiko sekarang.

Jaket kuning sudah dipasangkan, tanganpun di borgol, tapi yang korupsi akan tetap subur di negeri, walau berlapis pengawasan. Ibarat tikus yang menggerogoti sehamparan sawah. Siang dan malam diburu, namun yang sawah tetap jadi sasaran tikus.

Sasaran politikus adalah uang negara yang tak pernah habisnya. Hidup negeri ku yang subur dengan koruptor.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.