Semangatnews,Jakarta-Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) menyampaikan keluhan konsumen belanja online soal layanan yang disediakan sejumlah platform e-commerce. Pada periode Januari sampai Desember 2018 pengaduan konsumen terkait belanja online yang masuk ke BPKN mencapai 40 dari total 500 aduan yang masuk ke lembaga tersebut.
Wakil Ketua BPKN Rolas Sitinjak mengatakan pengaduan belanja online nomor dua tertinggi setelah aduan mengenai pembiayaan perumahan. Mayoritas aduan soal belanja online bahkan ikut menyeret nama platform e-commerce besar, seperti Traveloka, Lazada, dan Tokopedia.
“Paling banyak Traveloka, karena sampai ada gugatan. Nah kalau sampai ada gugatan itu biasanya ke Singapura,” tegas Rolas, Senin (17/12).
Aduan lain yang diterima juga berasal dari konsumen Lazada dan Tokopedia. Persoalannya juga masih berkaitan dengan transaksi beli konsumen. Namun, Rolas mengaku tak bisa merinci lebih lanjut jumlah masing-masing aduan dari e-commerce tersebut.
“Mungkin karena mereka besar jadi banyak masalah juga,” jelasnya.
Ia mengatakan salah satu contoh kasus berkaitan dengan dugaan kecurangan yang dilakukan karyawan Tokopedia melalui program flash sale. Pada Mei lalu, salah satu pelanggan Tokopedia bernama Yudishtira mengaku kartu kreditnya sudah tertagih pembayaran untuk pembelian flash sale di Tokopedia. Padahal, status transaksinya belum dianggap berhasil di Tokopedia.
“Iya kalau telpon bank-nya pembayaran sudah sukses, tapi transaksinya tidak muncul, tidak ada kabar,” katanya.
Rolas memprediksi laporan mengenai belanja di e-commerce semakin banyak seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin melesat. Dengan kata lain, tingkat belanja masyarakat di e-commerce akan semakin banyak dibandingkan belanja langsung di pusat perbelanjaan.
Bila pemerintah tak memberikan aturan tegas terkait perlindungan konsumen, maka kecurangan transaksi dalam e-commerce berpotensi semakin banyak. “Hal ini akan diperkuat oleh semakin tingginya lalu lintas e-commerce lintas batas,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Umum Indonesia E-commerce Asociation (IdEA) Ignatius Untung mengatakan berbagai pengaduan masyarakat terhadap e-commerce perlu dilihat lagi apakah sudah diproses oleh masing-masing pihak yang dituduh atau belum. Menurut keyakinannya, seluruh e-commerce pasti menginginkan seluruh transaksi di platform mereka berjalan lancar demi kenyamanan konsumen.
“Dan jumlah (kesalahan transaksi) pun tidak seberapa dibandingkan dengan jumlah transaksi mereka,” kata Untung.
Namun, ia juga mengingatkan kepada konsumen untuk tetap waspada kepada manajemen e-commerce yang tidak merespons pengaduan atau bahkan penyelesaian kesalahan transaksi yang terlalu berbelit-belit. Untuk mengantisipasi kesalahan transaksi yang terus timbul, Untung bilang IdEA saat ini sedang merumuskan peta jalan (roadmap) mengenai perlindungan konsumen.
“Nanti pada akhirnya akan men-sertifikasi platform e-commerce berdasarkan kualitas layanan dan penanganan komplain,” tutur dia.
Dalam penyusunan tersebut, pihak asosiasi juga mengajak serta pemerintah dari berbagai kementerian/lembaga, seperti Kementerian Perdagangan dan Kementerian dan Informatika. “Kami juga terbuka jika BPKN dan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) mau bekerja sama untuk menindaklanjuti hal ini dengan kami sebagai mediator,” pungkas Untung.
Sementara itu, CNNIndonesia.com mencoba mengkontak perwakilan Lazada. Namun, hingga berita ini diturunkan, PR Manager Lazada Andri Parulian belum merespons. Begitu pula dengan PR Manager Traveloka Busyra Oryza.(sumber: risueditir.com/cnnindonesia.com)