Semangatnews,Palupuh-Dalam rangka hindari bencana alam, longsor, banjir dan golodo, masyarakat yang diharapkan tidak menebang pohon sembarangan. Akhir ini akibat curah hujan yang begitu tinggi serta dampak dari perubahan iklim ekstrim telah terjadi bencana alam banjir bandang dan longsor dibeberapa daerah di Sumatera Barat.
Hal ini disampaikan Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Nan Tujuah Syafril, SE di Palupuah, Jum’at (14/12/2018).
Lebih lanjut Syafril, SE menyampaikan dibeberapa berita suratkabar, televisi online dan media sosial, akibat curah hujan yang begitu tinggi telah terjadi jembatan yang rusak karena ambruk, jalan yang rusak serta longsor yang membuat jalur jalan menjadi terputus.
Palupuh merupakan daerah yang cukup rawan terhadap lonsor dan bencana banjir bandang, akibat curah hujan yang deras. Bahkan pada 11 November 1976 ada galodo yang menimba Angge Palimbatan Palupuh yang membawa kerusakan jalan, sawah-sawah serta ternak masyarakat yang hilang hanyut terbawa banjir bandang dan galodo.
Dan beberapa tahun terakhir ini palupuh masuk daerah rawan bencana longsor dari 5 (lima) kecamatan Agam yang rawan bencana lonsor.
“Lima kecamatan tersebut antara lain Malalak, Palembayan, Palupuh, Tanjungraya dan Ampekkoto,” ujar Syafril.
Ketua KAN Nan Tujuah, karena itu menghimbau masyarakat Palupuh agar menjaga hutan sekitar tempat tinggalnya dengan baik. Tidak elok lagi menebang hutan sembarangan karena mencari kayu bakar.
Masyarakat Palupuh seyogyanya melestarikan alam sekitar dengan gerakan menanam pohon disekitar lokasi rawan longsor, sehingga nantinya pohon-pohon yang ditanam tersebut mampu memberikan keaman dan kenyaman pembangunan daerah.
Kita prihatin dengan kejadian bencana akhir-akhir ini banyak melanda nagari, jorong hampir diseluruh kabupaten dan kota di Sumatera Barat.
“Semoga nanti dengan kepedulian masyarakat menjaga hutan dan tidak menebang pohon sembarangan membawa kebaikan bagi kesejahteraan masyarakat,” harapnya.