Kepala Daerah Era Now Pernyataan Terima Kasih Untuk Jokowi

by -

Oleh : Zulnadi/ wartawan utama

Tahun politik menjelang Pileg dan pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2019 bermacam kurenah,tragedi dan tingkahlaku yang muncul, baik di kalangan pejabat sampai ke rakyat biasa. Dukung mendukung adalah hal biasa menjelang hari H. Sikut menyikut dan pindah kubu dan suatu yang lumrah. Masing masing mereka tentu dengan argumen sendiri.

Era sekarang pula kita melihat ada penggalangan dukungan seperti yang pernah dilakukan zaman orde baru. Lihat saja tatkala pelantikan Gubernur di istana baru baru ini. Nyaris semua Gubernur mendukung Jokowi 2 periode. Gubernur Papua misalnya yang menjamin 3 juta suara rakyat Papua untuk Jokowi. Bungkus, sebut orang nomor 1 Papua ini.

Gubernur lain juga demikian memberikan dukungan pada Jokowi dan Maaruf Amin. Sebut saja, gubernur Jabar, Ridwan Kamil, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Gubernur Jatim Srikandi Kofifah.

Di Sumatra; Gubernur Sumsel juga mendukung kubu Jokowi. Hanya Gubernur Sumut Edy yang mengutamakan kepentingan masyarakat ketimbang dukung mendukung.

Di Sumatera Barat, lain dari pada yang lain. Sama tidak serupa, serupa tapi tidak sama.

Moment pelantikan Walikota Sawahlunto, Senin 17 September di kantor Gubernur, mereka(sebut Bupati/walikota) menyampaikan pernyataan. Pernyataan itu berisi terima kasih kepada Presiden Jokowi yang telah memberikan perhatian lebih kepada Sumbar dalam segala pembangunan.

Pernyataan TERIMA KASIH dibalik yang tersirat adalah dukungan, cepat dibaca oleh masyarakat yang juga disikapi pro dan kontra. Bagi yang pro tentu mengapresasi positif. Sudah sepantasnya berterima kasih.Tapi yang kontra, itu sudah merupakan kewajiban pemerintah untuk membangun Indonesia termasuk Sumbar. Hal yang wajar yang tak perlu disikapi secara berlebihan. Dalam konteks ini Gubernur Irwan Prayitno no coment. Sejumlah bupati dan walikota menyatakan hanya pernyataan ucapan terima kasih. Inilah cara Sumbar berbeda dari daerah lain.

Untuk tataran rakyat biasa kita melihat ada dua kubu besar yang saling ejek, menyerang dan memfitnah. Kubu itu adalah cebong vs kampret sering kita dengar dan baca di media sosial.

Mereka dengan bercam cara mempertahankan dan membela jagoannya dalam bentuk apapun. Mereka berantam tidak hanya di media sosial, terkadang sering berbenturan di lapangan adu argumen dan adu fisik.

Taglan “2019 ganti presiden berhadapan dengan jokowi 2 periode, menggambarkan betapa rakyat kita masih rendah dalam memahami arti berdemokrasi. Padahal ditingkat elite seperti Prabowo dan Jokowi terlihat damai dan menyejukan.

Lihat saja apa yang mereka lakukan saat menonton final pencak silat di Asian games. Prabowo yang ketua umum IPSI duduk berdekatan dengan Jokowi yang presiden kita itu. Tak ada kesan bermusuhan, bahkan berkat inisiatif atlit pencaksilat yang dapat medali emas, merangkul kedua capres ini yang diselimuti dengan bendera merah putih.

Pesan yang ditangkap adalah jaga persatuan dan kesatuan bangsa, tak elok terjadi baku hantam.Pilpres adalah sarana menentukan pimpinan lima tahunan. Jauh yang lebih penting adalah menjaga keutuhan nkri dari kehancuran.

Hanya saja terkadang di lapisan bawah kurang menyadari pentingnya persatuan bangsa. Ego lebih dominan ketimbang memikirkan bangsa ke depan. Seakan dunia akan kiamat esok, slogan dan taglin sering menuhuk perasaan suku,agama dan budaya.**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.